Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (teman sekolah di
SMPN 1 Blitar) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut:
“Pak Imron maaf mau tanya, ini temenku nanya ke aku, katanya dia dapat rezeki sedikit
mau disedekahkan. Sebaiknya langsung dikasihkan ke anak yatim atau ke masjid? Mohon
penjelasannya Pak Imron, soalnya aku sendiri juga nggak
ngerti. Terimakasih sebelumnya”.
Saudaraku,
Sungguh sangat mulia niatan baik dari teman saudaraku
untuk bersedekah meski hanya mendapat rezeki sedikit (tidak musti menunggu kaya
baru bersedekah). Karena sedekah itu bisa menjauhkan kita dari api neraka.
Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i berikut
ini:
أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ خَالِدٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْمُحِلِّ عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Telah
mengabarkan kepada kami Nashr bin 'Ali dari Khalid; Telah menceritakan kepada
kami Syu'bah dari Al Muhil dari 'Adi bin Hatim dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Takutlah kalian dengan api neraka, walaupun dengan
menginfakkan sepotong kurma." (HR. An-Nasa’i no. 2505).
أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ
حَدَّثَنَا خَالِدٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنَّ عَمْرَو بْنَ مُرَّةَ
حَدَّثَهُمْ عَنْ خَيْثَمَةَ عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ ذَكَرَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّارَ فَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ وَتَعَوَّذَ
مِنْهَا ذَكَرَ شُعْبَةُ أَنَّهُ فَعَلَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا
النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ التَّمْرَةِ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Telah
memberitakan kepada kami Isma'il bin Mas'ud dia berkata; Telah menceritakan
kepada kami Khalid dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah bahwa
'Amru bin Murrah Telah menceritakan kepada mereka dari Khaitsamah dari 'Adi bin
Hatim dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan tentang
neraka, maka wajah beliau berubah (karena takut darinya), lalu beliau
berlindung darinya. Syu'bah menyebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berlindung dari api neraka sebanyak tiga kali, lalu beliau bersabda:
"Takutlah kalian dari api neraka, walaupun dengan menginfakkan sepotong
kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka dengan kalimat yang baik." (HR. An-Nasa’i no.
2506).
Oleh karena itu sampaikan kepadanya agar jangan menunda-tunda lagi.
Sampaikan kepadanya agar bersegera melakukannya (bersegeralah untuk bersedekah)
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memerintahkan kita untuk bersegera (dan jangan
ditunda-tunda lagi) dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلتُّؤَدَةُ
فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam
amalan
yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).
Saudaraku,
Sampaikan kepadanya agar bersegera melakukannya (agar
bersegera untuk bersedekah). Karena jika terus menunda-nunda/tidak segera
bersedekah, hal ini bisa menjadi sebab tidak terlaksananya amalan yang sangat
mulia tersebut karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput diri kita. Perhatikan
penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ
الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ: أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ،
تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ
الْحُلْقُومَ قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ.
(رواه البخارى ومسلم)
Seseorang datang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian
bertanya, “Ya Rasulullah, apakah sedekah yang paling banyak pahalanya?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
“Engkau bersedekah dalam keadaan dirimu sehat, tidak ingin hartamu lepas
darimu, serta dalam keadaan engkau takut kefakiran dan sangat menginginkan
harta tersebut. Janganlah engkau menunda hingga ketika ruh sudah mendekati tenggorokan
barulah engkau mengatakan, ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian’,
padahal memang itu sudah menjadi milik si fulan (ahli warisnya).” (HR.
al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadits di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada kita semua bahwa sedekah
yang paling banyak pahalanya adalah bersedekah dalam keadaan diri kita sehat,
dst. serta tidak menunda-nunda hingga ajal menjelang. Hal ini mengandung makna
bahwa kita diperintahkan untuk segera bersedekah dan jangan menunda-nunda
hingga ajal menjelang.
Dan hal ini tidak hanya berlaku untuk bersedekah saja,
namun juga berlaku untuk semua amal kebajikan. Artinya kita memang diperintahkan
untuk bersegera dalam semua amal kebajikan. Perhatikan penjelasan Al Qur’an
dalam beberapa ayat berikut ini:
... فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ ...
﴿١٤٨﴾
“... Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan
...”. (QS. Al Baqarah. 148).
يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَيُسَـــٰرِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَأُوْلَـــٰـــئِكَ مِنَ الصَّـــٰــلِحِينَ ﴿١١٤﴾
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
(QS. Ali ‘Imraan. 114).
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَـــٰـرِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
وَكَانُوا لَنَا خَـــٰـشِعِينَ ﴿٩٠﴾
Maka Kami memperkenankan do`anya, dan Kami anugerahkan
kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. (QS. Al Anbiyaa’.
90).
Selain itu, bila terus menunda-nunda amal baik (termasuk
menunda-nunda bersedekah), hal ini bisa menyebabkan niat kita menjadi berubah
karena ketika kita menunda-nunda berbuat baik, hal ini sama saja dengan membuka
kesempatan pada hawa nafsu dan kepada syaitan untuk mengganggu dan menggoda
diri kita untuk tidak melakukan kebaikan karena hawa nafsu dan syaitan
senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi kita untuk berbuat
kebaikan.
... إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٣﴾
“..., karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf. 53).
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٣٧﴾
Dan sesungguhnya
syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf. 37).
-----
Saudaraku,
Terkait prioritas dalam bersedekah, perhatikan penjelasan
Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 215 berikut ini:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ
خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَـــٰــمَىٰ وَالْمَسَــٰـكِينِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ ﴿٢١٥﴾
Mereka bertanya kepadamu
tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa
saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS.
Al Baqarah. 215).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Mereka bertanya kepadamu) hai Muhammad (tentang apa yang
mereka nafkahkan) Yang bertanya itu ialah Amar bin Jamuh, seorang tua yang hartawan.
Ia menanyakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apa yang akan
dinafkahkan dan kepada siapa dinafkahkannya? (Katakanlah) kepada mereka (Apa
saja harta yang kamu nafkahkan) 'harta' merupakan penjelasan bagi 'apa saja'
dan mencakup apa yang dinafkahkan yang merupakan salah satu dari dua sisi
pertanyaan, tetapi juga jawaban terhadap siapa yang akan menerima nafkah itu,
yang merupakan sisi lain dari pertanyaan dengan firman-Nya, (maka bagi
ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan), artinya mereka lebih berhak untuk menerimanya.
(Dan apa saja kebaikan yang kamu perbuat) baik mengeluarkan nafkah atau
lainnya, (maka sesungguhnya Allah mengetahuinya) dan akan membalasnya.
Tafsir Ibnu Katsir:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ
خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَـــٰــمَىٰ وَالْمَسَــٰـكِينِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ ﴿٢١٥﴾
Mereka bertanya kepadamu
tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, "Harta apa saja yang kalian
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa
saja kebajikan yang kalian buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah
nafkah tatawwu' (sunat).
As-Saddi mengatakan bahwa ayat
ini di-nasakh oleh zakat, tetapi pendapatnya ini masih perlu dipertimbangkan.
Makna ayat: Mereka bertanya
kepadamu bagaimanakah caranya mereka memberi nafkah. Demikianlah menurut Ibnu
Abbas dan Mujahid. Maka Allah menjelaskan kepada mereka hal tersebut melalui
firman-Nya: Katakanlah, "Harta apa saja yang kalian nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." (Al-Baqarah: 215)
Dengan kata lain, belanjakanlah
harta tersebut untuk golongan-golongan itu. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah
hadis, yaitu:
«أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ
ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ»
Ibumu, ayahmu, saudara
perempuanmu, saudara laki-lakimu, kemudian orang yang lebih bawah (nasabnya)
darimu dan yang lebih bawah lagi darimu.
Maimun ibnu Mahram pernah membacakan
ayat ini, lalu berkata, "Inilah jalur-jalur nafkah, tetapi di dalamnya
tidak disebutkan gendang, seruling, boneka kayu, tidak pula kain hiasan
dinding."
Kemudian Allah SWT. berfirman:
... وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ
﴿٢١٥﴾
Dan apa saja kebajikan yang
kalian buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Al-Baqarah: 215)
Yakni kebajikan apa pun yang
telah kamu lakukan, sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan kelak Dia akan
memberikan balasannya kepada kamu dengan balasan yang berlimpah, karena
sesungguhnya Dia tidak akan berbuat aniaya terhadap seseorang barang sedikit
pun.
-----
Saudaraku,
Terkait prioritas dalam bersedekah, perhatikan pula penjelasan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i berikut
ini:
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ
أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَعْتَقَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عُذْرَةَ
عَبْدًا لَهُ عَنْ دُبُرٍ فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَكَ مَالٌ غَيْرُهُ قَالَ لَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَشْتَرِيهِ مِنِّي فَاشْتَرَاهُ نُعَيْمُ بْنُ
عَبْدِ اللهِ الْعَدَوِيُّ بِثَمَانِ مِائَةِ دِرْهَمٍ فَجَاءَ بِهَا رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ ثُمَّ قَالَ ابْدَأْ
بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ فَإِنْ
فَضَلَ شَيْءٌ عَنْ أَهْلِكَ فَلِذِي قَرَابَتِكَ فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي
قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا يَقُولُ بَيْنَ يَدَيْكَ وَعَنْ يَمِينِكَ
وَعَنْ شِمَالِكَ
Telah
mengabarkan kepada kami Qutaibah dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Al
Laits dari Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata; "Seseorang dari bani
Udzrah -menjanjikan- untuk memerdekakan budaknya setelah ia meninggal, lalu hal
itu sampai kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka beliau
bertanya: 'Apakah kamu memiliki harta selain dia? ' Ia menjawab; 'Tidak'. Lalu
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bertanya: 'Siapakah yang membelinya
dariku? ' Lalu Nu'man bin Abdullah Al Adawi membelinya dengan harga delapan
ratus Dirham. Ia datang dengan membawa uang tersebut kepada Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, lalu beliau memberikan kepadanya, kemudian beliau
bersabda: 'Mulailah dengan dirimu, bersedekahlah padanya. Jika ada kelebihan,
maka untuk keluargamu. Jika ada kelebihan dari keluargamu, maka untuk
kerabatmu. Jika ada kelebihan dari kerabatmu, maka begini dan begini -beliau
bersabda: - yang ada di hadapanmu, di samping kananmu dan di samping kirimu. (HR. An-Nasa’i no.
2499).
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah
ayat 215 serta penjelasan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i di atas, kita bisa mengetahui bahwa ibu, bapak, dan kaum kerabat kita merupakan
prioritas utama/yang diutamakan terlebih dulu jika kita ingin bersedekah (artinya
mereka lebih berhak untuk menerimanya), terutama jika mereka sudah
amat tua dan tidak lagi memiliki penghasilan lagi atau dalam keadaan tidak
mampu.
Lebih dari itu, dengan bersedekah kepada keluarga dan kaum kerabat, kita akan mendapatkan nilai tambah dari sedekah tersebut. Disamping akan mendapatkan
pahala sedekah, kita juga akan mendapatkan pahala silaturrahim. Perhatikan
penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i berikut ini:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعَلَى قَالَ
حَدَّثَنَا خَالِدٌ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ
الرَّائِحِ عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي
الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdul A'la dia berkata; Telah menceritakan
kepada kami Khalid dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Aun dari
Hafshah dari Ummu Ar Raaih dari Salman bin 'Amir dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya
satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; pahala sedekah
dan pahala silaturrahim."
(HR. An-Nasa’i no. 2535).
Sedangkan prioritas berikutnya adalah anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (perhatikan
kembali penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 215 serta penjelasan
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i di atas).
Adapun yang dimaksud dengan orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai kecukupan untuk hidupnya. Perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i berikut ini:
أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْأَعْلَى قَالَ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ الْأُكْلَةُ
وَالْأُكْلَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ قَالُوا فَمَا الْمِسْكِينُ يَا
رَسُولَ اللهِ قَالَ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى وَلَا يَعْلَمُ النَّاسُ حَاجَتَهُ
فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ
Telah
mengabarkan kepada kami Nashr bin 'Ali dia berkata; Telah menceritakan kepada
kami 'Abdul A'la dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Az
Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bukanlah orang miskin itu yang datang untuk
mendapatkan satu atau dua suap makanan atau satu atau dua butir kurma".
Para sahabat bertanya; 'Lalu bagaimanakah orang yang miskin itu ya Rasulullah?
Beliau menjawab: "Yaitu orang yang tidak mempunyai kecukupan untuk
hidupnya, dan orang lain tidak mengetahui kebutuhannya hingga berhak mendapat
sedekah."
(HR. An-Nasa’i no. 2526).
Saudaraku,
Setelah urutan prioritas di atas, selanjutnya sedekah bisa
kita berikan kepada pihak mana
saja yang kita lebih mengetahuinya (sedekah bisa kita berikan kepada pihak yang kita lebih tahu yang berhak untuk kita beri). Perhatikan penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam An-Nasa’i berikut ini:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ وَمُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَصَدَّقُوا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ عِنْدِي دِينَارٌ قَالَ تَصَدَّقْ
بِهِ عَلَى نَفْسِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ
قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ
قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى خَادِمِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ أَنْتَ أَبْصَرُ
Telah
mengabarkan kepada kami 'Amru bin 'Ali dan Muhammad bin Al Mutsanna dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu 'Ajlan dari Sa'id dari
Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Bersedekahlah kalian", lalu seseorang berkata ya Rasulullah aku
hanya memiliki satu dinar, beliau menjawab: "Bersedekahlah dengannya untuk
dirimu, " ia berkata aku mempunyai yang lain, beliau bersabda:
"Bersedekahlah untuk istrimu, " ia berkata aku mempunyai yang lain,
beliau bersabda: "Bersedekahlah untuk anakmu, " ia berkata aku
memiliki yang lain, beliau bersabda: "Bersedekahlah untuk pembantumu,
" ia berkata aku memiliki yang lain, beliau bersabda: "Engkau lebih
tahu yang berhak engkau beri." (HR. An-Nasa’i no. 2488).
JANGAN MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN
Saudaraku,
Ada satu hal yang harus kita perhatikan saat bersedekah
agar ibadah kita dalam bersedekah tidak sia-sia, yaitu jangan sekali-kali mengungkit-ungkit
sedekah yang telah kita berikan tersebut. Perhatikan penjelasan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Imam
An-Nasa’i berikut ini:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ
وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ وَالدَّيُّوثُ وَثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ وَالْمَنَّانُ
بِمَا أَعْطَى
Telah
mengabarkan kepada kami 'Amru bin 'Ali dia berkata; Telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Zura'i dia berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin
Muhammad dari 'Abdullah bin Yasar dari Salim bin 'Abdullah dari Bapaknya dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga golongan
yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak yang durhaka kepada
orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayyuts, yaitu seorang yang
merelakan keluarganya berbuat kekejian. Dan tiga golongan mereka tidak akan
masuk surga; anak yang durhaka kepada orang tua, pecandu khamer, dan orang yang
selalu menyebut-nyebut pemberiannya." (HR. An-Nasa’i no. 2515).
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ عَنْ مُحَمَّدٍ
قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمُدْرِكِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ
بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا خَابُوا وَخَسِرُوا قَالَ
الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
وَالْمَنَّانُ عَطَاءَهُ
Telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar dari Muhammad dia berkata; Telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Ali bin Al Mudrik dari Abu Zur'ah bin
'Amru bin Jarir dari Kharasyah bin Al Hur dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara,
tidak akan dilihat dan tidak akan disucikan oleh Allah Azza wa Jalla pada hari
kiamat, bagi mereka adzab yang pedih, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyebutkannya, kemudian Abu Dzar berkata; Rugilah mereka, rugilah
mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang yang
memanjangkan kainnya dibawah mata kaki, orang yang menjual dagangannya dengan
sumpah palsu, dan orang yang menyebut-nyebut pemberiannya." (HR. An-Nasa’i no.
2516).
أَخْبَرَنَا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا
غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ قَالَ سَمِعْتُ سُلَيْمَانَ وَهُوَ الْأَعْمَشُ عَنْ
سُلَيْمَانَ بْنِ مُسْهِرٍ عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا
يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ الْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى وَالْمُسْبِلُ
إِزَارَهُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
Telah
mengabarkan kepada kami Bisyr bin Khalid dia berkata; Telah menceritakan kepada
kami Ghundar dari Syu'bah dia berkata; Aku mendengar Sulaiman yaitu Al A'masy
dari Sulaiman bin Mushir dari Kharasyah bin Al Hur dari Abu Dzar dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga golongan yang
tidak akan diajak bicara, tidak akan dilihat dan tidak akan disucikan oleh
Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih, yaitu
orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang memanjangkan kainnya
dibawah mata kaki, dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah
palsu."
(HR. An-Nasa’i no. 2517).
Demikian yang bisa kusampaikan.
Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan
ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar