Assalamu’alaikum wr. wb.
Pada suatu hari Bang Fulan pergi berjalan kaki ke masjid hendak menunaikan ibadah sholat berjamaah. Selama perjalanan menuju masjid, Bang Fulan telah berhati-hati dengan berjalan di atas trotoar di pinggir jalan. Namun apa dikata, seorang pengendara sepeda motor telah memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan kurang berhati-hati hingga akhirnya menabrak Bang Fulan yang menyebabkan Bang Fulan terluka parah sehingga harus dirawat di rumah sakit.
”Seandainya kemarin aku ’nggak pergi ke masjid dan tinggal di rumah saja, tentunya akan lebih baik karena aku tidak akan seperti ini”. Demikian Bang Fulan menyampaikan keluh kesahnya dengan nada penyesalan yang teramat dalam kepada Bang Nafil (sahabatnya) saat menjenguknya di rumah sakit.
Mendengar keluh kesah dari Bang Fulan tersebut, Bang Nafil berupaya untuk menanggapinya:
Saudaraku…,
Janganlah engkau mengeluh seperti itu. Ingatlah, bahwa dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.
Lebih dari itu, sadarkah engkau, bahwa sesungguhnya engkau termasuk orang-orang pilihan yang dipilih langsung oleh Allah karena engkau dipandang mampu untuk mendapatkan cobaan seperti ini? Karena seandainya hal ini ditimpakan kepada orang lain, belum tentu mereka bisa tabah dan sabar dalam menghadapinya. Bukankah dalam Al Qur’an, Allah SWT. telah berfirman (yang artinya): “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”. (QS. Al Baqarah ayat 286)?
Saudaraku…,
Sudahkah
engkau menyadarinya?
Dan
mempersiapkan diri untuk menghadapinya?
Dengan
berupaya untuk bisa tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan ini dan tetap
berbaik sangka kepada-Nya?
Bukankah
engkau termasuk orang-orang pilihan yang dipilih langsung oleh Allah karena engkau
dipandang mampu untuk mendapatkan cobaan seperti ini? Bukankah
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?
Terlebih lagi jika hal ini kita kaitkan dengan sebuah
hadits berikut ini:
Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ
يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.
Mendengar
nasehat tersebut, Bang Fulan-pun menyampaikan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Bang Nafil yang telah mengingatkannya akan makna sebuah
cobaan. Hampir-hampir saja Bang Fulan tergelincir, karena telah salah dalam
menata hatinya sehingga hanya keluh kesah serta penyesalan saja yang ada.
Padahal justru rasa syukur-lah yang seharusnya ada dalam hatinya karena
sesungguhnya dia termasuk orang-orang pilihan yang dipilih langsung oleh Allah karena
dipandang mampu untuk mendapatkan cobaan ini.
-----
Saudaraku
semuanya…,
Jika cara
berpikir kita seperti kisah di atas, tentunya tidak ada alasan sedikitpun bagi
kita untuk tidak bersyukur atau berkeluh kesah, bagaimanapun situasi / kondisi
yang sedang kita hadapi. Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan sebuah hadits
berikut ini:
Rasulullah SAW. bersabda:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ
لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap
perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali
oleh seorang mukmin: apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini
kebaikan baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun
kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Saudaraku…,
Perhatikan
kembali penjelasan Al Qur’an berikut ini: "Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim. 7).
Dan
dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad,
Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu
mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka
untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.
Sehingga, Rasulullah SAW. telah mewanti-wanti kepada kita
semua agar senantiasa berbaik sangka kepada Allah.
Dari Jabir bin Abdillah r.a., beliau mendengar Rasulullah
SAW. bersabda:
لَا
يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم)
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan
dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).
Semoga
bermanfaat!
NB.
Bang Fulan dan Bang Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar