Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat/teman
dosen di Universitas Trunojoyo Madura (sebuah perguruan tinggi negeri di ujung
barat pulau Madura) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp dengan pertanyaan
sebagai berikut: “Pak Imron, mau tanya tentang hadits yang
menyarankan untuk miring ke kanan (tumpuan pundak kanan) dulu itu kira-kira
status haditsnya bagaimana?”.
Saudaraku,
Berikut ini kusampaikan hadits yang panjenengan
maksudkan:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ
سَمِعْتُ مَنْصُورًا عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي الْبَرَاءُ
بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ
ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللّٰهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي
إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا
مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي
أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ
وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. (رواه
البخارى)
60.8/5836. Telah menceritakan kepada kami
[Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] dia berkata; saya
mendengar [Manshur] dari [Sa'd bin Ubaidah] dia berkata; telah menceritakan
kepadaku [Al Barra` bin 'Azib] radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Apabila kamu hendak tidur,
maka berwudlulah sebagaimana kamu berwudlu untuk shalat. Setelah itu
berbaringlah dengan miring ke kanan, dan ucapkanlah: ‘Allahumma aslamtu
nafsi ilaika wafawadltu amrii ilaika wa alja`tu zhahri ilaika rahbatan wa
raghbatan ilaika laa malja`a walaa manjaa minka illa ilaika amantu bikitaabika
alladzii anzalta wa binabiyyika alladzii arsalta’ (Ya AIlah ya Tuhanku, aku
berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung
kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan
tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman
kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus). Apabila kamu meninggal (pada malam itu)
maka kamu mati dalam keadaan fitrah (suci). Dan jadikan bacaan tersebut sebagai
penutup ucapanmu (menjelang tidur)”. Maka aku berkata: “Apakah saya menyebutkan:
Saya beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus?”. Beliau menjawab: “Tidak,
namun saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus”. (HR.
Bukhari).
Penjelasan untuk no. 60.8/5836:
♦ 60 = ini
adalah nomer kitab (Kitab Do’a). Kitab Shahih Bukhari terbagi menjadi 77 kitab,
dimulai dengan kitab no. 1 (Kitab Permulaan Wahyu) dan diakhiri dengan kitab
no. 77 (Kitab Tauhid)
♦ 8 = ini
adalah nomer hadits dalam Kitab Do’a
♦ 5836 = ini
adalah nomer hadits dalam Kitab Shahih Bukhari secara keseluruhan. Dalam
pengutipan hadits, seringkali hanya nomer ini yang dikutip/disertakan.
Saudaraku,
Imam Bukhari adalah seorang
muhaddits dan karya besar beliau adalah sebuah kitab yang orang biasa menyebutnya
dengan Shahih Bukhari. Judul lengkapnya adalah: “Jami’
Ash-Shahih Al-Musnad Al-Mukhtashar min Haditsi Rasulillah shallallahu ‘alaihi
wasallam wa sunanihi wa ayyamihi”. Kitab tersebut oleh
semua ahli hadits diakui sebagai kitab yang di dalamnya berisi hadits-hadits
yang sudah mengalami seleksi yang teramat ketat dan tidak main-main.
Misalnya, para perawi yang
meriwayatkan hadits ini harus lolos seleksi yang teramat ketat. Karena Imam
Bukhari menelusurinya dengan sangat terperinci. Nyaris tidak ada seorangpun
dari para perawi yang meriwayatkan hadits yang termuat dalam Kitab Shahih
Bukhari tersebut yang pernah berdusta.
Jangankan berdusta, bahkan sekedar
berpakaian kurang sopan dan tidak selayaknya dalam pandangan masyarakat saja, maka
hadits-hadits yang diriwayatkannya sudah pasti tidak akan masuk ke dalam
jajaran hadits di dalam kitab beliau.
Maka keshahihan semua hadits
yang ada di dalam Kitab Shahih Bukhari yang disusun oleh Imam Bukhari tersebut telah menjadi ijma’ ulama sedunia. Bahkan
kitab ini dikatakan sebagai kitab tershahih dari semua kitab hadits yang ada.
Yang berarti merupakan kitab tershahih kedua setelah Kitab Suci Al Qur’an.
Nah,
karena hadits yang panjenengan tanyakan tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Bukhari tepatnya
pada hadits no. 5836, maka hadits tersebut sudah
tidak diragukan lagi keshahihannya (sudah pasti shahih).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar