بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 03 Juni 2022

CERDAS DALAM MENYIKAPI WABAH VIRUS CORONA


Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Virus corona hanyalah makhluk kecil ciptaan Allah. Namun kehadirannya telah mengguncangkan kehidupan umat manusia secara global.

Allah menunjukkan ke-Maha Agungan-nya lewat makhluk kecil yang tak terlihat secara kasat mata. Terbukti sekarang ini, bahwa hanya dengan melalui virus yang Allah kirimkan ke muka bumi ini, begitu banyak lapisan masyarakat menjadi gempar dan dicekam kekhawatiran. Fenomena ini memberi pelajaran bahwa betapa sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan alam ini serta membinasakannya.

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ ﴿١١٧﴾
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah. 117).

Saudaraku,
Hal ini sekaligus juga menunjukkan betapa lemahnya kita umat manusia. Betapa hanya dengan makhluk kecil tak kasat mata, kita umat manusia di seluruh dunia telah dibuat tak berdaya.

... وَخُلِقَ الْإِنسَـــٰنُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“..., dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28)

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “... (dan manusia dijadikan bersifat lemah) tidak tahan menghadapi wanita dan godaan seksual”. (QS. An Nisaa’. 28)

Saudaraku,
Berdasarkan Tafsir Jalalain di atas, yang dimaksud dengan “manusia dijadikan bersifat lemah” adalah sifat laki-laki yang tidak kuat menahan godaan wanita.

Namun ada juga ‘ulama’ yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “manusia dijadikan bersifat lemah” tersebut, mencakup lemah dalam berbagai hal yang seorang hamba butuh kepada Allah. Seperti lemah badan, lemah kekuatan, lemah ilmu dan lain-lain.

Ibnul Qayyim menjelaskan tentang makna lemah dalam ayat di atas: “Kelemahan di sini mencakup semua hal secara umum akan manusia. Manusia lemah badan, lemah kekuatan, lemah keinginan, lemah ilmu dan lemah kesabaran”.

Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kita menyombongkan diri (meskipun harta kekayaan, jabatan serta kekuasaan sedang ada dalam genggaman kita).

وَلَا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا ﴿٣٧﴾
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (QS. Al Israa’. 37).

وَعِبَادُ الرَّحْمَـــٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَـــٰهِلُونَ قَالُوا سَلَـــٰـمًا ﴿٦٣﴾
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”. (QS. Al Furqaan. 63).

   Virus corona menyadarkan kita bahwa kematian itu sangat dekat dan nyata

Saudaraku,
Penyebaran virus corona yang sangat cepat dan tidak pandang bulu (jenis kelamin, usia, ras, kewarganegaraan, orang awam, selebriti, atlet, pejabat maupun pengusaha, semuanya bisa terinfeksi) serta angka kematian yang cukup tinggi yang diakibatkan oleh virus ini, telah menyadarkan kita bahwa kematian itu sangat dekat dan nyata.

Dari sini, seolah Allah telah mengingatkan kita agar memperbanyak mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (hadits no. 2307) serta hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (hadits no. 4248) berikut ini:

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ. (رواه الترمذى)
2307. Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Musa menceritakan kepada kami. dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan”. Maksudnya adalah kematian. (HR. At-Tirmidzi).

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan] telah menceritakan kepada kami [Al Fadl bin Musa] dari [Muhammad bin 'Amru] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian." (HR. Ibnu Majah, no. 4248).

Saudaraku,
Mengingat kematian dapat mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih, serta membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin banyak mengingat kematian, semakin meningkat pula ketekunan dan optimisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT, serta semakin ikhlas dalam beramal.

Mengingat kematian juga merupakan sarana yang tepat untuk menyucikan jiwa, meredam gejolak nafsu dan melembutkan hati. Sebaliknya, lupa akan kematian akan menyebabkan tidak terkontrolnya nafsu, kerasnya hati, sehingga seseorang menjadi lupa terhadap kewajibannya sebagai manusia.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ. (رواه ابن ماجه)
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?”. Beliau bersabda: “Yang paling baik akhlaknya”. “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas”. (HR. Ibnu Majah no. 4259).

Saudaraku,
Hanya orang bodohlah yang hanya berpikir jangka pendek, yaitu orang yang hanya berpikir untuk mendapatkan kesenangan yang sedikit selama masa hidupnya yang teramat singkat di dunia ini, tanpa mau melihat jauh ke depan hingga menembus ke alam akhirat. Yaitu orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah

Sebaliknya, hanya orang yang cerdaslah yang jangkauan pemikirannya jangka panjang hingga menembus ke alam akhirat, yaitu orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati.

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ. (رواه الترمذى)
Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Waqi'] telah menceritakan kepada kami ['Isa bin Yunus] dari [Abu Bakar bin Abu Maryam], dan telah mengkhabarkan kepada kami [Abdullah bin Abdurrahman] telah mengkhabarkan kepada kami ['Amru bin 'Aun] telah mengkhabarkan kepada kami [Ibnu Al Mubarak] dari [Abu Bakar bin Abu Maryam] dari [Dlamrah bin Habib] dari [Syaddad bin Aus] dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah”. Dia berkata: Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda Nabi: “Orang yang mempersiapkan diri” dia berkata: Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia. Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: “Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya”. (HR. At-Tirmidzi no. 2383).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr. 18).

   Dampak virus corona yang dahsyat telah menciptakan kepanikan di antara umat manusia

Saudaraku,
Penyebaran virus corona yang sangat cepat dan tidak pandang bulu (jenis kelamin, usia, ras, kewarganegaraan, orang awam, selebriti, atlet, pejabat maupun pengusaha, semuanya bisa terinfeksi) serta angka kematian yang cukup tinggi, tak bisa dipungkiri juga telah menciptakan kepanikan di antara umat manusia.

Sikap panik ini bisa terjadi karena didorong oleh rasa khawatir atau ketakutan yang berlebihan (over worried) terhadap sesuatu. Dan pada umumnya hal ini bisa terjadi karena manusia tidak memiliki pegangan yang solid dan pasti dalam hidupnya.

Pegangan seperti itu dalam bahasa Al Qur’an lebih populer dengan istilah “al-‘Urwatul Wutsqo”. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam 2 ayat berikut ini:

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ وَإِلَى اللهِ عَـــٰـقِبَةُ الْأُمُورِ ﴿٢٢﴾
”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (QS. Luqman. 22).

لَا إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّــــٰـغُوتِ وَيُؤْمِن بِٱللهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا وَٱللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴿٢٥٦﴾
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah. 256).

Saudaraku,
Selama manusia masih kehilangan pegangan ini dan berpijak pada pijakan-pijakan yang tidak pasti (semua yang selain Allah jelas tidak pasti), maka manusia akan terombang-ambing dalam kebingungannya. Di sinilah mereka akan terjatuh ke dalam perilaku ‘ajuulaa (tergesa-gesa dalam menghakimi).

... وَكَانَ الْإِنسَـــٰنُ عَجُولًا ﴿١١﴾
“... Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”. (QS. Al Israa’. 11).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan adalah manusia) yang dimaksud adalah jenisnya (bersifat tergesa-gesa) di dalam mendoakan dirinya tanpa memikirkan lebih lanjut akan akibatnya”. (QS. Al Israa’. 11).

Saudaraku,
Di tengah penyebaran virus corona yang sangat cepat dan tidak pandang bulu serta angka kematian yang cukup tinggi ini, tak bisa dipungkiri telah menjadikan banyak orang menjadi ‘ajuulaa. Hal ini nampak dalam perilaku manusia, hampir dalam segala aspek kehidupannya.

Mulai dari persepsi yang terbangun (dengan bantuan media/medsos yang terbuka), virus corona ini menjadi terlihat begitu mencekam. Manusia menjadi ketakutan berlebihan sehingga hidupnya seolah terbayang-bayang oleh ancaman kematian di depan matanya. (Padahal kematian itu memang ada di depan mata setiap orang).

Banyak kemudian yang jatuh sakit bukan karena corona, namun lebih kepada ketakutan yang berlebihan. Hal ini bisa mengakibatkan gaya hidup menjadi tidak normal (susah tidur, pola makan menjadi tidak teratur, dll). Sehingga sistem kekebalan tubuh bisa turun drastis sehingga karenanya menjadi mudah terjangkiti berbagai macam penyakit.

Ketakutan yang berlebihan itu juga menjadikan manusia cepat menghakimi setiap gejala pada dirinya serta manusia sekitarnya sebagai gejala covid-19. Seperti ketika seseorang mengalami batuk, flu/pilek, maupun demam.

Ketergesaaan dalam menghakimi tadi bisa mengakibatkan orang yang batuk, flu/pilek, maupun demam tadi, dengan serta merta disimpulkan sebagai korban virus corona. Maka terjadilah kekhawatiran di atas kekhawatiran (maksudnya kekhawatiran yang berlebihan).

Dan hal ini semuanya sebenarnya bermuara kepada tidak adanya pegangan yang solid dan pasti dalam hidupnya. Sedangkan jika manusia memiliki pegangan yang solid dan pasti dalam hidupnya (pegangan seperti ini dalam bahasa Al Qur’an dikenal dengan istilah: al ‘urwatul wutsqo), maka hal ini semua tidak akan terjadi.

Karena barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ وَإِلَى اللهِ عَـــٰـقِبَةُ الْأُمُورِ ﴿٢٢﴾
”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (QS. Luqman. 22).

Sedangkan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka dipastikan yang bersangkutan akan banyak mengingati Allah. Sehingga karenanya hatinya menjadi tenteram serta jauh dari perilaku ‘ajuulaa. (Wallahu ta’ala a’lam).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzaab. 41).

الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’d. 28).

   Jadikan sabar dan sholat sebagai penolong

Saudaraku,
Ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan dalam tulisan ini. Yaitu jangan lupa menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong kita. Perhatikan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 153 berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّـــٰبِرِينَ ﴿١٥٣﴾
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah. 153).

Sedangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الدُّؤَلِيِّ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ أَخُو حُذَيْفَةَ، قَالَ حُذَيْفَةُ، يَعْنِي ابْنَ الْيَمَانِ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى. (رواه أحمد)
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah, dari Ikrimah ibnu Ammar, dari Muhammad ibnu Abdullah Ad-Du-ali yang menceritakan bahwa Abdul Aziz (saudara Huzaifah) mengatakan bahwa Huzaifah ibnul Yaman r.a. pernah mengatakan: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila mengalami suatu perkara (cobaan), maka beliau selalu shalat”.

Jangan berduka cita, wahai saudaraku. Karena sesungguhnya Allah SWT. beserta kita!

... لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا ... ﴿٤٠﴾
“... Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. ...”. (QS. At Taubah. 40).

Demikian yang bisa kusampaikan, mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞