Assalamu’alaikum wr. wb.
Dalam diskusi di sebuah WAG (WhatsApp Group), salah seorang sahabat telah membuat
pernyataan sebagai berikut: “Panjenengan sangat
peduli dengan Islam”.
Tanggapan
Kalau kita tidak peduli dengan
Islam
maka Allah juga tidak peduli dengan kita, wahai saudaraku.
Saudaraku,
Dalam sebuah
Hadits Qudsi, Allah
Ta’ala telah berfirman:
يَا
عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُوْنِي.
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا.
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.
يَاعِبَادِي
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ
وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ
مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.
(رواه مسلم)
Wahai hamba-hambaKu,
sesungguhnya kalian tidak akan bisa mendatangkan kemudharatan kepadaKu
lalu menimpakannya kepadaKu, dan kalian takkan bisa memberikan manfaat kepadaKu
lalu kalian memberikannya kepadaKu.
Wahai hamba-hambaKu, seandainya
generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan
jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat
ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun.
Seandainya generasi pertama
kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka
semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat
kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit
pun.
Wahai hambaKu, seandainya
generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan
jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta
kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah
mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika
dimasukkan ke dalam lautan. (HR. Muslim).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8, Allah Ta’ala juga telah
berfirman:
وَقَالَ
مُوسَىٰ إِن تَكْفُرُواْ أَنتُمْ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ
لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴿٨﴾
Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang
ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim. 8).
Saudaraku,
Berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Hadits Qudsi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim serta dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8 di
atas, dapat disimpulkan bahwa Allah tidak membutuhkan keimanan kita, Allah
tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak butuh ketaatan kita.
Karena seandainya semua manusia (serta jin) dari manusia
(serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia (serta jin) yang
terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya kafir, semuanya
tidak beribadah kepada Allah, semuanya tidak menyembah Allah, semuanya durhaka
dan selalu bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua tidak akan mengurangi
kerajaan Allah sedikitpun.
Demikian pula sebaliknya, seandainya semua manusia (serta
jin) dari manusia (serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia
(serta jin) yang terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya
beriman, semuanya taat beribadah kepada Allah, semuanya hanya menyembah Allah semata, semuanya tidak pernah
durhaka dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua juga tidak
akan menambah kerajaan Allah sedikitpun.
Nah, jika ternyata Allah tidak membutuhkan keimanan kita,
jika ternyata Allah tidak butuh semua ibadah kita, dan jika ternyata Allah juga
tidak butuh ketaatan kita, apakah itu artinya kita tidak perlu beriman
kepada-Nya? Apakah itu artinya kita tidak perlu beribadah kepada-Nya? Apakah
itu artinya kita tidak perlu taat kepada-Nya?
Tentu saja akan sangat menyesatkan jika kita meng-iyakan
semua pertanyaan tersebut. Artinya akan sangat menyesatkan jika kita semua
setuju bahwa karena Allah tidak membutuhkan keimanan kita, karena Allah tidak
butuh semua ibadah kita, dan karena Allah juga tidak butuh ketaatan kita, maka
itu artinya kita juga tidak perlu beriman kepada-Nya, kita juga tidak perlu
beribadah kepada-Nya, dan kita juga tidak perlu taat kepada-Nya.
Yang benar adalah bahwa Allah memang tidak membutuhkan
keimanan kita, Allah memang tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak
butuh ketaatan kita. Kitalah yang membutuhkan untuk beriman kepada-Nya, kitalah
yang butuh untuk beribadah kepada-Nya, dan kitalah yang butuh untuk taat
kepada-Nya, jika kita ingin mendapatkan keselamatan dalam kehidupan di dunia ini, terlebih lagi pada hari kiamat nanti.
Karena Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada
hari kiamat nanti, yang artinya Allah akan menyelamatkannya dari api
neraka.
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي
الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).
مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا
وَالْاٰخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ
لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ ﴿١٥﴾
”Barangsiapa yang menyangka
bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka
hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya,
kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa
yang menyakitkan hatinya”. (QS. Al Hajj. 15).
Saudaraku,
Adalah mustahil bagi Allah
untuk tidak menolong/tidak menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya untuk
kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena
sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:
... لَا
يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"...
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).
Saudaraku,
Dari uraian di atas, maka dengan mudah dapat dipahami
bahwa jika kita tidak peduli dengan Islam maka Allah juga tidak peduli
dengan kita. Perhatikan firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 40
serta dalam surat Muhammad ayat 7 berikut ini:
... وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن
يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
“... Dan sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa. (QS. Al Hajj. 40).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ
يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad.
7).
Saudaraku,
Jika dalam dua ayat di atas menjelaskan bahwa apabila kita
orang-orang yang beriman “menolong Allah”, hal ini bukan berarti bahwa Allah
itu adalah Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan pertolongan dari kita (subhanallah,
Maha Suci Allah dari sifat yang demikian).
Adalah mustahil bagi Allah
untuk mempunyai sifat sebagai Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan pertolongan
dari kita, karena sesungguhnya
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
“Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (QS. Al Ikhlaash. 2).
وَلَمْ يَكُن
لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
“dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlaash. 4).
Lebih dari itu, jika Allah adalah Tuhan yang lemah (subhanallah,
Maha Suci Allah dari sifat yang demikian), tentunya Dia tidak akan mampu untuk membalas
“pertolongan” kita tersebut dengan balasan yang berlipat ganda. Hal ini
sekaligus juga menunjukkan bahwa kepedulian kita terhadap Islam (yaitu dengan menolong
agama Allah), pada hakekatnya hal itu adalah untuk kebaikan diri kita sendiri*)
(baca surat Fushshilat ayat 46).
Sehingga dengan mudah dapat kita simpulkan bahwa benar
Allah tidak membutuhkan kepedulian kita terhadap agama-Nya. Kitalah yang butuh
untuk peduli dengan agama Islam/kitalah yang butuh untuk menolong agama Allah agar
Allah juga peduli dengan kita/agar kita bisa mendapatkan pertolongan dari-Nya
serta agar Allah meneguhkan kedudukan kita. (Wallahu
a'lam).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ
يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad.
7).
... وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن
يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
“... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa”. (QS. Al Hajj. 40).
Demikian yang bisa kusampaikan.
Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan
ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Al Qur’an surat Fushshilat
ayat 46:
مَنْ عَمِلَ صَــٰــلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا
رَبُّكَ بِظَلَّـــٰمٍ لِّلْعَبِيدِ
﴿٤٦﴾
Barangsiapa
yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (QS. Fushshilat.
46).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar