Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa jatah umur kita untuk hidup di dunia ini
telah ditetapkan oleh Allah SWT., jauh sebelum kita terlahir di dunia ini.
Bahkan tidak hanya sekali Allah memberitahukan hal ini (tidak hanya dalam satu
ayat saja Allah memberitahukan hal ini), namun diulang-ulang dalam banyak ayat.
Perhatikan penjelasan Allah SWT. terkait hal ini dalam
beberapa ayat berikut ini:
... وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنْ
عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَـــٰبٍ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللهِ
يَسِيرٌ ﴿١١﴾
“... Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah
mudah”. (QS. Faathir. 11).
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا
مَا شَاءَ اللهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا
يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ﴿٤٩﴾
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan
kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang
dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang
ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
(pula) mendahulukan (nya). (QS. Yunus. 49).
مَّا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَــئْخِرُونَ
﴿٥﴾
Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya,
dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya). (QS. Al Hijr. 5).
مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَــئْخِرُونَ
﴿٤٣﴾
Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan
tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu). (QS. Al Mu’minuun. 43).
أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ﴿٢٠﴾ فَجَعَلْــنَــــٰـهُ فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ ﴿٢١﴾ إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعْلُومٍ ﴿٢٢﴾ فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَــٰـدِرُونَ ﴿٢٣﴾
(20) Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?,
(21) Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), (22) sampai
waktu yang ditentukan, (23) lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan. (QS. Al Mursalaat. 20 – 23).
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّـــــٰـكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ
ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُّسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَـــبِّــئُكُم بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٦٠﴾
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia
mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan
kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur-(mu) yang telah ditentukan,
kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa
yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al An’aam. 60).
وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١١﴾
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al Munaafiquun. 11).
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بــِمَسْبُوقِينَ
﴿٦٠﴾
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami
sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, (QS. Al Waaqi’ah. 60).
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰ أَجَلًا وَأَجَلٌ مُّسمًّى عِندَهُ ثُمَّ أَنتُمْ تَـمْتَرُونَ
﴿٢﴾
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk
berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya),
kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (QS. Al An’aam. 2).
Saudaraku,
Di sisi lain, waktu terus berlalu dan terus berlalu (dan
tidak mungkin berhenti atau kita hentikan). Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan menuju kubur itu tidak akan pernah libur. Artinya perjalanan
menuju kubur itu tidak akan pernah berhenti dan tidak mungkin kita hentikan,
meski hanya sebentar saja.
Dan karena ajal kita telah ditetapkan oleh Allah jauh
sebelum kita terlahir di dunia ini (dan tidak bisa dimundurkan maupun
dimajukan), maka hal ini menunjukkan bahwa perjalanan menuju
kubur tersebut akan semakin dekat dan semakin dekat menuju titik akhir
perjalanan. Dan hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa kesempatan kita
untuk hidup di dunia ini juga akan terus berkurang dan terus berkurang. Sementara
tidaklah kita diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, melainkan hanya
sebentar saja.
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ﴿١١٢﴾
قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلْ الْعَآدِّينَ ﴿١١٣﴾ قَالَ
إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
(112) Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu
tinggal di bumi?”. (113) Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau
setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. (114)
Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui”. (QS. Al Mu’minuun. 112 – 114).
Saudaraku,
Dari surat Al Mu’minuun ayat 112 – 114 tersebut, dengan jelas Allah telah mengingatkan
kita semua bahwa tidaklah kita hidup di dunia ini melainkan hanya sebentar saja.
Hal itu sekaligus juga menunjukkan bahwa perjalanan menuju kubur itu adalah
teramat dekat (dan dari waktu ke waktu akan semakin dekat lagi).
Oleh karena itu, iringi perjalanan menuju kubur tersebut
dengan terus dan terus berdzikir kepada-Nya (dengan terus-menerus mengingati
Allah).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا ﴿٤١﴾
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzaab. 41)
Saudaraku,
Jika seseorang selalu mengingat dan merasakan kehadiran
Allah bersamanya, bagaimana mungkin akan berani melakukan suatu pelanggaran
atau perbuatan dosa? Bukankah
ketika seseorang
berani berbuat dosa dan pelanggaran, hal ini karena pada saat itu dia tidak
menyadari kehadiran dan kebersamaan Allah dengannya?
Karena tidaklah seseorang itu bermaksiat, ketika sedang bermaksiat
dia dalam keadaan mukmin. Yang artinya adalah bahwa ketika seseorang sedang bermaksiat,
dia dalam keadaan melupakan Allah.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي
يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ وَابْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولَانِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزْنِي
الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ
يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ. قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي بَكْرِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ
يُحَدِّثُهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ثُمَّ يَقُولُ كَانَ أَبُو بَكْرٍ يُلْحِقُ
مَعَهُنَّ وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ
أَبْصَارَهُمْ فِيهَا حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
(رواه البخارى)
“Telah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata;
telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata; saya mendengar
Abu Salamah bin Abdurrahman dan Ibnu Musayyab keduanya berkata, Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata; sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidaklah seseorang itu berzina, ketika sedang berzina dia dalam keadaan mukmin. Tidak pula seseorang
itu minum khamer ketika sedang minum khamer ia dalam keadaan mukmin. Dan tidak
pula seseorang itu mencuri ketika sedang mencuri ia dalam keadaan mukmin."
Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku pula Abdul Malik bin Abu Bakr bin
Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam bahwa Abu Bakr pernah menceritakan
kepadanya dari Abu Hurairah, lalu dia berkata; "Abu Bakar menambahkan
dalam hadits tersebut dengan redaksi; "Dan tidaklah seseorang merampas
harta orang lain yang karenanya orang-orang memandangnya sebagai orang yang
terpandang, ketika dia merampas harta tersebut dalam keadaan mukmin". (HR. Bukhari no.
5150).
Lebih dari itu jika kita senantiasa mengingat Allah, maka
Allah-pun juga akan mengingat kita.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلَا
تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢﴾
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(ni`mat)-Ku. (QS. Al Baqarah. 152).
Saudaraku,
Jika hal ini yang terjadi, maka in sya Allah kita akan
bisa menggapai husnul khatimah1) disaat perjalanan menuju kubur
tersebut telah berakhir. Sungguh suatu akhir perjalanan yang teramat indah.
الَّذِينَ
تَتَوَفَّــــٰــهُمُ الْمَلَـــٰـــئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(yaitu) orang-orang yang
diwafatkan dalam keadaan baik2) oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun`alaikum3),
masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".
(QS. An Nahl. 32).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Yaitu orang-orang) lafal alladziina di sini menjadi
na`at atau sifat (yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik) yakni
suci dari kekafiran (dengan mengatakan) para malaikat itu berkata kepada mereka
ketika akan diwafatkan (“Salaamun ‘alaikum”) dan dikatakan pula kepada mereka
kelak di hari akhirat: (“Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang
telah kalian kerjakan”).
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلْإِيمَـــــٰنِ أَنْ ءَامِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ﴿١٩٣﴾
”Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar seorang penyeru (Nabi Muhammad SAW)
yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu
kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami maka
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami
beserta orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ‘Imraan. 193).
... رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا
مُسْلِمِينَ ﴿١٢٦﴾
"… Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami
dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (QS. Al
A’raaf. 126). Amin, ya rabbal ‘alamin!
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Yang dimaksud dengan husnul khatimah
( حُسْنُ
الخَاتِمَة ) adalah “mati disaat (dalam keadaan) yang
terbaik”.
2) Maksudnya ialah wafat dalam
keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan; atau dapat juga berarti mereka
mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka
akan masuk surga.
3) Artinya: selamat sejahtera bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar