Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, telah diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh saudara
kita yang baru masuk Islam. Berikut ini pertanyaan beliau: “Apakah ada jaminan
dari Tuhan, bila beragama Islam pasti masuk surga berdasarkan Al-Quran dan Hadits?”.
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan 2 hadits
berikut ini:
Ubadah bin Shamit radhiyallahu
'anhu mengatakan, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
شَهِدَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ
الْعَمَلِ
"Barangsiapa
bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, dan
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersyahadat)
bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat) pula bahwa surga benar adanya dan
neraka benar adanya; pasti Allah memasukkannya ke
dalam surga [maa
kaana minal ‘amal] betapapun amal yang telah diperbuatnya." (Muttafaq
'Alaih)1).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ
لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا
إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ. (رواه مسلم)
"Saya bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba
bertemu Allah (meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun (terhadap)
keduanya kecuali pasti ia akan masuk surga." (HR.
Muslim).
Saudaraku,
Meskipun telah jelas dan sangat meyakinkan bahwa ada jaminan dari
Allah SWT. melalui Rasul-Nya bila beragama Islam pada
akhirnya pasti
masuk surga, namun hal ini bukan berarti kita boleh menganggap
ringan saja terhadap segala perbuatan maksiat.
Karena jika hal ini yang kita lakukan (yaitu jika kita menganggap
ringan saja terhadap segala perbuatan maksiat), maka tanpa kita sadari, kita
telah memproklamirkan diri sebagai hamba yang tidak takut kepada Allah. Padahal,
Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 52 serta surat Ar Ra’d ayat 21 – 24 berikut
ini:
وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقْهِ
فَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٥٢﴾
”Dan barangsiapa yang taat
kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah2)
dan bertakwa3) kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan”. (QS. An Nuur. 52).
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ
وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْـحِسَابِ ﴿٢١﴾ وَالَّذِينَ
صَبَرُواْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلَاةَ وَأَنفَقُواْ
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ
السَّيِّئَةَ أُوْلَــــٰــئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٢﴾ جَنَّــــٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَائِهِمْ
وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّــــٰـتِهِمْ وَالْـمَلَـــٰـــئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ ﴿٢٣﴾ سَلَــــٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
﴿٢٤﴾
(21) “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang
Allah perintahkan supaya dihubungkan4), dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (22) “Dan
orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”, (23) “(yaitu)
surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu”; (24) “(sambil
mengucapkan): Salamun `alaikum bima shabartum5).
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. (QS. Ar Ra’d. 21 – 24).
Sedangkan dalam salah satu hadits qudsi, Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
وَعِزَّتِى
وَجَلَالِى لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِى خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ إِذَاخَافَنِى فِى
الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِذَاأَمِنَنِى فِى الدُّنْيَا
أَخَفْتُهُ فِى الْآخِرَةِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ). (روه ابن حبان)
“Demi kemulyaan
dan kebesaran-Ku tidak akan Aku himpun pada hamba-Ku dua kali takut dan dua
kali aman. Jika ia takut kepada-Ku di dunia Aku beri aman di hari qiyamat, dan
jika ia merasa aman dari-Ku di dunia Aku takutkan di akhirat (hari qiyamat)”.
(HR. Ibn. Hibban).
Saudaraku,
Tak bisa dibayangkan betapa kesulitan yang tiada tara kelak
di alam akhirat, jika seseorang tidak takut kepada Allah pada saat yang
bersangkutan hidup di dunia ini (terlebih lagi jika yang bersangkutan sampai
melakukan kejahatan yang besar dan belum sempat bertaubat saat maut menjelang).
Padahal azab yang paling ringan pada hari akhir
nanti adalah seseorang yang diletakkan pada tapak kakinya dua biji batu dari
neraka, kemudian otaknya mendidih karena sebab panasnya. Na’udzubillahi
mindzalika!
أَهْوَنُ
أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ
مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ.
(رواه مسلم)
Dari
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Penduduk neraka yang
siksanya paling ringan adalah Abu Thalib, dia memakai
sandal dengan dua sandal (dari api neraka) mendidih karena keduanya
(karena panasnya kedua sandal itu) otaknya”. (HR. Muslim).
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ
نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا
دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى
أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا.
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya
penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah orang
yang memiliki dua sandal dan dua tali sandal dari api neraka, dimana otaknya akan mendidih karena panasnya sandal tersebut
sebagaimana kuali mendidih. Orang tersebut merasa
bahwa tidak ada seorang-pun yang siksanya lebih pedih daripadanya,
padahal siksanya adalah yang paling ringan di antara mereka”. (HR. Muslim).
Saudaraku,
Lebih dari itu semua, jika seseorang menganggap ringan
saja terhadap segala perbuatan maksiat, yang mana hal ini menjadi sebab bagi yang
bersangkutan untuk terus dan terus bermaksiat kepada-Nya, maka hal ini artinya yang
bersangkutan akan terus dan terus melupakan Allah.
اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَـــٰنُ فَأَنْسَـــٰـهُمْ ذِكْرَ اللهِ أُوْلَـــٰــئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَـــٰنِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَـــٰنِ هُمُ الْخَـــٰسِرُونَ ﴿١٩﴾
”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa
mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan syaitan itulah golongan yang merugi”. (QS. Al Mujaadilah. 19).
Karena tidaklah seseorang itu bermaksiat, ketika sedang bermaksiat
dia dalam keadaan mukmin. Yang artinya adalah bahwa ketika seseorang sedang bermaksiat,
dia dalam keadaan melupakan Allah.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي
يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ وَابْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولَانِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزْنِي
الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ
يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ. قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي بَكْرِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ
يُحَدِّثُهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ثُمَّ يَقُولُ كَانَ أَبُو بَكْرٍ يُلْحِقُ
مَعَهُنَّ وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ
أَبْصَارَهُمْ فِيهَا حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
(رواه البخارى)
“Telah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata;
telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata; saya mendengar
Abu Salamah bin Abdurrahman dan Ibnu Musayyab keduanya berkata, Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata; sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidaklah seseorang itu berzina, ketika sedang berzina dia dalam keadaan mukmin. Tidak pula seseorang
itu minum khamer ketika sedang minum khamer ia dalam keadaan mukmin. Dan tidak
pula seseorang itu mencuri ketika sedang mencuri ia dalam keadaan mukmin."
Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku pula Abdul Malik bin Abu Bakr
bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam bahwa Abu Bakr pernah menceritakan
kepadanya dari Abu Hurairah, lalu dia berkata; "Abu Bakar menambahkan
dalam hadits tersebut dengan redaksi; "Dan tidaklah seseorang merampas
harta orang lain yang karenanya orang-orang memandangnya sebagai orang yang
terpandang, ketika dia merampas harta tersebut dalam keadaan mukmin". (HR. Bukhari no.
5150).
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa perjuangan
hidup ini tidak akan pernah ada habisnya hingga tiba saatnya ajal menjemput
kita. Karena syaitan akan senantiasa menghadang kita, kapan saja,
dimana saja.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ
وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
﴿١٧﴾
(16). Iblis menjawab: “Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (17). kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (ta`at)”. (QS. Al A’raaf. 16 – 17).
Dan puncak dari tipu daya
syaitan itu adalah ketika mereka telah berhasil mengkafirkan seseorang pada
saat ajal menjemputnya. Karena setelah ajal menjemput seseorang, maka pintu
taubat telah tertutup untuknya dan taubatnya tidak akan diterima untuk
selama-lamanya.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhu6), dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam7),
bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla8) akan menerima taubat seorang hamba ruhnya belum
sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).
Saudaraku,
Jika seseorang terus dan terus melupakan Allah, maka siapa yang menjamin bahwa dengan berbuat seperti itu, akan ada yang
menolongnya saat sedang menghadapi sakaratul maut?
...
نَسُواْ اللهَ فَنَسِيَهُمْ ... ﴿٦٧﴾
“... Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. ...”. (QS. At Taubah. 67).
Dan jika Allah telah melupakannya pada saat sakaratul
maut menjelang, maka sudah pasti syaitan akan dengan mudah dapat menyesatkannya9)
sehingga dia bisa wafat dalam kekafiran (wafat
dalam keadaan tidak beriman). Dan jika yang bersangkutan wafat dalam kekafiran, maka
dia akan tetap dalam kekafiran untuk selama-lamanya dan Allah
tidak akan pernah mengampuninya, sehingga dia akan kekal di dalam api neraka. Na’udzubillahi mindzalika!
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik10), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلْإِيمَـــــٰنِ أَنْ ءَامِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ﴿١٩٣﴾
”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seorang
penyeru (Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka
kamipun beriman. Ya Tuhan kami maka ampunilah kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,
dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ‘Imraan.
193).
Amin, ya rabbal ‘alamin!
... رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
"... Ya Tuhan
kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami
dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Rahmat. (QS. Al Mu’minuun.
109).
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Istilah muttafaqun
‘alaihi merupakan gabungan dari frasa muttafaq (متفق) yang artinya disepakati dan
frasa ‘alaih (عليه) yang artinya atasnya.
Sehingga gabungan dari dua frasa ini, muttafaq ‘alaihi artinya sesuatu yang
disepakati. Mengingat istilah ini digunakan dalam ilmu
hadis, maka hadis muttafaq ‘alaih artinya hadis yang disepakati keshahihannya. Istilah
muttafaq ‘alaih ini biasanya digunakan untuk hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya.
2) Yang
dimaksud dengan: takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan
dosa-dosa yang telah dikerjakannya.
3) Yang
dimaksud dengan takwa2) ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang
mungkin terjadi, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak cukup diartikan
dengan takut saja.
4) Yaitu mengadakan hubungan
silaturrahim dan tali persaudaraan.
5) Salamun
`alaikum bima shabartum artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.
6) Radhiyallahu
'anhu artinya: semoga ridho Allah atasnya.
7) Shallallahu 'alaihi wasallam artinya: semoga Allah
memberikan shalawat dan salam kepadanya.
8) Allah ‘Azza Wa Jalla artinya:
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.
9) Penjelasan
lebih terperinci terkait hal ini bisa dibaca dalam buku: “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya
Menurut Al Qur’an dan Hadits”, Jilid 3 pada sub-bab 11.4. & 11.5. halaman 354 – 362.
10) Syirik artinya mempersekutukan
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar