Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini kelanjutan dari artikel “Mengapa Mesti Keluar Dari Islam? (II)”:
Isa Al Masih Menyelamatkan, Bukan Membawa Agama
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa pernyataan tersebut adalah benar-benar
sebuah kesalahan yang sangat fatal. Mengapa demikian?
Karena sesungguhnya hanya
Allah-lah yang bisa menolak mudharat dan memberi manfaat. Dialah yang memiliki
kerajaan, pemberian, pencegahan. Dialah yang memiliki segala perintah, Dialah
pemilik segala ciptaan. Keputusannya pasti terlaksana, ketentuannya pasti
terjadi. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Dia berikan, tidak ada yang bisa
memberikan apa yang Dia tahan, dan tidak ada yang bisa menolak apa yang Dia
putuskan.
Dialah (Allah-lah)
satu-satunya
yang bisa melenyapkan setiap bencana dan menghilangkan setiap kesulitan. Dialah
satu-satunya yang bisa menyelamatkan umat manusia. Para malaikat, para nabi,
orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya, tidak ada satupun yang bisa menolak mudharat
dan mendatangkan manfaat!
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا
مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ
وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ
اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ
أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ
عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan
itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat
menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar. 38).
Tidak ada satupun agama yang dapat mengampuni dosa. Agama
apapun tidak dapat menjamin pengikutnya masuk surga. Agama tidak lain dari
usaha manusia untuk mengatur hidup para pengikutnya. Agama Kristen-pun tidak
menyelamatkan.
Saudaraku,
Untuk bagian yang ini tidak perlu dibahas lagi karena
sudah dibahas pada bagian sebelumnya dari atrikel ini, yang menyatakan bahwa
Para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk
lainnya (termasuk agama), tidak ada satupun yang bisa menolak mudharat dan
mendatangkan manfaat/tidak ada satupun yang dapat mengampuni dosa/tidak ada
satupun yang dapat menyelamatkan umat manusia. Karena hanya Allah-lah satu-satunya
yang bisa melenyapkan setiap bencana dan menghilangkan setiap kesulitan. Dialah
satu-satunya yang bisa menyelamatkan umat manusia. (Silahkan dibaca kembali uraian
dalam artikel ini/persis di atas bahasan pada bagian ini).
Bukan agama baru yang dibutuhkan manusia yang terikat
dalam kegelapan dosa, tetapi manusia membutuhkan seorang penyelamat. Dan untuk
itulah Isa Al Masih datang ke dunia. “Supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:15). Sebagaimana yang telah
disaksikan oleh Nabi Yahya Pembaptis saat ia berkata: “Lihatlah Anak domba
Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29)
Saudaraku,
Betul sekali, bahwa bukan agama baru yang
dibutuhkan manusia yang terikat dalam kegelapan dosa. Mengapa demikian?
Saudaraku,
Al Qur’an telah menjelaskan bahwa Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti,
yang artinya Allah akan menyelamatkan mereka semuanya dari api neraka.
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي
الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).
Adalah mustahil bagi Allah
untuk tidak menolong/tidak menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya dan
kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena
sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:
... لَا
يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"...
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).
Sehingga dengan mudah dapat dipahami agar kita umat manusia
bisa terhindar dari api neraka adalah dengan menjadi orang-orang
yang beriman kepada-Nya, yaitu dengan memilih Islam sebagai agama
kita.
وَمَن
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَــٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ
مِنَ الْخَـــٰسِرِينَ ﴿٨٥﴾
“Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS.
Ali ‘Imraan. 85).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali ’Imran.
102).
... وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ
كَافِرٌ فَأُوْلَــٰـــئِكَ حَبِطَتْ
أَعْمَــٰــلُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُوْلَــٰــئِكَ أَصْحَــٰـبُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَــٰـلِدُونَ ﴿٢١٧﴾
”... Barangsiapa yang murtad
di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah. 217).
Saudaraku,
Meskipun demikian, tidak ada paksaan untuk memeluk agama
Islam.
لَآ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ...
﴿٢٥٦﴾
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); ...”.
(QS. Al Baqarah: 256).
Karena sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat.
... قَدْ
تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَىِّ ... ﴿٢٥٦﴾
“... sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat ...”. (QS. Al Baqarah: 256).
Maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman
dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Jadi, tidak ada paksaan sedikitpun
untuk memasuki/memeluk agama Islam (artinya keputusan sepenuhnya ada pada diri
manusia sendiri).
... فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ...
﴿٢٩﴾
“... maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir ...". (QS.
Al Kahfi. 29).
Untuk semua yang ingin tahu bagaimana agar bisa mendapatkan
keselamatan dan hidup kekal? Mari ikut Isa Al Masih dan dengarkan
seruan-Nya..!! Kata Isa kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (Yohanes 14:6)
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa setiap kali seorang nabi wafat (atau
dibunuh kaumnya), ajaran yang dibawanya dari waktu ke waktu selalu mengalami
pelunturan, dari yang paling sederhana hingga yang paling parah. Seringkali
para nabi dan orang shalih yang awalnya dihormati, kemudian malah dijadikan
sesembahan selain Allah SWT.
Setiap kali ajaran nabi terdahulu mengalami penyimpangan
berat, Allah mengutus nabi berikutnya untuk meluruskannya kembali. Dan begitu Allah
telah mengutus nabi berikutnya, maka ajaran yang dibawa nabi sebelumnya yang
sudah mengalami penyimpangan berat tersebut, tidak berlaku lagi. Semua kaum
yang pernah diturunkan kepada mereka syariat (ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan) sebelumnya yang sudah mengalami penyimpangan berat
tersebut, diwajibkan untuk meninggalkannya dan berpindah masuk ke dalam syariat
terbaru.
Saudaraku,
Berhala-berhala di masa Nabi
Nuh,
tidak lain asalnya adalah dari
patung-patung orang shalih di zamannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
aqidah (keyakinan)
umat Nabi Nuh sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga
akhirnya terjadi
penyimpangan berat sampai menyembah patung-patung orang shalih tersebut.
قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَن
لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا ﴿٢١﴾ وَمَكَرُوا مَكْرًا
كُبَّارًا ﴿٢٢﴾ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ ءَالـِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا
وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ﴿٢٣﴾
(21) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka
telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, (22) dan
melakukan tipu-daya yang amat besar". (23) Dan mereka berkata:
"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwaa`, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr". (QS. Nuh. 21 – 23)
Ibnu Abbas r.a. menjelaskan:
أَسْمَاءُ
رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى
قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا
فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ. (رواه
البخارى)
Mereka adalah nama-nama orang-orang soleh di kalangan
kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat
prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan memberi nama
prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya. Namun
prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal,
dan pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini
disembah. (HR. Bukhari).
Ketika Isa AS diangkat menjadi Nabi, pada awalnya belum
ada orang yang menyatakan beliau sebagai Tuhan, khususnya dikalangan
orang-orang yang setia kepada beliau (baca Al Qur’an surat Maryam ayat 30 serta
surat Az Zukhruf ayat 59 di bawah ini).
Namun dengan seiring berjalannya waktu, aqidah umat Nabi
Isa sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga akhirnya terjadi
penyimpangan berat sampai menjadikan beliau Tuhan atau Anak Tuhan (baca surat An
Nisaa’ ayat 171, surat Maryam ayat 88 – 92 serta surat Al Maa-idah ayat 17 di bawah ini).
قَالَ
إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَـــٰنِيَ الْكِتَـــٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ﴿٣٠﴾
Berkata Isa: "Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi”. (QS. Maryam. 30)
إِنْ
هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَـــٰـهُ مَثَلًا لِّبَنِي
إِسْرَائِيلَ ﴿٥٩﴾
“Isa tidak lain hanyalah
seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni`mat (kenabian) dan Kami jadikan
dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil”. (QS. Az Zukhruf.
59).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلَا
تَقُولُواْ عَلَى اللهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُواْ بِاللهِ وَرُسُلِهِ
وَلَا تَقُولُواْ ثَلَاثَةٌ اِنتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللهُ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللهِ وَكِيلًا ﴿١٧١﴾
”Wahai Ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu*, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali
yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah
dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya** yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan)
roh dari-Nya***. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya
dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan
itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (QS. An Nisaa’ ayat 171).
*) Maksudnya:
Janganlah kamu mengatakan Nabi ’Isa itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh
orang-orang Nasrani.
**) Maksudnya:
Membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat ”kun”
(jadilah) tanpa bapak, yaitu Nabi ’Isa AS.
***) Disebut
tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
وَقَالُوا
اتَّخَذَ الرَّحْمَــــٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ
الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَـــٰنِ وَلَدًا ﴿٩١﴾ وَمَا يَنبَغِي
لِلرَّحْمَـــٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾
(88) Dan mereka berkata:
"Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". (89)
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, (90)
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung
runtuh, (91) karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (92)
Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (QS.
Maryam. 88 – 92).
لَّقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَن
يَمْلِكُ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَن يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ
وَأُمَّهُ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٧﴾
Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera
Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera
Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di
antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (QS. Al Maa-idah. 17).
Nah, jika masalah aqidah (keyakinan) yang paling esensial
sampai mengalami deviasi yang parah, apatah lagi masalah detail teknis syar’iah,
tentunya jauh mengalami penyimpangan luar biasa.
Saudaraku,
Al Qur’an banyak mengupas
tentang adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut. Beberapa
ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang penyimpangan-penyimpangan tersebut
adalah surat An Nisaa’ ayat 171, surat Maryam ayat 88 – 92 serta surat Al
Maa-idah ayat 17 di atas.
Nah, karena ajaran-ajaran umat
terdahulu mengalami penyimpangan, maka
hanya satu penjelasan yang bisa diterima, yaitu sumber dari keyakinan tersebut (yaitu
kitab suci-nya) juga terdapat penyimpangan/kesalahan. Dan penyimpangan-penyimpangan/kesalahan-kesalahan
ini tidak mungkin terjadi jika kitab suci - kitab
suci terdahulu masih terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur
tangan manusia.
Saudaraku,
Surat Al Maa-idah ayat 41 serta
surat Ali ‘Imraan ayat 78 berikut ini memberi penjelasan tentang kitab suci - kitab suci terdahulu yang sudah
tidak lagi terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan
manusia:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنكَ الَّذِينَ
يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُواْ ءَامَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ
وَلَمْ تُؤْمِن قُلُوبُهُمْ وَمِنَ الَّذِينَ هَادُواْ سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ
سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ ءَاخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِن
بَعْدِ مَوَاضِعِهِ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَـٰذَا فَخُذُوهُ وَإِن لَّمْ
تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُواْ وَمَن يُرِدِ اللهُ فِتْنَتَهُ فَلَن تَمْلِكَ لَهُ مِنَ
اللهِ شَيْئًا أُوْلَـٰــئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللهُ أَن يُطَهِّرَ
قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ
عَظِيمٌ ﴿٤١﴾
”Hai Rasul, janganlah
hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:
"Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga)
di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain
yang belum pernah datang kepadamu; mereka
mengubah* perkataan-perkataan (firman Allah, yaitu Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka
mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka)
kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka
hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka
sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada
Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati
mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan
yang besar”. (QS. Al Maa-idah. 41).
Perhatikan pada bagian tengah ayat 41 dalam surat Al
Maa-idah di atas:
... يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ
مِن بَعْدِ مَوَاضِعِهِ ... ﴿٤١﴾
“... mereka mengubah* perkataan-perkataan (firman Allah, yaitu Taurat) dari tempat-tempatnya. ...”.
(QS. Al Maa-idah. 41 *) Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat, atau menambah dan mengurangi.
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ
لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ
عِندِ اللهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ
وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿٧٨﴾
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang
memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya
itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia
bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka
mengetahui”. (QS. Ali ‘Imraan 78)
Saudaraku,
Berbeda dengan ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
terdahulu yang dengan berjalannya waktu selalu mengalami penyimpangan dari yang
paling sederhana hingga yang paling parah sehingga Allah mengutus nabi
berikutnya untuk meluruskannya kembali, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. telah Allah jaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia
hingga hari akhir nantinya karena Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dari
seluruh nabi.
Tidak ada lagi nabi setelah
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga
hari kiamat, karena Nabi Muhammad adalah penutup para nabi (Nabi
Muhammad adalah nabi yang terakhir). Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur’an
surat Al Ahzaab ayat 40:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ
وَلَـــٰــكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾
“Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”. (QS. Al Ahzaab. 40).
Karena Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir, maka
sudah tidak ada lagi kitab suci setelah kitab suci Al Qur'an
hingga hari kiamat. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab suci
itu adalah sebuah kitab yang di dalamnya berisi firman-firman Allah yang
diwahyukan hanya kepada para Nabi/Rasul-Nya saja. Artinya
tidak ada seorangpun yang bisa menerima wahyu dari-Nya, kecuali para
Nabi/Rasul-Nya.
Nah, karena sudah tidak ada
lagi nabi setelah Nabi Muhammad hingga hari kiamat nanti (sebagaimana
penjelasan Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 40 di atas), maka hal ini sekaligus
juga menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan ke
muka bumi ini hingga akhir zaman.
Saudaraku,
Berbeda dengan kitab suci – kitab suci terdahulu, Al
Qur'an sebagai kitab suci terakhir, Allah yang berjanji untuk memeliharanya sehingga
tetap terjaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia hingga hari
akhir nantinya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَـــٰــفِظُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya*.” (QS.
Al Hijr. 9).
*) Ayat
ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur’an untuk
selama-lamanya.
Lebih dari itu, karena Nabi
Muhammad adalah nabi yang terakhir, maka sudah tidak ada lagi nabi berikutnya yang diutus
Allah untuk meluruskan/merevisi Al Qur’an karena Al
Qur’an memang sudah dijaga oleh Allah sehingga mustahil akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sebagaimana kitab suci – kitab suci terdahulu*.
*) Penjelasan
lebih terperinci terkait hal ini sudah aku sampaikan dalam buku: “Petunjuk
Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits”, Jilid 1
pada sub-bab 1.3. halaman 10 – 16.
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلْإِيمَـــــٰنِ أَنْ ءَامِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ﴿١٩٣﴾
”Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar seorang penyeru (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka
kamipun beriman. Ya Tuhan kami maka ampunilah kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,
dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ‘Imraan.
193).
... رَبَّنَا ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ
خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
"... Ya Tuhan
kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami
dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Rahmat. (QS. Al Mu’minuun.
109). Amin,
ya rabbal ‘alamin!
PENJELASAN TAMBAHAN
Berikut ini aku sampaikan kutipan dari artikel di atas:
(QS. Ali ‘Imraan 3: 45): “Sebab
Isa Al Masih adalah seorang terkemuka di dunia dan di akhirat. Dan Isa Al Masih
adalah rahmat Allah juga tanda bagi manusia”.
Saudaraku,
Berikut ini aku kutibkan surat
Ali ‘Imraan (surat ke 3) ayat 45 secara lengkap:
إِذْ
قَالَتِ الْمَلَـــٰــئِكَةُ يَـــٰــمَرْيَمُ إِنَّ اللهَ
يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ ﴿٤٥﴾
(Ingatlah), ketika Malaikat
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS.
Ali ‘Imraan. 45)
Saudaraku,
Terlihat sekali perubahan terjemahan
yang mereka lakukan:
اسْمُهُ
الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ diterjemahkan menjadi “Sebab Isa Al Masih”,
padahal yang benar adalah: “namanya Al Masih `Isa putera Maryam”
وَمِنَ
الْمُقَرَّبِينَ diterjemahkan
menjadi: “Dan Isa Al Masih adalah rahmat Allah”, padahal yang benar
adalah: “dan (`Isa Al Masih) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah)”.
Sedangkan tambahan kalimat: “juga
tanda bagi manusia”, jelas ini adalah kata-kata yang mereka tambahkan
sendiri yang sama sekali tidak terdapat dalam surat Ali ‘Imraan ayat 45 di
atas.
––––––––––
Saudaraku,
Lihatlah kebiasaan buruk
mereka/yang terbiasa mengubah-ubah ayat-ayat Allah. Kali ini mereka mau coba
terapkan pada Al Qur'an. Dan ternyata tipu muslihat mereka itu dengan mudah
ketahuan.
Mengapa demikian?
Al Qur’an walaupun sudah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa, namun tetap didampingi Al Qur'an dengan
bahasa aslinya yaitu Bahasa Arab. Hal ini bisa kita buktikan, bahwa kemanapun
kita pergi di seluruh permukaan bumi ini, pasti akan kita jumpai terjemahan Al
Qur’an yang didampingi dengan Bahasa Arab. Jadi kita tidak akan menjumpai
adanya satu kitab yang hanya berisi terjemahan Al Qur’an saja, tanpa
disandingkan dengan Al Qur’an dalam bahasa aslinya yaitu Bahasa Arab.
Kondisi seperti ini jelas akan
memudahkan umat Islam untuk mengecek apabila terjadi kesalahan dalam
terjemahannya, karena dengan mudah bisa merujuk langsung ke dalam Al Qur’an
asli yang berbahasa Arab sebagai standard.
Hal ini sangat berbeda dengan
kitab suci mereka. (Sebuah kitab dari waktu ke waktu akan selalu mengalami
perubahan, jika tidak ada lagi kitab berbahasa asli sebagai standard untuk
mengecek apabila terjadi kesalahan dalam terjemahannya).
Wallahu Ta’ala a’lam,
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-3 dari 3
tulisan}