بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 05 Desember 2021

BENARKAH ORANG YANG JUJUR/ORANG YANG BAIK APAPUN AGAMANYA DIA PASTI MENDAPAT TEMPAT YANG TERBAIK DI SISI ALLAH SWT?


Assalamu’alaikum wr. wb.

Dalam sebuah acara di sebuah televisi swasta nasional, seorang tokoh nasional yang bergelar Kyai Haji (KH) telah membuat pernyataan sebagai berikut: “Orang yang jujur, orang yang shalih, punya solidaritas sosial, punya dedikasi, punya loyalitas, apapun agamanya, dia pasti mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT”.

Saudaraku,
Terkait hal ini, perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Muhammad ayat 1 berikut ini:

الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ أَضَلَّ أَعْمَـــٰــلَهُمْ ﴿١﴾
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. (QS. Muhammad. 1).

Tafsir Ibnu Katsir

الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿١﴾
Orang-orang yang kafir. (QS. Muhammad. 1) kepada ayat-ayat Allah SWT.

... وَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ أَضَلَّ أَعْمَـــٰــلَهُمْ ﴿١﴾
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. (QS. Muhammad. 1) Yaitu membatalkan dan melenyapkan amal-amal tersebut, tidak memberinya pahala dan tidak pula imbalan. Semakna dengan firman-Nya:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَــٰـهُ هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqaan. 23).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy)

(Orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk Mekah (dan menghalang-halangi) orang-orang lainnya (dari jalan Allah) dari jalan keimanan (Allah melebur) menghapus (amal-amal mereka) seperti memberi makan dan menghubungkan silaturahim; mereka tidak akan melihat pahala amalnya di akhirat nanti dan mereka hanya mendapat balasan di dunia saja dari kemurahan-Nya.

Saudaraku,
Perhatikan pula penjelasan Al Qur’an dalam surat Al-Furqaan ayat 23 berikut ini:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَــٰـهُ هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqaan. 23).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy)

(Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi, menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia (lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan) amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَــٰـهُ هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqaan. 23).

Ini terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang telah dilakukan oleh semua hamba, amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu imbalan-pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka.

Demikian itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat, yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang diridhai adalah batil.

Amal perbuatan orang-orang kafir itu tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut, dan adakalanya kedua syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk itu Allah SWT. berfirman: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadi­kan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqaan. 23).

Mujahid dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah: “Kami hadapi”. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang mengatakannya: “Kami datangi”.

... فَجَعَلْنَــٰـهُ هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾
“... lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqaan. 23).

Sufyan As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: “debu yang beterbangan” (QS. Al-Furqaan. 23) Yaitu sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.

Hal yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ali r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.

Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang memasuki lubang dinding rumah seseorang di antara kalian; seandainya dia meraupkan tangannya pada sinar itu, ia tidak dapat menangkapnya.

Ali ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “debu yang beterbangan” (QS. Al-Furqaan. 23) Yang dimaksud ialah air yang ditumpahkan.

Abul Ahwas meriwayatkan dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba 'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “debu yang beterbangan” (QS. Al-Furqaan. 23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila tertiup angin? Makna yang dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran itu.

Abdullah Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim, dari Abu Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya al-haba itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.

Kesimpulan dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang dikandung oleh ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan Raja, Hakim Yang Maha Adil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah menganiaya seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama sekali.

Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tiada artinya lagi berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama telah diungkapkan oleh Allah SWT. melalui firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 18:

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَــٰـــلُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيْءٍ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّــلَــــٰـلُ الْبَعِيدُ ﴿١٨﴾
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim. 18).

Dan firman Allah SWT. dalam surat Al Baqarah ayat 264:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبْطِلُواْ صَدَقَـــٰــتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ ... ﴿٢٦٤﴾
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; ...”. (QS. Al Baqarah. 264).

Juga firman Allah SWT. dalam surat An Nuur ayat 39:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَــٰـــلُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْئَانُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا ... ﴿٣٩﴾
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. ...”. (QS. An Nuur. 39).

Saudaraku,
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa pernyataan tokoh yang mengaku bergelar Kyai Haji (KH) tersebut, yaitu pernyataan bahwa: “Orang yang jujur, orang yang shalih, punya solidaritas sosial, punya dedikasi, punya loyalitas, apapun agamanya dia pasti mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT”, sama sekali tidak benar!

SYIRIK MERUPAKAN KEDHOLIMAN YANG BESAR

Lebih dari itu semua, ketahuilan bahwa perbuatan syirik itu benar-benar merupakan kedholiman yang besar (baca surat Luqman ayat 13) yang dosanya melebihi/lebih besar dari semua dosa yang lain, hingga Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut (baca surat An Nisaa’ ayat 48).

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman. 13).

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).

Sedangkan yang dimaksud dengan syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah.

Saudaraku,
Syirik dalam Rububiyyah yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya dalam surat Saba’ ayat 22 berikut ini:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ ﴿٢٢﴾
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah/tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah*)-pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham-pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya". (QS. Saba’. 22)

Sedangkan syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah atau berdo’a kepada selain Allah. Menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, berdo’a meminta suatu hajat atau meminta rejeki atau meminta kesembuhan penyakit kepada orang yang sudah meninggal maupun kuburan keramat atau kepada pohon dan lainnya (selain Allah) atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih hewan kurban, bernadzar, dan sebagainya kepada selain Allah.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـــٰــهُكُمْ إِلَـــٰــهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَـــٰـلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi. 110).

Saudaraku,
Karena ternyata perbuatan syirik itu benar-benar merupakan kedholiman yang besar yang dosanya melebihi/lebih besar dari semua dosa yang lain, maka bagaimana mungkin orang-orang yang tidak beriman itu mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT? Sekalipun mereka adalah orang-orang yang jujur, orang-orang yang shalih, punya solidaritas sosial, punya dedikasi, serta punya loyalitas?

Yang terjadi justru sebaliknya. Bahwa sekalipun mereka itu adalah orang-orang yang jujur, orang-orang yang shalih, punya solidaritas sosial, punya dedikasi, serta punya loyalitas, namun jika mereka melakukan perbuatan syirik, maka tak mungkin mereka bisa masuk surga dan tempat mereka adalah neraka untuk selama-lamanya.

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِئَايَـــٰـــتِنَا وَاسْتَكْبَرُواْ عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ ﴿٤٠﴾ لَهُم مِّن جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِن فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الظَّــــٰـلِمِينَ ﴿٤١﴾
(40) Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum**). Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (41) Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al A’raaf. 40 – 41).

BERHATI-HATILAH SAAT BERBICARA MASALAH AGAMA

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa meskipun yang menyampaikan pernyataan seperti itu adalah seorang tokoh nasional dan bergelar kyai haji sekalipun, namun jika yang bersangkutan lebih mengedepankan akalnya/pemikirannya sendiri dalam menilai suatu perkara tanpa mau menyandarkannya kepada Al Qur’an, maka menurut pandangan Allah, orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang yang bodoh.

Terkait hal ini, Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 269:

يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).

Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah pada bagian akhir ayat 269 di atas:

... وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“... Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).

Saudaraku,
Jelas dan tegas penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah pada bagian akhir ayat 269 di atas, bahwa hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah (Al Qur’an). Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang cerdaslah yang dapat mengambil pelajaran dari Al Qur’an.

Dan hal ini sekaligus juga menunjukkan kebalikannya, bahwa hanya orang-orang yang tidak menggunakan akalnya (alias hanya orang-orang yang bodohlah) yang tidak mau mengambil pelajaran dari Al Qur’an, karena mereka lebih mengedepankan kemampuannya sendiri dalam menilai suatu perkara (tanpa menyandarkannya kepada Al Qur’an).

Oleh karena itu janganlah menuruti hawa nafsu mereka (baca surat Al Mu’minuun ayat 71). Dan ikutilah/terima dan laksanakan apapun yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya tanpa adanya tawar menawar sedikitpun (baca surat An Nuur ayat 51 dan surat Al Ahzaab ayat 36).

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿٧١﴾
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al Mu’minuun. 71).

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur. 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

NB.
*)    Dzarrah adalah istilah untuk suatu partikel yang sangat kecil.
**)   Dan tidak pula mereka masuk surga hingga unta masuk, yakni jika ada unta yang dapat masuk “ke dalam lubang jarum” maksudnya lubang yang ada pada jarum; ini kata kiasan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. (Tafsir Jalalain).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞