Assalamu’alaikum
wr. wb.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa salah satu ciri orang yang beriman adalah gemar
bersedekah. Perhatikan penjelasan
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ
حَدَّثَنَا أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى أَنَّ زَيْدًا حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا
سَلَّامٍ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ
وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ تَمْلَآَنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا.
(رواه مسلم)
3.1/328. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah
menceritakan kepada kami Habban bin Hilal telah menceritakan kepada kami Aban
telah menceritakan kepada kami Yahya bahwa Zaid telah menceritakan kepadanya,
bahwa Abu Sallam telah menceritakan kepadanya dari Abu Malik al-Asy'ari dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersuci
adalah setengah dari iman, alhamdulillah memenuhi timbangan, subhanallah dan
alhamdulillah keduanya memenuhi, atau salah satunya memenuhi apa yang ada
antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, shadaqah adalah bukti, kesabaran adalah sinar, dan
al-Qur'an adalah hujjah untuk amal kebaikanmu dan hujjah atas amal kejelekanmu.
Setiap manusia adalah berusaha, maka ada orang yang menjual dirinya sehingga
membebaskannya atau menghancurkannya." (HR. Muslim).
Saudaraku,
Dari hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas (hadits no. 328), diperoleh penjelasan
bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ
بُرْهَانٌ. (رواه مسلم)
“Dan
sedekah adalah burhan (bukti)“. (HR. Muslim)
Yang
dimaksud burhan adalah bukti yang menunjukkan benarnya keimanan (bukti akan
kebenaran keimanan seseorang). Tidaklah akan rela mengeluarkan harta yang ia
cintai untuk disedekahkan, kecuali hanya orang yang memiliki keimanan dalam
hatinya. Maka ketika seseorang mengedepankan ketaatan kepada Allah dengan
bersedekah, hal ini merupakan bukti benarnya keimanan di dalam hatinya.
Saudaraku,
Orang yang memiliki
keimanan yang benar dalam hatinya, maka yang bersangkutan tidak akan kikir. Dia
akan rela mengeluarkan harta yang ia cintai untuk disedekahkan dan dia tidak
akan menghitung-hitungnya.
حَدَّثَنَا أَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنْفِقِي أَوْ انْضَحِي أَوْ انْفَحِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ. (رواه مسلم)
13.84/1708. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam
dari Fathimah binti Al Mundzir dari Asma` binti Abu Bakar ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku:
"Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan
menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu." (HR. Muslim).
و حَدَّثَنَا عَمْرٌو
النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ
أَبِي مُعَاوِيَةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ حَدَّثَنَا
هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ عَبَّادِ بْنِ حَمْزَةَ وَعَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ
الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ انْفَحِي أَوْ انْضَحِي أَوْ أَنْفِقِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللهُ
عَلَيْكِ وَلَا تُوعِي فَيُوعِيَ اللهُ عَلَيْكِ و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ عَبَّادِ بْنِ حَمْزَةَ
عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا
نَحْوَ حَدِيثِهِمْ. (رواه مسلم)
13.85/1709. Dan telah menceritakan kepada kami Amru An
Naqid dan Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Abu Mu'awiyah -
Zuhair berkata- telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hazim telah
menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari Abbad bin Hamzah dan dari
Fathimah binti Al Mundzir dari Asma` ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena
Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu. Dan janganlah kikir,
karena Allah akan kikir pula kepadamu. Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu
Numair telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan
kepada kami Hisyam dari Abbad bin Hamzah dari Asma` bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepadanya, sebagaimana hadits mereka. (HR. Muslim).
Sedangkan
di antara ciri kemunafikan adalah enggan untuk bersedekah. Mereka kikir dari
bersedekah.
... وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ
كَـــٰرِهُونَ ﴿٥٤﴾
“...
dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan”. (QS. At Taubah. 54).
الْمُنَـــٰــفِقُونَ
وَالْمُنَـــٰــفِقَـــٰتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللهَ
فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَـــٰــفِقِينَ هُمُ الْفَـــٰسِقُونَ ﴿٦٧﴾
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan,
sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah. 67).
Saudaraku,
Dari surat At Taubah ayat 67 di atas, diperoleh
penjelasan sebagai berikut:
... وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ...
﴿٦٧﴾
“
… dan mereka menggenggamkan tangannya ...”. (At Taubah : 67)
Tafsir Jalalain
(Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “... (dan
mereka menggenggam tangannya) daripada berinfak di jalan ketaatan ...”.
Oleh karena itu jangan
sekali-kali menunda-nunda kesempatan untuk bersedekah (bersegeralah untuk
bersedekah). Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk bersegera (dan
jangan ditunda-tunda lagi) dalam segala amalan yang berkenaan dengan
akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
اَلتُّؤَدَةُ فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى
عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan
dalam segala hal
adalah
baik, kecuali dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).
Lebih dari itu, jika
terus menunda-nunda/tidak segera bersedekah, hal ini bisa menjadi sebab tidak
terlaksananya amalan yang sangat mulia tersebut karena kita tidak tahu kapan
ajal menjemput diri kita. Perhatikan penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut
ini:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ
أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ: أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى
الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ
قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ. (رواه
البخارى ومسلم)
Seseorang
datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, apakah
sedekah yang paling banyak pahalanya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau
bersedekah dalam keadaan dirimu sehat, tidak ingin hartamu lepas darimu, serta
dalam keadaan engkau takut kefakiran dan sangat menginginkan harta tersebut.
Janganlah engkau menunda hingga ketika ruh sudah mendekati tenggorokan barulah
engkau mengatakan, ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian’, padahal
memang itu sudah menjadi milik si fulan (ahli warisnya).” (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
Saudaraku,
Ada satu hal lagi yang
harus kita perhatikan terkait hal ini. Bahwa dalam
bersedekah, kita tidak perlu takut akan menjadi miskin sehingga hal ini dapat
mendorong kita untuk berlaku kikir terhadap sesama. Janganlah kita terpedaya
oleh tipu daya syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya Allah menjanjikan ampunan
dan karunia untuk kita. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.
الشَّيْطَــــٰـنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ
وَاللهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٦٨﴾
“Syaitan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
(QS. Al Baqarah. 268).
Lebih dari itu, sedekah itu juga tidak akan mengurangi
harta kita (melainkan akan bertambah banyak). Karena bagi hamba-hamba yang
ikhlas, adalah sangat mudah bagi Allah untuk menggantinya dengan rezki yang
sebaik-baiknya.
قُلْ إِنَّ رَبِّي
يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا
أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ ﴿٣٩﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba’.
39).
Rasulullah
shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ
اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلَّا
رَفَعَهُ اللهُ. (رواه مسلم)
“Tidaklah sedekah akan membuat harta
berkurang. Tidaklah Allah akan menambahkan pada seorang hamba karena memaafkan
(saudaranya) selain (bertambah) kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan
hatinya karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR.
Muslim).
Sedangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Sahabat
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصبِحُ العِبادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ، فَيَقُولُ
أَحَدُهُمَا: اللّٰهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللّٰهُمَّ
أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. (رواه البخارى ومسلم)
“Tidak
ada hari kecuali setiap hari tersebut ada dua malaikat yang turun setiap pagi
dan berkata salah seorang diantara mereka, ‘Ya Allah berilah ganti bagi orang
yang berinfaq‘, dan berkata malaikat yang lain, ‘berilah kebinasaan bagi orang
yang kikir.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saudaraku,
Dari
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sedekah adalah burhan (bukti akan
kebenaran keimanan seseorang) sedangkan enggan bersedekah adalah ciri
kemunafikan. Sehingga sangat mudah dipahami mengapa orang yang sudah wafat,
akan memohon kepada Allah agar ditangguhkan kematiannya
sehingga yang bersangkutan bisa bersedekah dan termasuk
orang-orang yang saleh.
Perhatikan firman Allah
SWT. dalam Al Qur’an surat Al Munaafiquun ayat 10 – 11 berikut ini:
وَأَنفِقُوا مِن مَّا
رَزَقْنَـــٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ
فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّـــٰـلِحِينَ ﴿١٠﴾ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا
جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١١﴾
(10) Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
saleh?”. (11) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al Munaafiquun. 10 – 11).
♦ Kesempatan berbakti kepada orang tua
Saudaraku,
Karena
orang yang sudah wafat tidak bisa lagi
untuk bersedekah karena Allah tidak akan pernah menangguhkan kematian
seseorang apabila telah datang waktu kematiannya, maka terbuka kesempatan bagi kita untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain)
terutama jika kedua orang-tua telah wafat. Dan salah satu bentuknya adalah dengan bersedekah untuk mereka (bersedekah atas nama mereka).
Saudaraku,
Sekali
lagi kusampaikan bahwa disaat orang yang sudah wafat sangat menginginkan agar
diberi kesempatan untuk hidup kembali agar bisa bersedekah (dan tidak mungkin
Allah menghidupkan kembali sehingga orang yang sudah wafat tidak mungkin bisa
bersedekah lagi, sebagaimana penjelasan surat Al Munaafiquun ayat 10 – 11 di atas), namun anak yang shalih bisa
membantu kedua orang-tuanya yang sudah wafat agar tetap bisa bersedekah, yaitu
dengan cara bersedekah atas
nama kedua orang-tua yang sudah wafat (atau atas nama salah satu diantara
keduanya/atas nama ayah
saja atau atas nama ibu saja).
Berikut ini hadits-hadits
shahih yang menjelaskan keutamaan bersedekah untuk kedua orang-tua yang telah wafat:
أَنَّ
رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ
نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ
إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ. (رواه البخارى)
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, "Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak. Saya
menduga, jika ia bisa bicara, ia akan bersedekah. Apakah ia bisa mendapatkan
pahala jika saya bersedekah untuknya?" Beliau menjawab, "Ya."
(HR. Bukhari)
إِنَّ
أُمِّىَ افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَإِنِّى أَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ
فَلِىَ أَجْرٌ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ. (رواه مسلم)
Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak dan tidak
sempat berwasiat. Saya menduga, jika ia bisa berbicara ia akan bersedekah,
apakah ada pahala baginya jika aku bersedekah untuknya?" Beliau menjawab,
"Ya" (HR. Muslim)
أَنْبَأَنَا
ابْنُ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه -
تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ
أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ
تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ
حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا. (رواه البخارى)
Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa'ad bin Ubadah
r.a. sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, "Ya
Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu
berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?" Beliau menjawab, "Ya."
Ia berkata, "Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al
Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku." (HR. Bukhari).
أَنَّ
رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ أَبِى مَاتَ وَتَرَكَ
مَالاً وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ
نَعَمْ. (رواه مسلم)
Seseorang berkata kepada Nabi, "Sesungguhnya ayahku
meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan)-nya?" Beliau menjawab, "Ya" (HR. Muslim).
Saudaraku,
Berdasarkan
penjelasan hadits-hadits di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa bersedekah untuk kedua orang-tua yang telah wafat memiliki 3 keutamaan:
1. Pahala
sedekah sampai kepada orangtua yang telah wafat.
2. Sedekah
tersebut bermanfaat/berguna bagi orang-tua yang telah berada di alam barzah
3. Sedekah
tersebut dapat menjadi penebus kesalahan orangtua.
Lebih dari itu semua, sedekah juga bisa memadamkan panasnya kubur dan akan menjadi naungan bagi setiap mukmin pada hari
kiamat nanti serta dapat memadamkan api neraka.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إن الصدقة لتطفئ عن أهلها حر القبور وإنما يستظل المؤمن يوم
القيامة في ظل صدقته. (رواه أحمد)
“Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi
pelakunya. Sungguh pada hari kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah
naungan sedekahnya.” (HR Ahmad).
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ مَرْثَدِ بْنِ
عَبْدِ اللهِ الْيَزَنِيِّ حَدَّثَنِي بَعْضُ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ ظِلَّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ. (رواه أحمد)
Telah menceritakan
kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin
Ishaq] dari [Yazid bin Abu Habib] dari [Martsad bin Abdullah Al Yazani] telah
menceritakan kepadaku [sebagian sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam], bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya yang menjadi naungan seorang mukmin pada hari kiamat adalah
sedekahnya." (HR. Ahmad no. 17351).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَا
كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ
وَالصَّلَاةُ قُرْبَانٌ. (رواه أحمد)
“Wahai
Ka'b bin 'Ujroh, puasa adalah perisai, sedekah memadamkan api neraka dan sholat
adalah persembahan“. (HR. Ahmad no. 13919).
Hadits no. 13919 selengkapnya adalah
sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا
مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ أَعَاذَكَ اللهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا
إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ
بِهَدْيِي وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ
وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ
وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ
يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا
عَلَيَّ حَوْضِي يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ
تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ وَالصَّلَاةُ قُرْبَانٌ أَوْ قَالَ بُرْهَانٌ يَا كَعْبُ
بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ
النَّارُ أَوْلَى بِهِ يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ
نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا وَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوبِقُهَا. (رواه أحمد)
Telah bercerita kepada
kami [Abdurrazaq] telah menghabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Ibnu Khutsaim]
dari [Abdurrahman bin Sabith] dari [Jabir bin Abdullah] Sesungguhnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Ka'b bin' Ujroh, "Semoga
Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh", (Ka'b bin
'Ujroh Radliyallahu'anhu) bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh?
(Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) bersabda: "Yaitu para pemimpin
negara sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan
sunnahku, barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta
menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku
juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas
telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka,
serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah
golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas
telagaku. Wahai Ka'b bin 'Ujroh puasa adalah perisai,
sedekah memadamkan api neraka dan sholat adalah persembahan. Atau beliau
bersabda: penerang. Wahai Ka'b bin Ujroh sesungguhnya tidak akan masuk syurga
daging yang tumbuh dari hal yang di murkai Allah (haram), dan neraka adalah
paling tepat untuknya, Wahai Ka'b bin 'Ujroh manusia berpagi dengan dua
keadaan; yaitu ia terjual dirinya kemudian ia membebaskannya atau ia menjual
dirinya kemudian ia menghancurkan dirinya. (HR. Ahmad no. 13919).
♦ Manusia hanya
memperoleh apa yang telah diusahakannya
Saudaraku,
Benar bahwasanya seorang
manusia itu tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat An Najm berikut ini:
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَـــٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿٤٠﴾ ثُمَّ يُجْزَىٰهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ ﴿٤١﴾
(39) dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (40) Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (41) Kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, (QS. An
Najm. 39 – 41).
Namun jika kita melihat
kembali penjelasan ke-4 hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim di atas, menunjukkan bahwa sedekah dari anak itu bisa sampai kepada
kedua orang-tuanya setelah keduanya wafat meski tanpa adanya wasiat dari
keduanya, dan pahalanya-pun akan sampai kepada kedua-nya. Hal ini mengandung
arti bahwa ke-umum-an firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surat An Najm ayat 39 tersebut, dikhususkan oleh keempat
hadits di atas1).
Sekali lagi kusampaikan,
hal ini mengandung arti bahwa ke-umum-an firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surat An Najm ayat 39 tersebut, dikhususkan oleh ketiga
hadits di atas. Maksudnya adalah bahwa seorang manusia itu tidak akan
memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya, kecuali sedekah dari anak
itu bisa sampai kepada kedua orang-tuanya setelah keduanya wafat meski tanpa
adanya wasiat dari keduanya2). (Wallahu ta’ala a'lam).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَطْـيَبَ مَـا أَكَـلَ الرَّجُلُ مِـنْ كَـسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَـدَهُ مِنْ كَسْبِـهِ.
Sesungguhnya
sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya sendiri,
dan sesungguhnya anaknya adalah hasil usahanya. (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, dan
al-Hakim).
Demikian yang bisa
kusampaikan, mohon maaf jika
kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan ilmuku3).
Semoga
bermanfaat.
NB.
1) Hal
ini kusarikan dari kajian-kajian yang diberikan oleh guru-guru ngajiku, baik di
Masjid Al Falah Surabaya maupun yang lainnya (jadi bukan pendapatku pribadi).
Biasanya saat mengikuti kajian, saya senang mencatat hal-hal penting +
dalil-dalil yang mendasarinya.
2) Ada
pula yang berpendapat bahwa sedekah seseorang (meskipun bukan anaknya) atas
nama orang lain (meskipun bukan orang tuanya) yang sudah wafat itu akan sampai tanpa
adanya wasiat dari orang yang sudah wafat tersebut (Wallahu a'lam).
3) Artikel
di atas kutulis untuk menanggapi pertanyaan dari salah seorang jama’ah saat
mengkaji surat Al Munaafiquun ayat 10 – 11 dalam kegiatan rutin Tadarus Al Qur’an di Masjid
At Taqwa Kel. Keputih Surabaya. Saya tulis menjadi sebuah artikel dengan tujuan
agar bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang berkenan (tidak hanya terbatas
bagi jama’ah yang hadir di Masjid At Taqwa saja). Sedangkan yang dimaksud
dengan Tadarus Al Qur’an adalah aktivitas interaksi terhadap Al-Qur’an, baik
dengan membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya,
mentadabburinya, menghafalnya dan mempelajarinya ( https://www.hidayatullah.com/ramadhan/mutiara-ramadhan/read/2018/06/07/143882/tadarus-al-quran.html
).