Assalamu’alaikum wr. wb.
Dalam sebuah diskusi di sebuah grup WhatsApp, seorang
akhwat*) (teman sekolah di SMP 1 dan SMA 1 Blitar) telah menyampaikan pernyataan sebagai berikut: “Sembunyikan kebaikanmu seperti engkau menyembunyikan aibmu”.
Tanggapan
Pernyataan seperti itu tidak sepenuhnya benar, wahai saudaraku.
Menampakkan kebaikan itu juga baik, jika niatnya baik.
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَـــٰتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا
الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيــِّئَاتِكُمْ
وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿٢٧١﴾
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik
sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al Baqarah. 271).
Saudaraku,
Ayat yang menyebutkan kebaikan bersedekah secara
terang-terangan dan sembunyi-sembunyi itu tidak hanya ayat 271 dari surat Al
Baqarah saja. Hal ini menunjukkan bahwa pada keduanya tersimpan kebaikan yang
luar biasa.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٢٧٤﴾
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di
siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala
di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah. 274).
وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ
وَأَقَامُواْ الصَّلَاةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَــٰـهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ
السَّيِّئَةَ أُوْلَــــٰـــئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٢﴾
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan
Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(QS. Ar Ra’du. 22)
قُل لِّعِبَادِيَ الَّذِينَ ءَامَنُواْ يُقِيمُواْ الصَّلَاةَ
وَيُنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَـــٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ
وَلَا خِلَالٌ ﴿٣١﴾
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:
"Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang
Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum
datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.
(QS. Ibrahim. 31).
ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا عَبْدًا مّـَمْلُوكًا لَّا يَقْدِرُ
عَلَىٰ شَيْءٍ وَمَن رَّزَقْنَـــٰهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنفِقُ مِنْهُ سِرًّا
وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٧٥﴾
Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya
yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang
Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki
itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala
puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. (QS. An Nahl.
75).
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَـــٰبَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَـــٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَـــٰـرَةً لَّن تَبُورَ ﴿٢٩﴾
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. Faathir. 29).
Saudaraku,
Dengan banyaknya ayat yang menyebutkan kebaikan
bersedekah secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, hal ini menunjukkan
bahwa keduanya tersimpan kebaikan yang luar biasa. Sehingga tidak layak bagi
kita untuk bersu’udzon kepada saudara muslim lainnya yang menampakkan
sedekahnya (serta perbuatan-perbuatan kebajikan yang lainnya).
Karena bagaimanapun
ikhlas dan riya’ adalah perbuatan
hati yang amat halus, dan bukan
hak manusia untuk menilainya. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim berikut ini:
و حَدَّثَنَا أَبُو الطَّاهِرِ
وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَأَحْمَدُ بْنُ عِيسَى قَالَ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا و
قَالَ الْآخَرَانِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ
شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَمَنْ قَالَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ
وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ. (رواه مسلم)
2.22/30. Dan telah menceritakan
kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya serta Ahmad bin Isa, Ahmad
berkata, 'Telah menceritakan kepada kami'. Sedangkan dua orang lainnya berkata,
'Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id
bin al-Musayyab bahwa Abu Hurairah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi
manusia hingga mereka mengucapkan, 'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Allah', maka barangsiapa yang mengucapkan, 'Tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Allah', maka sungguh dia telah menjaga harta dan
jiwanya dari (seranganku) kecuali dengan hak Islam, dan hisabnya diserahkan
kepada Allah." (HR. Muslim).
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas (hadits
no. 30), menunjukkan bahwa kita hanya dibebani untuk
menyikapi seseorang dari lahiriyahnya dan sesuatu yang keluar dari lisannya. Sedangkan
masalah hati itu bukan urusan kita, karena kita tidak mempunyai kemampuan menilai isi hati orang lain.
Saudaraku,
Kembali pada bagian awal tulisan ini, dimana telah
kusampaikan bahwa menampakkan kebaikan itu juga baik, jika
niatnya baik. Bahkan hal ini termasuk salah satu metode dakwah, yaitu dakwah bil
hal (dakwah dengan perbuatan)**).
Dengan menampakkan kebaikan kita untuk memberi contoh dan
tauladan dengan perbuatan nyata (yang semuanya itu kita lakukan dengan niat ikhlash
karena Allah), jika mereka memberikan tanggapan positif, maka Allah justru akan
memberikan bonus tambahan atas aktivitas dakwah kita tersebut dengan bonus yang
berlipat-lipat sampai kelipatan yang sangat banyak. Bahkan Allah akan tetap memberikan bonus tersebut secara terus-menerus meskipun kita telah wafat.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang
siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan
mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
Namun apabila menampakkan kebaikan itu kita lakukan
karena riya’ kepada manusia, maka akan rusaklah amalan kita tersebut sehingga kita tidak
akan memperoleh apapun dari amalan yang telah kita lakukan (tidak
akan membuahkan pahala). Na’udzubillahi mindzalika!
حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ
حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بُرْقَانَ عَنْ يَزِيدَ
بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ. (رواه مسلم)
46.31/4651. Telah menceritakan
kepada kami 'Amru An Naqid; Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam;
Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Burqan dari Yazid bin Al Asham dari
Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi
Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبْطِلُواْ صَدَقَـــٰــتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَـــٰــفِرِينَ ﴿٢٦٤﴾
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia
dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang
itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah. 264).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُدْرِكٍ عَنْ أَبِي
زُرْعَةَ عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ
مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ
الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ.
(رواه مسلم)
2.146/154. Telah menceritakan
kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin al-Mutsanna serta Ibnu
Basysyar mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far
dari Syu'bah dari Ali bin Mudrik dari Abu Zur'ah dari Kharasyah bin al-Hurr
dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Tiga
golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat,
tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan
siksa yang pedih. Abu Dzar berkata lagi, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata, Mereka gagal dan rugi,
siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang yang melakukan isbal
(memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya
(karena riya'), dan orang yang membuat laku barang dagangan dengan sumpah palsu”. (HR.
Muslim).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak
dari ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi
pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ )
yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah
mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut
ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama'
yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar
kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim
yang kharismatik”.
**) Selain dakwah bil
hal,
metode dakwah yang lainnya adalah dakwah bil lisan (yaitu berdakwah
secara
lisan).
Contoh cara dakwah bil lisan antara lain: berkhutbah, ceramah, pidato atau aktifitas
berbicara di depan umum lainnya, berdakwah dengan tulisan melalui surat, whatsapp,
email, facebook, messenger, blog, sms maupun media lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar