Seorang akhwat telah mengirim pesan via facebook sebagai berikut: Kepada Yth. Bpk. Imron, saya ingin mencurahkan kegundahan saya dan ingin meminta motivasi apa yang baik buat saya.
Saya merasa aneh dengan tingkah Mama saya terhadap saya. Semenjak kecelakaan yang saya alami dua tahun silam, Mama saya menjadi tidak percaya lagi kepada saya dan kesannya saya seperti di pingit. Saya bisa mengerti, mungkin Mama melakukan ini semua karena sayang kepada saya dan mungkin karena saya pernah berbohong dan membuat saya kecelakaan maut waktu itu (mungkin ini akibatnya karena saya berbohong).
Tetapi..., yang saya tidak mengerti mengapa kakak perempuan saya -- sebut saja namanya ”D” -- yang umurnya hanya 2 tahun diatas saya, selalu diberi kebebasan oleh Mama. Baik secara keuangan maupun izin jalan, sangat berbeda dengan saya. Saya minta uang pun Mama menolak, sedangkan kakak saya tidak mintapun selalu diberi.
Saya mencoba berfikir positif dan mungkin ini semua karena saya yang sebelumnya pernah berbohong kepada orang tua. Tapi pikiran yang sebelumnya saya singkirkan, semakin menjadi-jadi dikarenakan orang disekitar saya baik itu keluarga maupun teman saya mengatakan, saya dengan kakak saya si ”D” sangat dibeda-bedakan.
Hal itu kadang membuat saya menangis. Sedangkan saya butuh juga hiburan diluar dan kadang memohon kejadian dua tahun silam itu gak akan pernah terjadi lagi. Tapi yang saya dapatkan hanya sia-sia.
Dan dari sikap Mama yang kesannya lebih memilih menyayangi kakak saya ketimbang saya, membuat kakak saya angkuh.
Disetiap saya jalan dengan dia, saya diizinkan. Tapi kakak saya hanya mau jalan sama saya dengan syarat saya yang ongkosin dia (ongkos bensin, ongkos makan). Tapi jika tidak, saya tidak akan boleh jalan dengannya.
Oh iya, Mama saya boleh mengizinkan, tapi dengan catatan saya jalan dengan pria yang kaya dan pulang pun harus jam 9 malam tidak boleh lebih. Sementara kakak saya, jam 10 lewat tidak ada dirumah-pun, Mama santai saja. Kadang saya bertanya kepada Mama: ”Mah, sudah jam 10 lewat, kenapa kakak tidak pulang?”. Mama pun menjawab: ”Kakak mu paling gak kemana-mana dan dia bisa pulang sendiri”.
Saya kadang ngeyel: ”Kenapa giliran saya jalan ditelpon?”. Mama bilang: ”Kamu tuh, selalu iri sama kakakmu!”. Saya bingung Pak.
-----
Adikku yang dicintai Allah...,
Dari cerita yang telah adikku sampaikan, aku dapat menyimpulkan bahwa adikku masih sangat muda, masih sekolah / ikut orang tua + belum menikah.
Dalam usia yang masih sangat muda seperti usia adikku saat ini, dapat dimaklumi bahwa seolah-olah masalah yang sedang adikku hadapi tersebut adalah "masalah besar". Namun bagiku yang sudah banyak makan asam-garam kehidupan ini, sebenarnya apa yang adikku alami tersebut hanyalah masalah "KECIL" saja, yang seharusnya tidak perlu terlalu dirisaukan ataupun dibesar-besarkan.
Suatu saat nanti (yaitu ketika adikku sudah dewasa + sudah menikah dan harus hidup secara mandiri / tidak tergantung kepada orang tua lagi), maka adikku akan memahami pernyataanku tersebut.
Adikku yang dicintai Allah...,
Langkah terbaik yang harus adikku lakukan adalah: tetaplah berpikir / mengambil sikap positif dari masalah tersebut. Perhatikan kalimat bijak berikut ini:
”Jika ada kelebihan, optimalkan kelebihan itu sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada-Nya. Sebaliknya, jika pada saat ini ada kekurangan pada diri kita, pandanglah kekurangan itu justru sebagai kelebihan kita".
Adikku yang dicintai Allah...,
Jika pada saat ini ibunda tercinta sering membatasi gerak langkah adikku, maka pandanglah hal ini justru sebagai kelebihan yang telah diberikan Allah kepada adikku. Karena bisa jadi, dengan sikap ibunda tersebut, Allah telah membentengi diri adikku dari perbuatan maksiat/kesombongan. Betapa tidak, ketika keinginan untuk berbuat maksiat itu ada, ternyata adikku tidak mungkin melakukannya, karena adikku tidak punya kesempatan untuk itu. Pada saat yang lain, ketika adikku akan menyombongkan diri, terpaksa adikku harus menahan diri karena hal itu tak mungkin adikku lakukan, karena adikku tidak punya cukup modal untuk menyombongkan diri. Demikian seterusnya... Bukankah hal ini justru merupakan kelebihan yang telah diberikan Allah kepada adikku? Karena dengan kondisi ini, adikku dapat terhindar dari perbuatan maksiat / kesombongan? (Penjelasan selengkapnya, adikku bisa membaca tulisanku yang berjudul: ”ADAKAH KESEMPATAN UNTUK TIDAK BERSYUKUR?” atau bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/09/adakah-kesempatan-untuk-tidak-bersyukur.html )
Adikku yang dicintai Allah...,
Lebih dari hal itu semua, perhatikanlah bahwa ternyata begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak, dimana perintah tersebut beriringan dengan perintah untuk beribadah/menyembah serta bersyukur hanya kepada-Nya. Hal ini menunjukkan, betapa berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar menduduki tempat yang sangat tinggi. Bahkan dalam sebuah kajian, Prof. Quraisy Syihab memberi penjelasan bahwa selain kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW), berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar menduduki tempat tertinggi, melebihi semua yang lain.
Adikku yang dicintai Allah...,
Tentunya hal ini juga mengisyaratkan kepada kita semua, betapa jasa-jasa orang tua kita adalah tidak ternilai. Bahkan karena teramat tingginya jasa-jasa orang tua kita, rasanya tidak mungkin bagi kita untuk bisa membalasnya dengan cara apapun dan sampai kapanpun...!!!
Lalu bagaimanakah jika orang tua kita telah mendzolimi kita? Bagaimana sikap kita terhadap orang tua yang bertindak seperti itu???.
Adikku yang dicintai Allah...,
Insya Allah dua tulisanku yang berjudul “BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK. I” dan “BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK. II”, dapat menjawab permasalahan tersebut. Jika berkenan membacanya, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/berbakti-kepada-ibu-dan-bapak-i.html . Mohon juga klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/berbakti-kepada-ibu-dan-bapak-ii.html .
Semoga bermanfaat.
Tanggapan dari yang bersangkutan:
BalasHapusIya Pak.
Saya mengerti maksud Bapak..
Kita harus belajar dari hal yang sulit.
Biar bisa lebih mengerti pahitnya hidup.
Iya, saya baru lulus sekolah Pak.
Mungkin saya masih labil.
Dengan hal yang demikian kecilnya masalah yang saya hadapi, terasa sangat besar.
Terimakasih Pak, telah meluangkan waktu buat membaca dan membalas message saya.