بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 03 Oktober 2019

BENARKAH AGAMA-AGAMA ORANG KAFIR ITU DIPERBOLEHKAN BERKEMBANG ASAL ORANGNYA BAIK? (I)


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (teman alumni SMAN 1 Blitar/staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Surabaya) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, terkait pengejawantahan surat Al Kaafiruun, apakah ayat terakhir berarti agama-agama orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya jadi baik?”.

Saudaraku,
Ayat terakhir dari surat Al Kaafiruun tersebut merupakan rangkaian dari ayat-ayat sebelumnya. Berikut ini kusampaikan ayat 1 – 6 dari surat Al Kaafiruun (surat Al Kaafiruun secara keseluruhan):

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
(1).  Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
(2).  aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
(3).  Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
(4).  Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
(5).  Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
(6).  Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun. 6).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(1).  (Katakanlah, "Hai orang-orang kafir!)
(2).  (Aku tidak akan menyembah) maksudnya sekarang aku tidak akan menyembah (apa yang kalian sembah) yakni berhala-berhala yang kalian sembah itu.
(3).  (Dan kalian bukan penyembah) dalam waktu sekarang (Tuhan yang aku sembah) yaitu Allah SWT. semata.
(4).  (Dan aku tidak mau menyembah) di masa mendatang (apa yang kalian sembah.)
(5).  (Dan kalian tidak mau pula menyembah) di masa mendatang (Tuhan yang aku sembah) Allah SWT. telah mengetahui melalui ilmu-Nya, bahwasanya mereka di masa mendatang pun tidak akan mau beriman. Disebutkannya lafal Maa dengan maksud Allah adalah hanya meninjau dari segi Muqabalahnya. Dengan kata lain, bahwa Maa yang pertama tidaklah sama dengan Maa yang kedua.
(6).  (Untuk kalianlah agama kalian) yaitu agama kemusyrikan (dan untukkulah agamaku") yakni agama Islam. Ayat ini diturunkan sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk memerangi mereka. Ya Idhafah yang terdapat pada lafal ini tidak disebutkan oleh ahli qiraat sab'ah, baik dalam keadaan Waqaf atau pun Washal. Akan tetapi Imam Ya'qub menyebutkannya dalam kedua kondisi tersebut.

Saudaraku,
Surat Al Kaafiruun ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat Al Kaafiruun ini memerintahkan untuk membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan.

Surat Al Kaafiruun juga mengisyaratkan tentang habisnya semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dakwahnya1). Adapun berdakwah itu sendiri bermakna menghimbau/menyeru kepada umat manusia untuk melaksanakan segala apa yang Allah Ta’ala perintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun. 1 – 6).

Saudaraku,
Melalui ayat ini, Allah SWT. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya tentang bagaimana caranya menangkis hujjah (الحجة) orang-orang musyrik. Untuk itu, Allah SWT. berfirman:

قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا فِي اللهِ ... ﴿١٣٩﴾
Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah? ...”, (QS. Al Baqarah. 139).

Maksudnya: “Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang mengesakan Allah, ikhlas kepada-Nya, taat dan mengikuti semua perintah-Nya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya?”.

... وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ... ﴿١٣٩﴾
“... padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, ...”, (QS. Al Baqarah. 139).

Yakni Dialah yang mengatur kami dan juga kalian, Dia pula yang berhak di sembah secara ikhlas sebagai Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya.

... وَلَنَا أَعْمَـــٰـــلُــنَا وَلَكُمْ أَعْمَــٰـــلُكُمْ ... ﴿١٣٩﴾
“... bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu ...”, (QS. Al Baqarah. 139).

Dengan kata lain, kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah, dan kalian berlepas diri dari kami. Makna ayat ini sama dengan apa yang terdapat di dalam surat Yunus ayat 41:

وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَاْ بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٤١﴾
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (QS. Yunus: 41)2).

Saudaraku,
Dari uraian di atas, sekali lagi kusampaikan bahwa surat Al Kaafiruun ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat ini memerintahkan untuk membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan.

Surat Al Kaafiruun juga mengisyaratkan tentang habisnya semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dakwahnya.

Saudaraku,
Dalam surat berikutnya (yaitu surat An Nashr), bahkan diterangkan: agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Agama Islam) akan berkembang dan menang. Dalam surat An Nashr, juga diperoleh penjelasan tentang janji Allah bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam akan mendapatkan kemenangan, perintah Alah agar bertasbih memuji-Nya, serta perintah untuk memohon ampun kepada-Nya dikala terjadi peristiwa yang menggembirakan.

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ﴿٣﴾
(1).  Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
(2).  Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
(3).  maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. An Nashr. 1 – 3).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(1).  (Apabila telah datang pertolongan Allah) kepada Nabi-Nya atas musuh-musuhnya (dan kemenangan) yakni kemenangan atas kota Mekah.
(2).  (Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah) yaitu agama Islam (dengan berbondong-bondong) atau secara berkelompok, yang pada sebelumnya hanya secara satu persatu. Hal tersebut terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah, lalu orang-orang Arab dari semua kawasan datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan taat untuk masuk Islam.
(3).  (Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu) artinya bertasbihlah seraya memuji-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat) sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudah surah ini diturunkan, beliau selalu memperbanyak bacaan: Subhaanallaah Wa Bihamdihi, Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaihi, yang artinya: "Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya." Dengan turunnya surah ini dapat diketahui bahwa saat ajalnya telah dekat. Peristiwa penaklukan kota Mekah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriah, dan beliau wafat pada bulan Rabiulawal, tahun sepuluh Hijriah.

Saudaraku,
Hal ini semua menunjukkan bahwa perintah untuk mendakwahkan Islam itu terus berlanjut dan tidak pernah dicabut. Bahkan Allah telah menempatkan orang-orang yang mendakwahkan Islam itu ke dalam golongan orang-orang yang mengerjakan amal saleh. Dan tiada seorang-pun yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah (orang yang mendakwahkan Islam).

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَـــٰــلِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٣٣﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fushshilat. 33).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): (Siapakah yang lebih baik perkataannya) maksudnya, tiada seorang pun yang lebih baik perkataannya (daripada seorang yang menyeru kepada Allah) yakni mentauhidkan-Nya (mengerjakan amal yang saleh dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?").

Saudaraku,
Dakwah mengajak kepada agama Allah juga merupakan tugas yang sangat mulia, karena dakwah merupakan jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

قُلْ هَــٰــذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَـــٰنَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf. 108).

Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa Allah berkata kepada Rasul-Nya agar memberitahu umat manusia bahwa ini adalah jalannya (jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), tempat berpijak dan sunnahnya, yaitu mendakwahkan tauhid bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan menyeru kepada Allah diatas ilmu dan keyakinan.

Saudaraku,
Begitu mulianya tugas dakwah itu dalam pandangan Allah, sehingga dengan dakwah tersebut Allah telah menyematkan predikat khoiru ummah (sebaik-baik umat) kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam.

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ ...﴿١١٠﴾
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. ...”. (QS. Ali ‘Imraan. 110).

Saudaraku,
Apapun profesi dan pekerjaan kita sebagai seorang muslim/muslimah, tugas dakwah tidak boleh kita tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang muslim yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya.

Saudaraku,
Dengan melihat betapa kedudukan dakwah yang begitu tinggi dalam Islam serta rangkaian perintah dakwah yang sangat masif3) sebagaimana uraian di atas, maka jika semuanya bisa berjalan dengan baik, dimana setiap muslim menyadari adanya kewajiban dakwah (baca surat Luqman surat 17 di bawah ini) dan semuanya itu dilakukan dengan mengharap keridhaan-Nya semata (baca surat Al Kahfi ayat 28 di bawah ini), maka in sya Allah Islam akan berkembang dengan pesat di berbagai penjuru dunia, dimana kita akan melihat manusia masuk Agama Islam dengan berbondong-bondong (baca surat An Nashr ayat 2 di bawah ini).

يَــــٰــبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَوٰةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴿٢٨﴾
”Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi. 28).

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (QS. An Nashr. 2).

Saudaraku,
Jika hal seperti ini yang terjadi, maka ini artinya perkembangan agama-agama lain otomatis akan terhambat. Dan jika hal ini dapat terus berjalan dengan baik, maka secara perlahan-lahan jumlah pemeluk agama-agama lain akan terus menyusut hingga tidak tertutup kemungkinan, bisa saja jumlahnya menuju angka nol/kepunahan.

Dan hal ini sudah terjadi di Mekah dan Madinah sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Dimana pada kedua kota tersebut yang pada awalnya berpenduduk kafir, dengan perjuangan tak kenal lelah yang telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat dalam mendakwahkan Islam, kedua kota tersebut pada akhirnya berpenduduk mayoritas beragama Islam. Bahkan bisa dibilang berpenduduk 100% muslim menjelang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.

Sehingga dari rangkaian uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak benar jika dikatakan bahwa pengejawantahan ayat terakhir dari surat Al Kaafiruun berarti agama-agama orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya jadi baik.

Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa tidak benar jika dikatakan bahwa pengejawantahan ayat terakhir dari surat Al Kaafiruun berarti agama-agama orang kafir diperbolehkan berkembang asal orangnya jadi baik.

NB.
1)  Bagian penutup surat Al Kaafiruun, Al Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama Republik Indonesia.
2)  Sumber rujukan: Tafsir Ibnu Katsir.
3)  Masif adalah sesuatu yang terjadi secara besar-besaran atau skalanya luas.

{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan }

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞