Assalamu'alaikum wr. wb.
Seorang sahabat (dosen Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya / ITS) telah mengatakan: "Saya telah membaca blognya sampeyan: (
http://imronkuswandi.blogspot.com/). Bagus sekali isinya, di situ banyak menerangkan ayat-ayat Al Qur’an, Yaitu mengajak kita untuk beramal dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta jangan sampai terlena kepada kehidupan dunia".
"Saya membaca beberapa ayat Al Qur’an, tetapi saya belum bisa memahaminya, diantaranya surat Ar Ra’d 35 dan surat Muhammad 15. Mungkin sampeyan punya pengalaman dan ilmu untuk menerangkan ayat tersebut. Terima kasih".
-----
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an surat Ar Ra’d ayat 35 dan surat Muhammad ayat 15 diperoleh keterangan sebagai berikut: “Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka”. (QS. Ar Ra’d. 35).
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad. 15).
Saudaraku…,
Sepanjang pengetahuanku, baik Al Hadits maupun ayat-ayat Al Qur’an diturunkan sesuai dengan kondisi umat pada saat itu, termasuk dari sisi bahasanya, supaya mudah dipahami. “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”. (QS. Yusuf. 2).
Hal ini bukan berarti bahwa baik Al Hadits maupun ayat-ayat Al Qur’an tersebut hanya berlaku untuk saat itu, namun tetap berlaku hingga akhir zaman. Sebagai contohnya adalah keterangan pada surat Ali ‘Imran ayat 14 berikut ini: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali ‘Imran. 14).
Pada saat itu,
kuda adalah salah satu hewan pilihan. Tidak hanya bisa dijadikan sebagai kendaraan, namun juga menjadi kebanggaan. Mungkin pada saat ini, setara dengan mobil.
Demikian pula halnya dengan penjelasan pada surat Ar Ra’d ayat 35 serta surat Muhammad ayat 15 di atas. Karena Al Qur’an diturunkan di wilayah dengan kondisi alam berpadang pasir nan tandus, tentu saja tiada yang lebih menarik bagi penduduk yang tinggal di wilayah seperti itu, selain dari air, sungai serta kebun-kebun yang rindang dengan berbagai macam buah-buahan di dalamnya.
Sehingga dengan menggambarkan surga seperti taman yang mengalir sungai-sungai di dalamnya serta kebun-kebun yang rindang dengan berbagai macam buah-buahan yang tiada henti-hentinya, hal ini benar-benar menggambarkan betapa surga itu adalah suatu tempat yang penuh dengan kenikmatan / kesenangan. Dan hal ini tentunya akan dengan mudah dipahami oleh umat saat itu.
Namun perlu diingat, bahwa hal itu semua hanyalah perumpamaan belaka. Karena dalam sebuah hadits, diperoleh keterangan bahwa alam akhirat itu adalah teramat dahsyat dan tidak mungkin kita bisa membayangkannya, baik kesulitannya maupun kenikmatannya. Artinya jika kita membayangkan adanya suatu kesulitan/siksaan yang teramat pedih sekalipun, maka kondisi di alam akhirat adalah tetap lebih dahsyat dari siksaan paling pedih yang mampu kita bayangkan. Demikian pula sebaliknya, jika suatu saat kita membayangkan adanya suatu kebahagiaan / kenikmatan yang luar biasa, maka kondisi di alam akhirat adalah tetap lebih dahsyat dari kebahagiaan / kenikmatan paling dahsyat yang mampu kita bayangkan.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
SAW. bersabda:
قَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ،
وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. (رواه البخارى
ومسلم)
“Allah SWT. berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi
hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum
pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu
manusia’.” (HR. al-Bukhari, Muslim)
Dari sini dapatlah kita pahami, bahwa sebaik apapun kita dalam membayangkan kondisi surga, maka yang terjadi sesungguhnya adalah jauh lebih dahsyat dari apa yang kita perkirakan. Artinya jika di sana digambarkan ada sungai-sungai yang mengalir, maka jangan dibayangkan bahwa sungai-sungai tersebut adalah sama dengan sungai-sungai yang ada di alam dunia ini. Nama-nya saja yang sama, tetapi kondisi yang sesungguhnya adalah jauh lebih dahsyat dari apa yang bisa kita bayangkan. Karena sebelum kita menyaksikan sendiri pada saatnya nanti di alam akhirat, maka kita tetap tidak akan mampu menggambarkan bagaimana kondisi surga yang sesungguhnya. Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga bermanfaat.
NB.
Ada baiknya jika Saudaraku juga bertanya kepada dosen-dosen Agama Islam di lingkungan ITS. Mungkin bisa diperoleh jawaban yang lebih baik. Sedangkan aku sendiri, pengetahuanku tentang Agama Islam sangatlah terbatas. Itulah sebabnya, pada tulisan di atas aku akhiri dengan kalimat: ”wallahu a'lam”.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ilmu-ku / logika-ku adalah sangat terbatas, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini: “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85). Sedangkan yang lebih mengetahui bagaimana yang sebenarnya, tentunya hanya Allah semata. Karena Pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).