Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang teman muallaf telah menyampaikan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Afwan ana mengganggu. Ana mau
bertanya perkara dimana orang-orang kafir berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam wafatnya dengan dibunuh, yaitu di racun.
1. Apakah betul kisah itu?
2. Bagaimanakah kisahnya
sesuai dalil yg syar'i?
3. Ana mendapat keterangan
dari kawan seperti ini. Mohon penilaiannya, yaitu:
Perkara Kambing Beracun Zainab binti Harits
Kemenangan pada Perang
Khaibar sempat terusik oleh ulah seorang wanita yang bernama Zainab binti
Harits (istri Salam bin Misykam) yang memberikan daging kambing panggang
beracun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
menelannya, daging tersebut beliau muntahkan kembali. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa daging itu sendiri yang memberitahu
bahwa ada racun padanya.
Kemudian wanita itu
diinterogasi dan dia mengakui perbuatannya. "Apa yang menyebabkan kamu
melakukan itu?" Wanita itu menjawab: "Jika beliau seorang raja maka
daging (yang beracun itu) akan keluar dari tubuhnya, dan jika beliau seorang
Nabi maka daging itu akan memberitahukannya (bahwa ia beracun)".
Karena jawaban ini, maka
wanita itu dimaafkan. Tapi pada peristiwa itu ternyata Bisr bin al-Bara` bin
Ma'rur juga ikut memakan daging itu sehingga dia wafat. Karena wafatnya Bisr
ini ada riwayat yang mengatakan bahwa wanita itu dimaafkan dan ada juga riwayat
yang mengatakan bahwa dia dibunuh karena uji cobanya itu telah memakan korban.
Riwayat yang lebih kuat
menyatakan bahwa pada awalnya wanita itu dimaafkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, tapi setelah kematian Bisr dia dibunuh sebagai hukuman qishas.
Mohon bimbingan perihal
pertanyaan di atas. Jazakallah khairan katsir atas perhatian, ilmu &
waktunya. Semoga Allah Subhana Wa Ta'Ala melimpahkan ampunan, rahmat, taufik,
inayah & hidayah-Nya bagi antum & keluarga.
Tanggapan
Saudaraku,
Dari berbagai riwayat,
dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan sakit biasa (bukan karena diracun).
Berikut ini adalah riwayat
tentang perang Khaibar, riwayat wanita Yahudi yang mencoba membubuhkan racun
namun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selamat, dan riwayat tentang wafatnya Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
I. Mengenai perang di Khaibar
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ أُهْدِيَتْ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْمَعُوا إِلَيَّ مَنْ كَانَ هَا
هُنَا مِنْ يَهُودَ فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ إِنِّي سَائِلُكُمْ عَنْ شَيْءٍ
فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْهُ فَقَالُوا نَعَمْ قَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَبُوكُمْ قَالُوا فُلَانٌ فَقَالَ كَذَبْتُمْ بَلْ
أَبُوكُمْ فُلَانٌ قَالُوا صَدَقْتَ قَالَ فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ
إِنْ سَأَلْتُ عَنْهُ فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ وَإِنْ كَذَبْنَا
عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِي أَبِينَا فَقَالَ لَهُمْ مَنْ أَهْلُ
النَّارِ قَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ تَخْلُفُونَا فِيهَا فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْسَئُوا فِيهَا وَاللهِ لَا
نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا ثُمَّ قَالَ هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ
إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ قَالَ هَلْ
جَعَلْتُمْ فِي هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا قَالُوا نَعَمْ قَالَ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى
ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا نَسْتَرِيحُ وَإِنْ كُنْتَ
نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ. (رواه البخارى)
40.11/2933.
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah bercerita kepada kami Al
Laits berkata telah bercerita kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqbariy dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ketika Khaibar ditaklukan, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam diberi hadiah seekor kambing yang didalamnya ditaruh racun.
Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Kumpulkan di hadapanku orang-orang
yang ada disini dari kalangan Yahudi. Maka mereka berkumpul di hadapan Beliau
lalu Beliau berkata: Aku bertanya satu hal kepada kalian, apakah kalian akan
membenarkan aku tentang suatu masalah?. Mereka menjawab; Ya. Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bertanya kepada mereka: Siapa orang tua kalian. Mereka
menjawab; Si fulan. Beliau berkata: Kalian berdusta. Yang sebenarnya orang tua
kalian adalah si anu. Mereka berkata; Anda benar.
Lalu
Beliau bertanya lagi: Apakah kalian akan membenarkan aku tentang suatu masalah
yang akan aku tanyakan?. Mereka menjawab; Ya, wahai Abu Al Qasim. Seandainya
kami berdusta, Anda pasti mengetahui kedustaan kami sebagaimana Anda mengetahui
orangtua kami. Beliau bertanya: Siapakah yang menjadi penduduk neraka?. Mereka
menjawab; Kami akan berada di dalamnya sebentar lalu kalian (kaum Muslimin)
akan mengiringi masuk ke dalamnya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
Tinggallah kalian dengan hina di dalamnya. Demi Allah, sungguh kami tidak akan
mengikuti kalian ke dalamnya selama-lamanya.
Kemudian
Beliau bertanya lagi: Apakah kalian akan membenarkan aku tentang suatu masalah
yang akan aku tanyakan?. Mereka menjawab; Ya, wahai Abu Al Qasim. Beliau
bertanya: Apakah kalian telah memasukkan racun ke dalam kambing ini?. Mereka
menjawab; Ya. Beliau bertanya lagi: Apa yang mendorong lkalian berbuat begitu?.
Mereka menjawab; Kami hanya ingin menguji Seandainya anda berdusta (mengaku
sebagai Nabi) kami dapat beristirahat dari anda. Dan seandainya anda benar
seorang Nabi maka racun itu tidak akan dapat mendatangkan bahaya buat anda. (HR. Bukhari).
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ
صَالِحٍ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ
الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا فَتَحْنَا خَيْبَرَ أُهْدِيَتْ
لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْمَعُوا لِي مَنْ كَانَ هَا
هُنَا مِنْ الْيَهُودِ فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي سَائِلُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ
عَنْهُ قَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَبُوكُمْ قَالُوا أَبُونَا فُلَانٌ فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبْتُمْ بَلْ أَبُوكُمْ فُلَانٌ
قَالُوا صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ فَقَالَ لَهُمْ هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ
إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ فَقَالُوا نَعَمْ وَإِنْ كَذَبْنَاكَ عَرَفْتَ كَذِبَنَا
كَمَا عَرَفْتَ فِي آبَائِنَا فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَمَنْ أَهْلُ النَّارِ فَقَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ
تَخْلُفُونَا فِيهَا قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اخْسَئُوا فِيهَا وَاللهِ لَا نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا ثُمَّ قَالَ لَهُمْ
هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ قَالُوا نَعَمْ
قَالَ هَلْ جَعَلْتُمْ فِي هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا قَالُوا نَعَمْ قَالَ مَا
حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا أَنْ نَسْتَرِيحَ
مِنْكَ وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ
Telah
mengabarkan kepada kami Abdullah
bin Shalih telah menceritakan kepadaku Al Laits telah
menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu
Hurairah Radliyallahu'anhu ia berkata; "Ketika kami menaklukan Khaibar,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diberi hadiah seekor kambing beracun.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kontan berkata: “Tolong kumpulkanlah
orang-orang Yahudi yang ada di sini”. Maka dikumpulkanlah mereka kepada beliau.
Lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: “Saya akan bertanya kalian
tentang sesuatu, apakah kalian akan menjawab dengan jujur?”. Mereka menjawab: “Ya,
wahai Abu Qasim (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam)”. Lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: “Siapakah ayah kalian?”. Mereka menjawab:
“Ayah kami si fulan”. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
“Kalian bohong! Tetapi ayah kalian adalah si fulan”. Mereka menjawab: “Baginda
benar”.
Lalu beliau
berkata kepada mereka: “Apakah kalian akan jujur jika saya tanya tentang
sesuatu?”. Mereka menjawab: “Ya, dan jika kami berbohong niscaya baginda
mengetahuinya, sebagaimana baginda mengetahui ayah-ayah kami”. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada mereka: “Siapakah penghuni neraka?”.
Mereka menjawab: “Kami berada di dalamnya sebentar dan kemudian baginda
menggantikan kami di dalamnya”. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata kepada mereka: “Terhinalah kalian di dalamnya, demi Allah Subhanahu wa
Ta'ala kami tidak akan menggantikan kalian di dalamnya selamanya”.
Lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada mereka: “Apakah kalian
akan berkata jujur terhadap pertanyaan yang akan ku tanyakan kepada kalian?”. Mereka
menjawab: “Ya!”. Beliau berkata: “Apakah kalian membubuhi racun pada (daging)
kambing tersebut?”. Mereka menjawab: “Ya!”. Beliau bertanya: “Apa yang
menyebabkan kalian berbuat demikian?”. Mereka menjawab: “Kami ingin terbebas
jika baginda seorang pembohong dan jika baginda benar seorang Nabi maka (racun
itu) tidak bakalan mencelakai baginda”. (HR. Ad-Darimi).
II. Pembuktian bahwa Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam
selamat dari racun yang diberikan oleh wanita Yahudi
1.
Perang
Khaibar terjadi pada tahun 628 M (tahun ke 7 H) dan pada bulan February 629 M (Zul
Qa’dah 7 H) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum Muslimin melaksanakan Umratul Qadha’.
2.
Setelah
perang Khaibar dapat ditaklukkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyah binti Huyaiy bin Akhtab. Pada tahun yang sama.
3.
Bulan January 630 M (Ramadhan 8
H) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun masih sehat
wal afiat. Beliau membuka kota
Makkah dan menghancurkan semua berhala-berhala yang ada disekitar Ka’bah. Peristiwa
ini dikenal dengan “FATHUL MAKKAH”.
4.
Empat
tahun dari peristiwa Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup! Dan pada bulan Maret 632 M, atau tepatnya Dzulhijjah 10 H,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melaksanakan Haji Wada’ bersama-sama dengan
kira-kira 114.000 orang kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji.
5.
Pada bulan
Mei 632 M atau bulan Safar 11 H, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan Tentara Usamah untuk pergi ke Negri Syam.
6.
Pada tgl 7
Juni 632 M atau pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal (bertepatan dengan hari kelahiran beliau)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
_____
Saudaraku,
Sebenarnya
sebab wafatnya seseorang tidak selalu mencerminkan maqam yang bersangkutan di
hadapan Allah. Misal: orang yang wafat karena terbunuh, bukan berarti
cerminan bahwa yang bersangkutan termasuk golongan orang-orang yang merugi.
Bukankah banyak juga para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang wafat karena terbunuh? Bahkan para Nabi di kalangan Bani Israil-pun juga
banyak yang wafat karena terbunuh?
Perhatikan penjelasan Al
Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 61 (tepatnya
pada bagian akhir dari ayat 61 surat Al Baqarah):
...
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِئَايَـــٰتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴿٦١﴾
“… Hal
itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka
selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”. (QS. Al Baqarah. 61).
Surat Al Baqarah ayat 61 selengkapnya adalah sebagai
berikut:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا
مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا
وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم
مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَآءُوْ بِغَضَبٍ
مِّنَ اللهِ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِئَايَـــٰتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴿٦١﴾
“Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam
makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata:
"Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa
yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan,
serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka
selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas”. (QS. Al Baqarah. 61).
Demikian juga sebab-sebab
wafat yang lainnya (wafat karena sakit, wafat karena diracun, wafat karena
kecelakaan, wafat karena kebakaran, dst). Semuanya itu tidak selalu
mencerminkan maqam yang bersangkutan di hadapan Allah. Kecuali jika seseorang
wafat dalam keadaan berzina, atau wafat dalam keadaan mabuk (over dosis), atau
wafat karena bunuh diri, dst. Na’udzubillahi mindzalika!!!
Yang ingin lebih aku tekankan
terkait dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa sebelum beliau wafat, Islam telah tuntas diturunkan
semuanya dengan sempurna (tidak ada satu bagianpun yang belum tersampaikan
kepada umat manusia). Hal ini ditandai dengan turunnya ayat terakhir (surat Al
Maa-idah ayat 3) berikut ini:
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي
مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣﴾
“… Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).
Lebih dari itu, ketahuilah bahwa dalam Al Qur’an surat Al
Maa-idah ayat 67, Allah SWT. telah menjelaskan bahwa tidak seorangpun yang
dapat membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
...
وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ... ﴿٦٧﴾
“... Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia* ... “. (QS.
Al Maa-idah. 67).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): ... (Dan Allah memelihara kamu dari manusia) agar tidak
sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu
dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya: “Pergilah karena sesungguhnya
Allah memeliharaku!” Riwayat Hakim. ...
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (catatan kaki no. 430, “Al Qur’an Dan
Terjemahnya”, Departemen Agama Republik Indonesia).