Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat
telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp dengan pertanyaan sebagai berikut: “Pak Imron bisa konsultasi. Ada seorang
teman (pasangan
suami istri), dia
juga sudah berhijab. Terus beradegan ciuman
bibir (tapi masih ditutupi oleh
tangannya). Terus video itu di-share ke story WhatsApp. Bagaimana
dari sudut pandang Islam? Yang nge-share ya mereka sendiri. Tidak tahu apa
maksud dan tujuannya/alasannya. Terimakasih”.
Saudaraku,
Bermesraan setelah
menikah itu memang halal. Namun tidak semua yang halal itu boleh ditampakkan
dan dipamerkan di ruang publik/di depan banyak orang.
Ada beberapa
pertimbangan kenapa menampakkan/memamerkan kemesraan di ruang publik/di depan
banyak orang itu dilarang dalam Agama Islam (baik dalam bentuk foto, rekaman
video maupun dengan melakukan adegan bermesraan secara langsung).
♦ Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah mengajarkan kepada kita umatnya agar memiliki
sifat malu, karena malu itu bagian dari konsekuensi iman.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ
قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ. (رواه
البخارى)
2.2/8.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi dia berkata,
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang,
dan malu adalah bagian dari iman. (HR. Bukhari).
Saudaraku,
Salah satu bagian
dari rasa malu itu adalah tidak menampakkan perbuatan yang tidak selayaknya
dilakukan di depan umum, salah satu diantaranya adalah menampakkan/memamerkan
kemesraan di ruang publik/di depan banyak orang.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ عَنْ
زُهَيْرٍ حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو
مَسْعُودٍ عُقْبَةُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ
فَافْعَلْ مَا شِئْتَ. (رواه البخارى)
42.146/3224. Telah bercerita
kepada kami Ahmad bin Yunus dari Zuhair telah bercerita kepada kami MAnshur
dari Rib'iy bin Hirasy telah bercerita kepada kami Abu Mas'ud 'Uqbah berkata;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya diantara yang
didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu”. (HR.
Bukhari).
♦ Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga telah mengajarkan kepada kita umatnya
agar menghindari semua perbuatan yang bisa menjatuhkan martabat dan wibawa
seseorang. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imamk Muslim (yaitu
dalam hadits no. 53), diperoleh penjelasan
bahwa dari rasa malu itu timbul kewibawaan dan
ketenangan.
Saudaraku,
Orang yang menampakkan foto/video
kemesraan di depan umum, menunjukkan bahwa yang
bersangkutan tidak memiliki rasa malu sehingga hal ini bisa menjatuhkan
martabat dan wibawanya.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ
بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا السَّوَّارِ
يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا
بِخَيْرٍ فَقَالَ بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ إِنَّهُ مَكْتُوبٌ فِي الْحِكْمَةِ أَنَّ
مِنْهُ وَقَارًا وَمِنْهُ سَكِينَةً فَقَالَ عِمْرَانُ أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُحَدِّثُنِي عَنْ صُحُفِكَ.
(رواه مسلم)
2.45/53.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin
Basysyar dan lafazh tersebut milik Ibnu al-Mutsanna, keduanya berkata, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Qatadah dia berkata, Saya mendengar Abu as Sawwar menceritakan,
bahwa dia mendengar Imran bin Hushain menceritakan dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: Malu itu
tidak membawa kecuali kebaikan. Busyair bin Ka'ab berkata, Itu tertulis
dalam hikmah bahwa dari rasa malu itu timbul
kewibawaan dan ketenangan. Maka Imran pun berkata, Aku akan menceritakan
kepadamu (hadits) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kamu
(silahkan) ceritakan kepadaku apa yang ada dalam lembaran-lembaranmu. (HR.
Muslim).
♦ Orang yang memamerkan kemesraan di hadapan umum merupakan salah satu
tindakan tercela, sebab bisa menjurus pada riya’ (memperlihatkan sekaligus
memperbagus suatu perbuatan dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian
dari orang lain), ujub (perilaku atau sifat yang mengagumi diri sendiri serta
membanggakan dirinya sendiri) dan kesombongan.
وَلَا تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَـــٰرِهِم بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
اللهِ وَاللهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ ﴿٤٧﴾
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada
manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi
apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Anfaal. 47).
ثَلَاثٌ
مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga
hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) sifat pelit yang ditaati (2) hawa
nafsu yang diikuti, (3) kekaguman seseorang pada dirinya sendiri” (HR. Ath Thabrani, hadits hasan).
...
إِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا ﴿٣٦﴾
“... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri”, (QS. An Nisaa’. 36).
...
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ ﴿٢٣﴾
“... Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang
yang sombong”. (QS. An Nahl. 23).
♦ Foto/video kemesraan seperti itu apabila dipamerkan di ruang
publik/di depan banyak orang, bisa memicu syahwat orang lain yang melihatnya. Terlebih
lagi bagi orang yang belum menikah maupun bagi yang sedang tinggal berjauhan
dengan isteri, juga bagi janda/duda yang belum sempat menikah lagi, jelas hal
ini bisa memicu mereka untuk berbuat maksiat.
Saudaraku,
Memamerkan foto/video kemesraan seperti itu bisa mengundang/membangkitkan syahwat orang lain
yang melihatnya dan membuat mereka bisa mendekati zina. Hal ini sama saja
dengan mendorong orang lain untuk berbuat kemaksiatan sehingga
orang yang memamerkan foto/video kemesraan tersebut juga
akan
mendapat dosa yang sama dengan mereka.
وَلَا تَقْرَبُواْ الزِّنَىٰ إِنَّهُ كَانَ فَـــٰحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا ﴿٣٢﴾
Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan
yang buruk. (QS. Al Israa’. 32).
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan
mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak
kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar