Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini kelanjutan dari artikel “Benarkah
Agama-agama Orang Kafir Itu Diperbolehkan Berkembang Asal
Orangnya
Baik? (I)”:
Sedangkan terkait pelaksanaan dakwah, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan. Pertama, dalam mendakwahkan Islam, harus kita lakukan
dengan cara yang baik. Perhatikan penjelasan surat An Nahl ayat 125 Berikut
ini:
ادْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَـــٰــدِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An
Nahl. 125).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu)
yakni agama-Nya (dengan hikmah) dengan Alquran (dan pelajaran yang baik)
pelajaran yang baik atau nasihat yang lembut (dan bantahlah mereka dengan cara)
bantahan (yang baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah dengan
menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya atau dengan hujah-hujah
yang jelas. (Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui) Maha Mengetahui
(tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini
diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir. Dan
diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersumpah melalui sabdanya, "Sungguh aku bersumpah akan membalas
tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu."
Disamping harus kita lakukan dengan cara yang baik, dalam
berdakwah kita juga musti berendah diri dan berlaku lemah lembut. Sikap
merendahkan diri serta berlaku lemah lembut dihadapan mereka, jelas akan lebih
dapat mendatangkan simpati dibandingkan sikap angkuh dan kasar. Demikian contoh
yang telah diberikan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah,
sebagaimana telah diperintahkan Allah SWT. dalam surat Asy Syu’araa’ ayat 215:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
﴿٢١٥﴾
“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. Asy Syu’araa’. 215).
Saudaraku,
Disamping harus kita lakukan dengan cara yang baik serta
berendah diri sebagaimana uraian di atas, kita juga musti belajar banyak
terhadap apa yang telah dilakukan oleh Nabi Musa AS., dimana Beliau telah
menyampaikan dakwah kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut
sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Thaahaa berikut ini:
اِذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِئَايَـــٰتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اِذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾
(42) “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa
ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku”; (43) “Pergilah
kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”; (44) “maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa. 42 – 44).
Nah, jika kepada Fir’aun saja (manusia paling sombong di
muka bumi ini karena mengakui dirinya sebagai tuhan yang maha tinggi/baca surat An Naazi’aat ayat 24 di bawah ini) Allah telah memerintahkan Nabi Musa AS. untuk
menyampaikan dakwah dengan kata-kata yang lemah lembut, apalagi kepada orang
non-muslim4) yang perilakunya tidak seburuk Fir’aun.
فَقَالَ أَنَاْ رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ ﴿٢٤﴾
”(Seraya)
berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (QS. An Naazi’aat. 24).
Saudaraku,
Kita tidak perlu khawatir jika mereka pada akhirnya akan
bersikap buruk kepada diri kita (setelah kita berupaya menyampaikan dakwah
kepada mereka dengan cara yang baik). Kita tidak perlu takut, karena sesungguhnya
Allah beserta kita/Allah akan membantu kita!
قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفْرُطَ عَلَيْنَا
أَوْ أَن يَطْغَىٰ ﴿٤٥﴾ قَالَ لَا
تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ ﴿٤٦﴾
(45) Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah
melampaui batas". (46) Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir,
sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (QS.
Thaahaa. 45 – 46).
Saudaraku,
Dalam berdakwah, kalaupun harus berdebat dengan mereka,
maka berdebatlah dengan cara yang paling baik.
وَلَا تُجَـــٰـدِلُوا أَهْلَ الْكِتَـــٰبِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ...
﴿٤٦﴾
”Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab5),
melainkan dengan cara yang paling baik6), kecuali dengan orang-orang
zalim7) di antara mereka, ...". (QS. Al
‘Ankabuut. 46).
Dan jangan sampai memaki/mengolok-olok/menghujat tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
وَلَا تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن
دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ...﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu
memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...” (QS. Al An’aam:
108).
Saudaraku,
Jika semua itu sudah kita lakukan dengan baik/jika kita
sudah berusaha secara maksimal dalam melakukan perintah
dakwah tersebut, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan
Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya pada akhirnya
dia akan memilih jalan yang lurus (baca surat Al Baqarah pada bagian akhir ayat 142 di bawah
ini). Adapun kewajiban kita hanyalah menyampaikan
ayat-ayat-Nya (baca surat Ali ‘Imran ayat 20 di bawah ini).
... قُل لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
”... Katakanlah:
"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al Baqarah. 142).
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَــــٰبَ وَالأُمِّيِّينَ ءَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ
فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَــــٰــغُ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka
mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan
diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan
katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang
yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).
Lebih dari itu,
Ketahuilah pula bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk
agama Islam (kita tidak boleh memaksa orang lain untuk memeluk Islam).
لَآ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ...
﴿٢٥٦﴾
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); ...”.
(QS. Al Baqarah: 256).
Mengapa demikian?
Karena sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat.
... قَدْ
تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَىِّ ... ﴿٢٥٦﴾
“... sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat ...”. (QS. Al Baqarah: 256).
Maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman
dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Jadi, tidak ada paksaan sedikitpun
untuk memasuki/memeluk agama Islam (artinya keputusan sepenuhnya ada pada diri
manusia sendiri).
... فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ...
﴿٢٩﴾
“... maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir ...". (QS.
Al Kahfi. 29).
Sebagai penutup, ketahuilah bahwa Allah SWT juga telah
memerintahkan kepada kita kaum muslimin agar berbuat baik dan berlaku adil
terhadap mereka orang-orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin:
لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ
فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).
Saudaraku,
Dengan berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka, hal
ini justru bisa kita jadikan sebagai sarana untuk mengenalkan Islam kepada
mereka sehingga akan timbul rasa simpati di hati mereka dan tidak muncul dugaan
negatif kepada Islam, karena Islam itu tidak identik dengan kekerasan. (Semoga Allah menjadikan kita sebagai jalan
hidayah bagi orang lain. Amin, ya rabbal ‘alamin).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
(Wallahu
ta'ala a'lam).
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-2 dari 2
tulisan}
NB.
4) Sebenarnya dalam Al Qur’an, tidak dikenal
istilah non-muslim (atau Bahasa Arab-nya: ghairu muslim). Dalam Al Qur’an, selain Islam itu
kafir (termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani). Ini prinsip akidah yang harus dipahami oleh
setiap muslim. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa selain Islam itu
kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani. Dan karena mereka itu kafir
(termasuk kaum Yahudi dan Nasrani) maka tempatnya adalah neraka Jahannam.
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَــــٰبِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ﴿٦﴾
“Sesungguhnya
orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke
neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk”. (QS. Al Bayyinah. 6).
5) Ahli Kitab (أهل الكتــاب ) adalah sebutan untuk kaum Yahudi dan Nasrani (menurut Al Qur’an). Sebab
Yahudi dan Nasrani disebut sebagai Ahli Kitab karena Allah mengutus
ditengah-tengah mereka nabi-nabi yang membawa kitab suci masing-masing.
6) Berdebat dengan
cara yang paling baik, antara lain dengan menyertakan hujjah (keterangan,
alasan, bukti, atau argumentasi) yang kuat disertai
dengan dalil-dalil yang mendasarinya (tidak hanya berdasarkan emosi semata).
7) Yang
dimaksud dengan ”orang-orang zalim” ialah orang-orang yang setelah diberikan
kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang
paling baik, namun mereka tetap
membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar