Assalamu’alaikum wr. wb.
Di sebuah Grup WhatsApp, seorang sahabat (staf
pengajar/dosen senior di sebuah perguruan tinggi negeri/PTN) telah menyampaikan
informasi yang beliau kutip dari sebuah situs terpercaya bahwa: “Seorang Buzzer1)
bayaran atau BuzzeRp2) telah membuat pernyataan bahwa dirinya enggan
masuk surga jika di dalam surga bertemu dengan Eks pentolan FPI Habib Rizieq
Shihab, Ustad Abdul Somad, hingga Tengku Zulkarnain. Ia mengaku rela masuk neraka
ketimbang harus bertemu dengan orang-orang tersebut”. Beliau
bertanya tentang bagaimana orang yang membuat pernyataan seperti itu ditinjau
dari sudut pandang agama.
♦ Berhati-hatilah dalam bercanda
Sebelum membahas kasus yang panjenengan tanyakan di atas,
marilah kita perhatikan uraian berikut ini terlebih dahulu.
Saudaraku,
Tidak jarang kita
jumpai adanya seseorang yang mengambil lalu menyembunyikan barang orang lain dengan maksud main-main. Candaan seperti ini tidak jarang terjadi ditengah-tengah
pergaulan sehari-hari. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang
perbuatan seperti ini.
حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ السَّائِبِ بْنِ
يَزِيدَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ لَاعِبًا
أَوْ جَادًّا فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْهِ. (رواه
الترمذى)
2160. Bundar menceritakan
kepada kami, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Dzi'b
menceritakan kepada kami, Abdullah bin As-Saib bin Yazid menceritakan kepada
kami, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah bersabda,
"Tidak diperbolehkan salah seorang dari kalian mengambil tongkat milik
saudaranya, baik dengan maksud main-main atau sungguhan. Siapa saja yang
mengambil tongkat saudaranya, maka hendaknya dia mengembalikannya kepada
saudaranya itu. (HR. Tirmidzi).
Tidak jarang pula
kita jumpai adanya seseorang yang telah berbicara lalu berdusta dengan
tujuan untuk membuat orang lain tertawa dengan kebohongannya. Dan nampaknya hal
seperti ini sudah menjadi perkara yang biasa saja ditengah-tengah
pergaulan kita sehari-hari. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memberikan peringatan sangat keras terhadap perbuatan seperti ini.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ
جَدِّي قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ
وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ. (رواه الترمذى)
Muhammad bin Basysyar
menceritakan kepada kami, Yahya bin Said menceritakan kepada kami, Bahz bin
Hakim menceritakan kepada kami, bapakku menceritakan kepadaku, dari kakekku, ia
berkata, aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Celaka
orang yang berkata-kata agar orang lain tertawa, padahal ia berdusta (dengan
ucapannya itu). Celaka baginya, dan celaka baginya. (HR. Tirmidzi, no. 2315).
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ
أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ
لَهُ وَيْلٌ لَهُ. (رواه ابو داود)
Dari Muawiyah bin Haidah, ia
berkata: “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Celakalah bagi orang
yang berbicara lalu berdusta supaya membuat orang lain tertawa dengan
kebohongannya. Celakalah ia, celakalah ia”. (HR. Abu Dawud, no. 4990).
♦ Bahayanya menjadikan agama sebagai candaan
Saudaraku,
Jika terhadap perkara-perkara di atas saja ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mewanti-wanti kita agar senantiasa sangat berhati-hati dalam bercanda, lalu bagaimana
jika yang dijadikan bahan candaan adalah agama? Candaan-candaan
semacam ini bisa mengeraskan hati, bahkan bisa menyungkurkan/bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.
نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَالِكَ
Na’udzubillahi min dzalika (kami berlindung kepada Allah dari hal
itu).
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا
كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ
كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُوْلَــــٰـــئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُواْ بِمَا كَسَبُواْ لَهُمْ
شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُواْ يَكْفُرُونَ ﴿٧٠﴾
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama
mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh
kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur'an itu agar
masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya
sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa`at
selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang
dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka
(disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih
disebabkan kekafiran mereka dahulu. (QS. Al An’aam. 70).
يَحْذَرُ الْمُنَـــٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ
سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِم قُلِ اسْتَهْزِئُواْ إِنَّ اللهَ
مُخْرِجٌ مَّا تَحْذَرُونَ ﴿٦٤﴾ وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا
كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَـــٰــتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ
تَسْتَهْزِئُونَ ﴿٦٥﴾ لَا تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيـمَـــٰـنِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ
مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُواْ مُجْرِمِينَ ﴿٦٦﴾
(64) Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan
terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati
mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah
dan Rasul-Nya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. (65)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. (66) Tidak usah kamu minta ma`af, karena
kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema`afkan segolongan daripada kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At Taubah.
64 – 66).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ
الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ
الْكِتَـــٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ
وَاتَّقُواْ اللهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang
yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir
(orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman. (QS Al-Maidah 57).
♦ Pembahasan kasus di atas
Setelah kita memperhatikan uraian di atas, sekarang
marilah kita bahas kasus yang panjenengan tanyakan di atas, dimana beliau (BuzzeRp
tersebut) telah membuat pernyataan bahwa dirinya enggan masuk surga jika di
dalam surga bertemu dengan Eks pentolan FPI Habib Rizieq Shihab, Ustad Abdul
Somad, hingga Tengku Zulkarnain. Ia mengaku rela masuk neraka ketimbang harus
bertemu dengan orang-orang tersebut.
Saudaraku,
Dari pernyataan di atas, jelas menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah melecehkan para ‘ulama’ kita. Padahal larangan untuk
melecehkan para ‘ulama’ itu sangat jelas. Perhatikan penjelasan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad (hadits no. 21693) berikut
ini:
حَدَّثَنَا
هَارُونُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي مَالِكُ بْنُ الْخَيْرِ الزِّيَادِيُّ
عَنْ أَبِي قَبِيلٍ الْمَعَافِرِيِّ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ
يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ
لِعَالِمِنَا حَقَّهُ. (رواه أحمد)
Telah menceritakan kepada kami [Harun] telah bercerita
kepada kami [Ibnu Wahb] telah bercerita kepadaku [Malik bin Al Khair Az Ziyadi]
dari [Abu Qobil Al Ma'afiri] dari ['Ubadah bin Ash Shamit] bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak termasuk ummatku orang yang tidak
menghormati yang lebih tua, tidak mengasihi yang lebih muda dan tidak pula mengetahui hak-hak
orang ‘alim3)”. (HR. Ahmad, no. 21693).
Saudaraku,
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mencintai dan menghormati serta memuliakan para ulama3)
dan orang-orang shalih tanpa berlebih-lebihan. Sehingga perbuatan mengolok-olok ulama dan orang-orang shalih, mengejek atau melecehkan mereka,
tentu saja bertentangan dengan perintah untuk mencintai dan memuliakan mereka.
Melecehkan ulama dan orang shalih, sama artinya dengan menghina dan merendahkan
mereka.
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا
عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ
حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ
عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ
الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ
اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
(رواه مسلم
2.123/131. Dan telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim
bin Dinar semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibnu al-Mutsanna berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah mengabarkan kepada kami Syu'bah
dari Aban bin Taghlib dari Fudlail al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakha'i dari
Alqamah dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat
biji sawi dari kesombongan”. Seorang laki-laki bertanya: “Sesungguhnya
laki-laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk
kesombongan)?”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang
bagus. Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. (HR.
Muslim).
Beliau juga mengatakan bahwa dirinya enggan masuk surga serta
mengaku
rela masuk neraka.
Saudaraku,
Pernyataan seperti ini jelas telah mengolok-olok perkara agama. Karena disaat Allah
memerintahkan kita orang-orang yang beriman untuk memelihara diri
kita dan keluarga kita dari api neraka, beliau malah mengambil sikap sebaliknya
dengan nada canda.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَـــٰــئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللهَ
مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahriim. 6).
Dan tentu saja candaan-candaan semacam ini bisa
mengeraskan hati, bahkan bisa mengeluarkan pelakunya
dari Islam (bisa menyungkurkan pelakunya ke dalam kemurtadan), sebagaimana telah dijelaskan dalam surat Al An’aam ayat 70, surat At
Taubah ayat 64 – 66 serta surat Al-Maidah ayat 57 di atas.
Saudaraku,
Pernyataan seperti itu juga menunjukkan bahwa beliau
telah menganggap ringan siksa Allah di neraka. Padahal bagi siapa saja yang menganggap ringan/yang merasa aman dari ancaman Allah selama hidup di dunia ini, maka Allah akan
memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat. (Na’udzubillahi min dzalika).
أَخْبَرَنَا
الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ
الْجَوْزَجَانِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ جَلَّ وَعَلَا،
قَالَ: وَعِزَّتِي لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا
خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي
الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (روه ابن حبان)
AI Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata,
Ibrahim bin Ya’qub AI Jauzajani menceritakan kepada kami, Abdul Wahab bin Atha
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Amru menceritakan kepada kami, dari Abu
Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
meriwayatkannya dari Tuhannya, Dia (Allah) berfirman: “Demi kemuliaan-Ku, tidak
akan Aku kumpulkan atas hamba-Ku dua ketakukan dan dua keamananan. Apabila ia takut
kepada-Ku selama di dunia, maka Aku akan memberikan rasa aman kepadanya di hari
kiamat. Dan apabila ia aman (berani) terhadap-Ku selama di dunia, maka Aku akan
memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat”. (HR. Ibnu
Hibban, no. 640).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Kata buzzer diterapkan kepada orang atau akun media sosial tertentu
yang mempromosikan kandidat, tokoh, isu, atau produk tertentu untuk diminati,
dipilih dan dimiliki masyarakat.
2) BuzzeRp adalah buzzer bayaran, namun arahnya lebih ke sekelompok
buzzer di medsos yang dibayar oleh suatu kekuatan politik untuk membela
kebijakannya dan menyerang pengritiknya.
3) ‘Ulama'
(عُلَمَاءُ) adalah bentuk
jamak/plural dari ‘alim (عَالِمٌ). Sebaliknya, ‘alim (عَالِمٌ) merupakan bentuk tunggal/mufrad/singular
dari ‘ulama'
(عُلَمَاءُ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar