Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (teman sekolah di
SMPN 1 Blitar) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut:
Pak Imron, saya mau sedikit bertanya: “Bagaimana kalau saya
menolak teman yang mau main ke rumah saya karena saya tidak suka dia datang ke
rumah saya baik laki-laki atau perempuan sehingga saya berbohong sedang tidak
di rumah, sedangkan tamu itu adalah rejeki. Maturnuwun, Pak Imron”.
Saudaraku,
Benar bahwa tamu itu (membawa) rejeki sebagaimana yang
telah saudaraku sampaikan. Bahkan tidak hanya itu (tidak hanya membawa rejeki),
tamu adalah juga membawa pengampunan dosa bagi tuan rumah. Perhatikan
penjelasan hadits berikut ini:
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الضَّيْفُ عَلَى الْقَوْمِ دَخَلَ بِرِزْقِهِ
وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوبِهِمْ. (رواه الديلمى)
Apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang, maka ia
masuk dengan membawa rejekinya dan jika ia keluar, keluar membawa pengampunan
dosa orang-orang rumah itu. (HR. Ad-Dailami).
Sedangkan terkait dengan kedatangan seseorang yang
bertamu ke rumah kita, maka ketahuilah bahwa Islam telah mengajarkan kepada
kita kaum muslimin agar menghormati/memuliakan tamu kita tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ،
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. (رواه
البخارى ومسلم)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka katakanlah yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia
memuliakan tamunya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim).
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو
الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Abu Hashin
dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir,
janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam". (HR.
Al-Bukhari).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ
الْعَدَوِيِّ قَالَ سَمِعَتْ أُذُنَايَ وَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ قَالَ وَمَا جَائِزَتُهُ
يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ
فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah
menceritakan kepadaku Sa'id Al Maqburi dari Abu Syuraih Al 'Adawi dia berkata;
"Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua
mataku ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan sabdanya:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan
tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia
memuliakan tamunya, dan menjamunya" dia bertanya; 'Apa yang dimaksud
dengan menjamunya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "yaitu pada
siang dan malam harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah
bagi tamu tersebut." Dan beliau bersabda: "Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam". (HR. Al-Bukhari).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa sesungguhnya Islam telah
mengajarkan kepada kita agar menghormati/memuliakan saudara kita yang datang
bertamu ke rumah kita. Penghormatan tersebut tidak hanya sebatas pada tutur
kata yang halus untuk menyambutnya, namun juga diiringi dengan perbuatan yang
menyenangkan. Misalnya dengan memberikan jamuan, meski hanya sekedarnya.
Perhatikan bagaimana Nabi Ibrahim AS dalam memuliakan
tamu-tamunya, sebagaimana dikisahkan Al Qur’an dalam surat Adz Dzaariyaat ayat 25 – 27
berikut ini (di sini dikutipkan ayat 24 – 28):
هَلْ أَتَـــىٰـكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ ﴿٢٤﴾ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ
فَقَالُوا سَلَـــٰمًا قَالَ سَلَــٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ ﴿٢٥﴾ فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ ﴿٢٦﴾ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا
تَأْكُلُونَ ﴿٢٧﴾ فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ
بِغُلَـــٰمٍ عَلِيمٍ ﴿٢٨﴾
(24). Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu
Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (25). (Ingatlah) ketika mereka
masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab:
"Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. (26). Maka
dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak
sapi gemuk (yang dibakar), (27). lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim
berkata: "Silakan kamu makan". (28). (Tetapi mereka tidak mau makan),
karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata:
"Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya
dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq). (QS. Adz
Dzaariyaat. 24 – 28).
Saudaraku,
Memberikan jamuan kepada tamu termasuk sunnah Nabi
Ibrahim AS. yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam beserta kita ummatnya untuk mengikutinya. Dalam surat An Nahl
ayat 123, Allah SWT. telah berfirman:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٢٣﴾
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah
agama Ibrahim seorang yang hanif*)” dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS. An Nahl. 123).
Sedangkan dalam hadits berikut ini, diperoleh penjelasan
bahwa para malaikat akan tetap mendo’akan seseorang selama hidangan makanannya
masih terhampar untuk para tamunya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَاتَزَالُ تُصَلِّى عَلَى أَحَدِكُمْ
مَادَامَتْ مَائِدَتُهُ مَوْضُوعَةً. (رواه الترمذى)
“Sesungguhnya para malaikat tetap mendo’akan seseorang
selama hidangan makannya masih terhampar (yakni untuk tamu-tamu)”. (HR.
At-Tirmidzi).
Saudaraku,
Meskipun dalam surat Adz Dzaariyaat ayat 26 di atas
dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS telah menjamu tamunya dengan daging anak sapi
gemuk yang dibakar, hal ini bukan berarti kita juga diperintahkan untuk menjamu
tamu kita dengan jamuan serupa jika kita memang tidak mampu. Kita tidak perlu
memaksakan diri untuk menjamu tamu kita dengan hidangan yang di luar kemampuan
kita.
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كُنَّا
عِنْدَ عُمَرَ فَقَالَ نُهِينَا عَنْ التَّكَلُّفِ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit
dari Anas berkata, pernah kami di sisi Umar dan beliau berkata: “Kami
dilarang dari perbuatan yang memaksakan diri”. (HR.
Al-Bukhari).
Saudaraku,
Dari uraian di atas, nampaklah betapa Islam telah
mengajarkan kepada kita kaum muslimin agar menghormati/memuliakan saudara kita
yang datang bertamu ke rumah kita. Sehingga sangat mudah dipahami bahwa sikap
berbohong dengan mengatakan sedang tidak di rumah karena tidak ingin kedatangan
tamu adalah sikap yang tercela. Karena hal ini dapat diartikan sebagai sikap
tidak menghormati/memuliakan tamu.
{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2
tulisan }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar