Seorang akhwat telah bertanya: “Pak, saya mau bertanya lagi. Boleh ‘nggak kalau saya terima order kue-kue yang dihias (dengan hiasan) bertema Natal, seperti sinterklas, pohon natal, dan lain-lain?..."
-----
Saudaraku yang dicintai Allah...,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 109, yang artinya adalah sebagai berikut: “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah. 109).
Pada ayat lain, diperoleh penjelasan bahwa Allah juga melarang kita kaum muslimin untuk berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka.
”Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim* di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al ‘Ankabuut. 46**).
*) Yang dimaksud dengan ”orang-orang zalim” ialah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
**) Hanya saja yang membedakan antara kaum muslimin dengan Ahli Kitab (kaum yahudi dan kaum nasrani), sebagaimana penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 berikut ini: ”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah. 30).
Sedangkan dalam surat Al Kaafiruun: 2 – 6, diperoleh penjelasan sebagai berikut: “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun: 2 – 6).
Saudaraku yang dicintai Allah...,
Dari penjelasan beberapa ayat Al Qur’an tersebut di atas, dapat kita simpulkan "betapa indahnya Islam". Dimana dengan ahli kitab-pun (yang sebagian besar diantara mereka telah nyata-nyata ingin menghancurkan iman kita, dimana sebahagian besar diantara mereka benar-benar menginginkan agar kita kaum muslimin dapat kembali kepada kekafiran setelah kita beriman), ternyata kita diperintahkan untuk tetap bersikap toleran serta menghormati mereka (meskipun pada saat yang sama, kita juga harus senantiasa waspada***).
***) Yang dimaksud dengan sikap waspada itu tidaklah identik dengan sikap membenci atau memusuhi. Sebagai ilustrasi, jika kita mempunyai seorang teman dan jelas-jelas kita ketahui bahwa teman kita tersebut suka mencuri, maka sebaiknya kita tetap berteman / tetap menjaga hubungan baik dengannya / tidak lantas membencinya. Namun pada saat yang sama, kita juga harus senantiasa waspada terhadap setiap gerak-geriknya. Semoga dengan sikap seperti ini, kita tetap memiliki kesempatan untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar kepadanya. Dan semoga Allah menjadikan kita sebagai jalan hidayah bagi orang lain. Amin...!!!
Sekali lagi...,
Dengan ahli kitab-pun, ternyata kita diperintahkan untuk tetap bersikap toleran serta menghormati mereka. Namun yang perlu diingat adalah, bahwa sikap toleran itu, bukan berarti kita boleh menyokong / ikut dalam peribadatan mereka.
Oleh karena itu, sangatlah tidak pantas jika kita memberikan ucapan Natal misalnya, kepada mereka.
Saudaraku yang dicintai Allah...,
Natalan, meskipun berkaitan dengan Nabi Isa Al-Masih, namun beliau telah dirayakan oleh umat Nasrani yang pandangannya terhadap Nabi Isa Al-Masih sangat berbeda dengan pandangan Islam. Oleh karena itu, mengucapkan "Selamat Natal" atau menghadiri perayaannya, dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantarkan kepada pengkaburan akidah. Hal ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan “ketuhanan” Nabi Isa Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam.
Oleh karena itu, sebaiknya kita mengambil sikap yang sangat berhati-hati. Artinya akan lebih “aman” jika kita mengambil sikap untuk tidak terlibat di dalamnya. Maksudnya: akan lebih aman jika kita tidak memberikan ucapan selamat Natal kepada kaum Nasrani, serta tidak terlibat dalam segala aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal, termasuk pada urusan jual beli untuk keperluan Natal (seperti menerima order kue-kue yang dihias dengan hiasan bertema Natal, seperti sinterklas, pohon natal, dan lain-lain).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
terimakaih atas petuah kue natal nya :-D, karena saya pedagang pak ustad
BalasHapusTerimakasih kembali, wahai saudaraku. Semoga bermanfaat!
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya pak Imran, insyaallah saya mulai faham,
BalasHapusTerimakasih kembali, wahai saudaraku Cak Nadzir. Semoga bermanfaat!
Hapus