Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (teman
alumni SMAN 1 Blitar/staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri
terkemuka di Surabaya) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut:
“Pak Imron, terkait pengejawantahan surat Al Kaafiruun, apakah ayat terakhir
berarti agama-agama orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya jadi
baik?”.
Saudaraku,
Ayat terakhir dari surat Al Kaafiruun tersebut
merupakan rangkaian dari ayat-ayat sebelumnya. Berikut ini kusampaikan ayat 1 –
6 dari surat
Al Kaafiruun (surat
Al Kaafiruun secara keseluruhan):
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا
تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ
مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ
وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
(1). Katakanlah: "Hai
orang-orang yang kafir,
(2). aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah.
(3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.
(4). Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah.
(5). Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
(6). Untukmulah agamamu, dan
untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun. 6).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(1). (Katakanlah, "Hai
orang-orang kafir!)
(2). (Aku tidak akan menyembah)
maksudnya sekarang aku tidak akan menyembah (apa yang kalian sembah) yakni
berhala-berhala yang kalian sembah itu.
(3). (Dan kalian bukan penyembah)
dalam waktu sekarang (Tuhan yang aku sembah) yaitu Allah SWT. semata.
(4). (Dan aku tidak mau menyembah) di
masa mendatang (apa yang kalian sembah.)
(5). (Dan kalian tidak mau pula
menyembah) di masa mendatang (Tuhan yang aku sembah) Allah SWT. telah
mengetahui melalui ilmu-Nya, bahwasanya mereka di masa mendatang pun tidak akan
mau beriman. Disebutkannya lafal Maa dengan maksud Allah adalah hanya meninjau
dari segi Muqabalahnya. Dengan kata lain, bahwa Maa yang pertama tidaklah sama
dengan Maa yang kedua.
(6). (Untuk kalianlah agama kalian)
yaitu agama kemusyrikan (dan untukkulah agamaku") yakni agama Islam. Ayat
ini diturunkan sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk
memerangi mereka. Ya Idhafah yang terdapat pada lafal ini tidak disebutkan oleh
ahli qiraat sab'ah, baik dalam keadaan Waqaf atau pun Washal. Akan tetapi Imam
Ya'qub menyebutkannya dalam kedua kondisi tersebut.
Saudaraku,
Surat Al
Kaafiruun ini adalah surat
yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang
musyrik, dan surat Al Kaafiruun ini memerintahkan
untuk membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk
kemusyrikan.
Surat Al Kaafiruun juga mengisyaratkan tentang habisnya
semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam meninggalkan dakwahnya1). Adapun berdakwah itu sendiri
bermakna menghimbau/menyeru kepada umat manusia untuk melaksanakan segala apa
yang Allah Ta’ala perintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS.
Al Kaafiruun. 1 – 6).
Saudaraku,
Melalui ayat ini,
Allah SWT. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya tentang bagaimana caranya
menangkis hujjah (الحجة) orang-orang
musyrik. Untuk itu, Allah SWT. berfirman:
قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا فِي
اللهِ ... ﴿١٣٩﴾
Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah?
...”, (QS. Al Baqarah. 139).
Maksudnya: “Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang mengesakan
Allah, ikhlas kepada-Nya, taat dan mengikuti semua perintah-Nya serta
meninggalkan larangan-larangan-Nya?”.
... وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ... ﴿١٣٩﴾
“... padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, ...”, (QS. Al
Baqarah. 139).
Yakni Dialah yang mengatur kami dan juga kalian, Dia pula yang
berhak di sembah secara ikhlas sebagai Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya.
... وَلَنَا أَعْمَـــٰـــلُــنَا
وَلَكُمْ أَعْمَــٰـــلُكُمْ ... ﴿١٣٩﴾
“... bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu ...”, (QS. Al
Baqarah. 139).
Dengan kata lain, kami berlepas diri dari kalian dan apa yang
kalian sembah, dan kalian berlepas diri dari kami. Makna ayat ini sama dengan
apa yang terdapat di dalam surat Yunus ayat 41:
وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل
لِّي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَاْ
بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٤١﴾
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (QS.
Yunus: 41)2).
Saudaraku,
Dari uraian di atas, sekali lagi kusampaikan bahwa surat Al Kaafiruun ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat ini memerintahkan untuk
membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan.
Surat Al Kaafiruun juga mengisyaratkan tentang habisnya
semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam meninggalkan dakwahnya.
Saudaraku,
Dalam surat berikutnya (yaitu surat An Nashr), bahkan diterangkan:
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Agama
Islam) akan berkembang dan menang. Dalam surat An Nashr, juga diperoleh
penjelasan tentang janji Allah bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam
akan mendapatkan kemenangan, perintah Alah agar bertasbih memuji-Nya, serta
perintah untuk memohon ampun kepada-Nya dikala terjadi peristiwa yang
menggembirakan.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ
يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ﴿٣﴾
(1). Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan.
(2). Dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong,
(3). maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima
taubat. (QS. An Nashr. 1 – 3).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(1). (Apabila telah datang
pertolongan Allah) kepada Nabi-Nya atas musuh-musuhnya (dan kemenangan) yakni
kemenangan atas kota Mekah.
(2). (Dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah) yaitu agama Islam (dengan berbondong-bondong) atau secara
berkelompok, yang pada sebelumnya hanya secara satu persatu. Hal tersebut
terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah, lalu orang-orang Arab dari semua
kawasan datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan taat
untuk masuk Islam.
(3). (Maka bertasbihlah dengan memuji
Rabbmu) artinya bertasbihlah seraya memuji-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat) sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sesudah surah ini diturunkan, beliau selalu memperbanyak
bacaan: Subhaanallaah Wa Bihamdihi, Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaihi, yang
artinya: "Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampun
kepada Allah dan bertobat kepada-Nya." Dengan turunnya surah ini dapat
diketahui bahwa saat ajalnya telah dekat. Peristiwa penaklukan kota Mekah itu
terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriah, dan beliau wafat pada bulan
Rabiulawal, tahun sepuluh Hijriah.
Saudaraku,
Hal ini semua menunjukkan
bahwa perintah untuk mendakwahkan Islam itu terus berlanjut dan tidak pernah
dicabut. Bahkan Allah telah menempatkan orang-orang yang mendakwahkan Islam itu
ke dalam golongan orang-orang yang mengerjakan amal saleh. Dan tiada
seorang-pun yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah (orang yang mendakwahkan
Islam).
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللهِ
وَعَمِلَ صَـــٰــلِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٣٣﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS.
Fushshilat. 33).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): (Siapakah yang lebih baik perkataannya)
maksudnya, tiada seorang pun yang lebih baik perkataannya (daripada seorang
yang menyeru kepada Allah) yakni mentauhidkan-Nya (mengerjakan amal yang saleh
dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?").
Saudaraku,
Dakwah mengajak kepada agama Allah juga merupakan tugas
yang sangat mulia, karena dakwah merupakan jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
قُلْ هَــٰــذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَـــٰنَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
(QS. Yusuf. 108).
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam
tafsirnya bahwa Allah berkata kepada Rasul-Nya agar memberitahu umat manusia
bahwa ini adalah jalannya (jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam),
tempat berpijak dan sunnahnya, yaitu mendakwahkan tauhid bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah dan menyeru kepada Allah diatas ilmu dan
keyakinan.
Saudaraku,
Begitu mulianya tugas dakwah itu dalam pandangan Allah,
sehingga dengan dakwah tersebut Allah telah menyematkan predikat khoiru ummah
(sebaik-baik umat) kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ ...﴿١١٠﴾
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. ...”. (QS. Ali ‘Imraan. 110).
Saudaraku,
Apapun profesi dan pekerjaan kita sebagai seorang muslim/muslimah,
tugas dakwah tidak boleh kita tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban
untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Bisa
dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang muslim yang senantiasa
mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya.
Saudaraku,
Dengan melihat betapa kedudukan dakwah yang begitu tinggi
dalam Islam serta rangkaian perintah dakwah yang sangat masif3)
sebagaimana uraian di atas, maka jika semuanya bisa berjalan dengan baik, dimana
setiap muslim menyadari adanya kewajiban dakwah (baca surat Luqman surat
17 di bawah ini) dan semuanya itu dilakukan dengan
mengharap keridhaan-Nya semata (baca surat Al Kahfi ayat 28 di bawah ini), maka in sya Allah Islam akan berkembang dengan
pesat di berbagai penjuru dunia, dimana kita akan melihat manusia masuk Agama Islam
dengan berbondong-bondong (baca surat An Nashr ayat 2 di bawah ini).
يَــــٰــبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
”Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
(QS. Luqman. 17).
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم
بِالْغَدَوٰةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ
عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن
ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴿٢٨﴾
”Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al
Kahfi. 28).
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا
﴿٢﴾
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, (QS. An Nashr. 2).
Saudaraku,
Jika hal seperti ini yang terjadi, maka ini artinya
perkembangan agama-agama lain otomatis akan terhambat. Dan jika hal ini dapat
terus berjalan dengan baik, maka secara perlahan-lahan jumlah pemeluk
agama-agama lain akan terus menyusut hingga tidak tertutup kemungkinan, bisa
saja jumlahnya menuju angka nol/kepunahan.
Dan hal ini sudah terjadi di Mekah dan Madinah sebelum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Dimana pada kedua kota tersebut
yang pada awalnya berpenduduk kafir, dengan perjuangan tak kenal lelah yang
telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para
sahabat dalam mendakwahkan Islam, kedua kota tersebut pada akhirnya berpenduduk
mayoritas beragama Islam. Bahkan bisa dibilang berpenduduk 100% muslim
menjelang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Sehingga dari rangkaian uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa tidak benar jika dikatakan bahwa pengejawantahan ayat terakhir dari surat
Al Kaafiruun berarti agama-agama orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya
jadi baik.
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa tidak benar jika dikatakan
bahwa pengejawantahan ayat terakhir dari surat Al Kaafiruun berarti agama-agama
orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya jadi baik.
NB.
1) Bagian penutup surat Al Kaafiruun,
Al Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama Republik Indonesia.
2) Sumber rujukan: Tafsir Ibnu Katsir.
3) Masif adalah sesuatu yang terjadi secara besar-besaran atau
skalanya luas.
{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2
tulisan }