بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 01 Desember 2021

BAGAIMANA CARANYA AGAR ORANG YANG MEMBENCI KITA JADI SUKA SAMA KITA


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang mahasiswi telah menyampaikan pertanyaan via messenger sebagai berikut: “Pak Imron, bagaimana caranya supaya orang yang membenci kita jadi suka sama kita? Misalnya gini, kan saya punya teman sekelas, dia itu nggak suka sama saya, Pak”.

Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah berikut ini:

Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu disebutkan:

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ. (رواه ابن ماجه)
“Seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Kemudian) laki-laki itu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah akan mencintaiku dan manusia akan mencintaiku.’ Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Zuhudlah dalam urusan dunia, Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia akan mencintaimu’.” (HR. Ibnu Majah)

Saudaraku,
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah di atas terkandung 2 nasehat mulia, yaitu:
   Zuhud terhadap dunia. Zuhud ini bisa mendatangkan kecintaan Allah SWT. kepada seorang hamba.
   Zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain. Zuhud ini bisa menyebabkan seseorang dicintai manusia.

Cara mendapatkan kecintaan Allah SWT.

Sabda Rasulull
ah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Zuhudlah terhadap dunia niscaya Allah mencintaimu”.

Zuhud terhadap dunia adalah salah satu cara mendapatkan cinta Allah SWT. Kecintaan Allah SWT. terhadap hamba-Nya adalah perkara yang sangat agung. Orang yang dicintai Allah SWT. berarti telah diberikan taufik (bimbingan) ke arah yang dicintai dan diridhai-Nya.

Sebagai catatan bahwa (selain zuhud terhadap dunia) masih banyak cara yang lainnya untuk mendapatkan kecintaan Allah SWT., di antaranya adalah: berbuat baik kepada kedua orang tua, keluarga, sanak kerabat, tetangga, dan sesama kaum muslimin, bertawakkal kepada Allah SWT., menegakkan keadilan, sabar, takwa, berjihad di jalan Allah SWT., dan lain sebagainya. Kesimpulannya, bahwa cara mendapatkan kecintaan Allah SWT. ialah mentaati semua perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Cara mendapatkan kecintaan manusia

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
: “Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia niscaya engkau dicintai manusia”.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT. mencintai orang-orang yang zuhud terhadap dunia. Allah SWT. mencela orang-orang yang mencintai dan mengutamakan dunia daripada akhirat. Perhatikan firman Allah SWT. dalam surat Al Qiyaamah ayat 20 – 21 berikut ini:

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ﴿٢٠﴾ وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ ﴿٢١﴾
(20) Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, (21) dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. (QS. Al Qiyaamah. 20 – 21).

Saudaraku,
Jika Allah SWT. mencela orang-orang yang mencintai dunia, maka itu menunjukkan bahwa Dia memuji orang-orang yang tidak mencintai dunia, menolaknya, dan meninggalkannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَـمَّهُ ؛ فَـرَّقَ اللّٰـهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَـيْهِ ، وَلَـمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَـانَتِ الْآخِرَةُ نِـيَّـتَـهُ ، جَـمَعَ اللّٰـهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَـا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Sahabat Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu).

Saudaraku,
Wasiat kedua di hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah di atas ialah zuhud terhadap apa saja yang ada di tangan manusia. Zuhud seperti ini membuat orang dicintai manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ ، وَعِزَّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ (رَوَاهُ الْحَاكِمُ)
Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin ialah shalat malamnya dan kehormatannya ialah tidak merasa butuh kepada manusia. (HR. Al Hakim).

Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَـى النَّاسِ ، وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ. (روه ابن حبان)
Barangsiapa mencari ridha manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia, dan barangsiapa membuat marah manusia dengan keridhaan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kekejaman manusia. (HR. Ibnu Hibban).

Saudaraku,
Banyak hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Barangsiapa meminta sesuatu yang ada di tangan manusia, maka mereka membencinya dan tidak menyukainya, karena manusia itu menyukai harta. Dan meminta apa yang disukai oleh orang yang memilikinya akan menimbulkan kebencian.

PENJELASAN TAMBAHAN TENTANG ZUHUD

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.

Hakekat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (teladan bagi orang-orang yang zuhud), beliau mempunyai banyak istri. Demikian juga Nabi Dawud AS. dan Nabi Sulaiman AS., dimana sebagai penguasa, keduanya mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Shahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka bahkan ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.

Saudaraku,
Seorang hamba yang zuhud itu:
   Lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi Allah SWT. daripada apa yang ada di tangannya sendiri.
   Jika mendapatkan musibah pada dunianya (kehilangan harta yang telah dikumpulkan bertahun-tahun, anaknya wafat, dll), maka ia lebih senang kepada pahala musibah tersebut daripada kembalinya dunianya yang hilang itu.
   Pujian dan celaan orang tidak berpengaruh baginya selama dia dalam kebenaran.
   Tidak mengutamakan kesenangan duniawi.

Mari kita bahas secara lebih terperinci keempat hal tersebut.

   Lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi Allah SWT. daripada apa yang ada di tangannya sendiri.

Saudaraku,
Seorang hamba yang zuhud itu lebih yakin terhadap apa yang ada di sisi Allah SWT. daripada apa yang ada di tangannya sendiri, karena Allah SWT. telah menjamin rezeki seluruh hamba-Nya.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَـــٰبٍ مُبِينٍ ﴿٦﴾
Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfûzh). (QS. Huud. 6).

وَكَأَيِّن مِن دَابَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦٠﴾
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al ‘Ankabuut. 60).

   Jika mendapatkan musibah pada dunianya (kehilangan harta yang telah dikumpulkan bertahun-tahun, anaknya wafat, dll), maka ia lebih senang kepada pahala musibah tersebut daripada kembalinya dunianya yang hilang itu.

Saudaraku,
Terkait hal ini, perhatikan penjelasan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ زَحْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْرَانَ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ لِأَصْحَابِهِ اللّٰهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا. (رواه الترمذى)
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ibnu Al Mubarak mengabarkan kepada kami, Yahya bin Ayyub mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Zahr, dari Khalid bin Abu Imran, bahwa Ibnu Umar berkata: Jarang sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dari sautu majlis. hingga beliau mendo'akan para sahabatnya dengan doa berikut) ini. "Ya Allah, jadikanlah rasa takut kami kepada-Slu sebagai pengkalang antara kami dan maksiat terhadap-Mu, ketaaian kami kepada-Mu sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan kami ke surga-Mu, keyakinan (kami kepada-Mu) sebagai sesuatu yang dapat menngankan hencuna-bencana dunia (yang menimpa kamij, dan senangkanlah kami dengan pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami – untuk taat kepada-Mu –, selama kami hidup. Jadikanlah  – semua – itu senantiasa ada pada diri kami, sampai kami meninggal dunia. Jadikanlah dendam kami hanya untuk orang-orang yang menganiaya kami. dan tolonglah kami atas orang-orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau menimpakan musibah kepada agama kami. Janganlah Engkau menjadikan dunia sebagai – tujuan – kami yang paling besar, atau puncak pemikiran kami. Janganlah Engkau menguasakan atas diri kami orang-orang yang tidak menyayangi kami. (HR. At-Tirmidzi no. 3502).

Perhatikan pula penjelasan Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al Hadiid ayat 22 – 24 berikut ini:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَـــٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ ﴿٢٢﴾ لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ﴿٢٤﴾

(22) Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (23) (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (24) (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al Hadiid. 22 – 24).

   Pujian dan celaan orang tidak berpengaruh baginya selama dia dalam kebenaran.

Saudaraku,
Bagi seorang hamba yang zuhud itu, pujian dan celaan orang lain tidak akan berpengaruh selama dia dalam kebenaran. Ini juga pertanda zuhudnya terhadap dunia, menganggapnya rendah dan tidak berambisi kepadanya. Karena orang yang mengagungkan dunia, maka ia akan mencintai pujian dan membenci celaan.

... يُجَـــٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ... ﴿٥٤﴾
“... Mereka berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. ...”. (QS. Al Maa-idah. 54).

Seorang hamba yang zuhud itu hatinya bersih dari keinginan memperoleh pujian dari orang lain. Semua amal perbuatannya atau apapun yang dilakukannya (shalatnya, ibadahnya, hidupnya, matinya, dst.) semata-mata dilakukan hanya untuk Allah SWT. Baginya, pujian orang lain tidak akan membuatnya berbangga hati, sedangkan hujatan/celaan/hinaan/caci maki orang lain juga tidak akan membuatnya surut.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَــٰـــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

   Tidak mengutamakan kesenangan duniawi.

Saudaraku,
Seorang hamba yang zuhud itu tidak mengutamakan kesenangan duniawi. Dalam Al Qur’an banyak dijumpai pujian bagi orang yang zuhud pada dunia dan mengecam orang-orang yang cinta dunia. Allah SWT. berfirman,

اِعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَـــٰــدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىـٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـــٰـمًا وَفِي الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid. 20).

وَمَا الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al An’aam: 32).

وَمَا هَـــٰـذِهِ الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ﴿٦٤﴾
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al ‘Ankabuut. 64).

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَــٰـذِهِ الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَـــٰعٌ وَإِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ ﴿٣٩﴾
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”. (QS. Al Mu’min. 39).

إِنَّمَا الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ ﴿٣٦﴾
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”. (QS. Muhammad. 36).

اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْاٰخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ ﴿٢٦﴾
“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (QS. Ar Ra’d. 26).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞