بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 06 Oktober 2022

MEMBACA AL QUR’AN VIA APLIKASI HP

 
Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang akhwat*) (teman sekolah di SMP 1 Blitar) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, kalau membaca surat Al Kahfi atau surat-surat yang lain lewat aplikasi hp apa ya sama saja dengan membaca Al Qur’an? ‘Kan hanya beda media? Sekarang aplikasi ‘kan lengkap, tho?”.
 
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 1329) serta Imam Tirmidzi (hadits no. 2910) berikut ini:
 
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ جَمِيعًا عَنْ أَبِي عَوَانَةَ قَالَ ابْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ. (رواه مسلم)
7.225/1329. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin Ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu 'Awanah - Ibnu Ubaid - berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap (dengan terbata-bata), ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala”. (HR. Muslim).
 
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى قَال سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ الْقُرَظِيَّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ. (رواه الترمذى)
2910. Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abu Bakar Al Hanafi menceritakan kepada kami, Adh-Dhahhak bin Utsman menceritakan kepada kami, dari Ayub bin Musa. Dia berkata, aku mendengar Muhammad bin Ka'ab Al Qurazhi berkata, aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur'an) maka ia akan mendapatkan satu kebaikan karenanya dan sepuluh kebaikan yang serupa dengannya (dilipat gandakan sepuluh kali lipat). Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi). 
 
Saudaraku,
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas, diperoleh penjelasan bahwa bagi siapa saja yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat. Dan bagi siapa saja yang membaca Al Qur`an dengan gagap (dengan terbata-bata), ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala. Sedangkan dalam hadits tersebut tidak dijelaskan membacanya lewat media apa.
 
Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di atas, diperoleh penjelasan bahwa bagi siapa saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipat (dilipat gandakan sepuluh kali lipat). Sedangkan dalam hadits tersebut juga tidak dijelaskan membacanya lewat media apa.
 
Bahkan jika kita perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 595, 596 dan 597) serta hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (6251), Imam Muslim (397), Imam Abu Dawud (856), Imam At Tirmidzi (303), Imam An Nasa’i (884), Imam Ibnu Majah (1060), dan Imam Ahmad (9352) berikut ini, yang dimaksud dengan membaca surat Al Faatihah maupun surat-surat yang lainnya dalam Al Qur’an adalah membaca tanpa melalui media apapun.
 
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ سُفْيَانَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه مسلم)
5.28/595. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Amru an-Naqid serta Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Sufyan berkata Abu Bakar telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri dari Mahmud bin ar-Rabi' dari Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits tersebut marfu' kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam: “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Faatihah”. (HR. Muslim).
 
حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ ح و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي مَحْمُودُ بْنُ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْتَرِئْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ. (رواه مسلم)
5.29/596. Telah menceritakan kepada kami Abu ath-Thahir telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Mahmud bin ar-Rabi' dari Ubadah bin ash-Shamit dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur'an”. (HR. Muslim).
 
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ مَحْمُودَ بْنَ الرَّبِيعِ الَّذِي مَجَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ مِنْ بِئْرِهِمْ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ. (رواه مسلم)
5.30/597. Telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin Ali al-Hulwani telah menceritakan kepada kami Ya'kub bin Ibrahim bin Sa'ad telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa Mahmud bin ar-Rabi', -yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyemprotkan air di wajahnya dari sumur mereka- mengabarkan kepadanya bahwa Ubadah bin ash-Shamit mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummu Qur'an”. (HR. Muslim).
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: {إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ. ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَا ئِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ سْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا}. أَخْرَجَهُ السَّبْعَةُ، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ وَلإِبْنِ مَاجَهْ بِإِسْنَادِ مُسْلِمٍ: {حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا}.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap qiblat, lalu bertakbir, bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur’an, kemudian ruku’lah secara thuma’ninah, lalu bangkit sampai lurus berdiri, kemudian sujud sampai thuma’ninah, kemudian bangkit hingga duduk dengan thuma’ninah, kemudian sujud kembali hingga thuma’ninah, kemudian lakukanlah yang demikian itu pada shalatmu seluruhnya”. Dikeluarkan oleh tujuh dan ini lafadz Al Bukhari. Dan riwayat Ibnu Majah dengan sanad Muslim: “Hingga berdiri dengan thuma’ninah”. (Shahih, diriwayatkan oleh Al Bukhari (6251) dalam Al Istidzaan, Muslim (397) dalam Ash Shalaah, Abu Dawud (856) dalam Ash Shalaah, At Tirmidzi (303) dalam Abwaab Ash Shlaah, An Nasa’i (884), Ibnu Majah (1060) dalam Iqaamatush ash Shalaah was Sunnah fiha, Ahmad (9352). At Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih”).
 
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa yang dimaksud dengan membaca surat Al Faatihah sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 595, 596 dan 597) di atas maupun membaca surat-surat yang lainnya dalam Al Qur’an sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (6251), Imam Muslim (397), Imam Abu Dawud (856), Imam At Tirmidzi (303), Imam An Nasa’i (884), Imam Ibnu Majah (1060), dan Imam Ahmad (9352) di atas, adalah membaca tanpa melalui media apapun.
 
HAKIKAT MEMBACA
 
Saudaraku,
Tidaklah disebut membaca kecuali dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir sehingga keluar suara walau hanya terdengar oleh orang yang membacanya saja. Sedangkan orang yang membaca dalam hatinya saja, tidaklah disebut qari' (orang yang membaca).
 
Jadi haruslah ada suara yang keluar agar bisa disebut membaca. Dan itu tidak akan bisa terjadi kecuali dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir. Kecuali orang bisu, ia berudzur untuk melakukan itu. Cukuplah baginya beramal sesuai kemampuannya dan berusaha keras sehingga ia tahu telah sampai pada yang dimaksudnya.
 
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى)
76.19/6744. Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan kepadaku Malik dari Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Biarkanlah apa yang aku tinggalkan untuk kalian, hanyasanya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka gemar bertanya dan menyelisihi nabi mereka. Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian”. (HR. Bukhari).
 
Saudaraku,
Kembali pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 595, 596 dan 597) serta penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (6251), Imam Muslim (397), Imam Abu Dawud (856), Imam At Tirmidzi (303), Imam An Nasa’i (884), Imam Ibnu Majah (1060), dan Imam Ahmad (9352) di atas, bahwa yang diperintahkan dalam shalat adalah membaca. Tidaklah disebut membaca kecuali dengan melafadzkannya. Dan hal seperti ini tidak mungkin bisa dilaksanakan kecuali dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir.
 
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya seseorang hanya bisa dikatakan membaca ayat-ayat Al Qur’an jika ia mengucapkannya. Maka membaca surat Al-Faatihah dalam shalat diharuskan dibaca dengan suara yaitu dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir (sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim pada hadits no. 595, 596 dan 597 di atas), dam tidak cukup dalam hati saja.
 
Hal ini berlaku juga bagi bacaan-bacaan yang merupakan rukun shalat seperti takbiratul ihram. Begitupun bacaan-bacaan sunnah, perlu untuk diucapkan jika kita mengharap pahala sunnah dari bacaan tersebut. Meskipun Allah Maha mengetahui apa yang ada dalam hati, namun dalam ibadah ada panduan khusus yang tidak boleh kita abaikan.
 
KESIMPULAN
 
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang hanya bisa dikatakan membaca ayat-ayat Al Qur’an jika ia mengucapkannya/jika ia melafadzkannya. Dan hal seperti ini tidak mungkin bisa dilaksanakan kecuali dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir. Dan hanya dengan cara seperti inilah seseorang bisa mendapatkan pahala membaca Al Qur’an sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 1329) Imam Tirmidzi (hadits no. 2910) di atas.
 
Saudaraku,
Karena yang dimaksud dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an adalah dengan mengucapkannya/dengan melafadzkannya, sehingga selama kriteria ini dapat dipenuhi, maka orang yang telah melakukannya dihukumi telah membaca Al Qur’an sehingga yang bersangkutan bisa mendapatkan pahala membaca Al Qur’an, tak peduli apakah dia membacanya dengan melihat mushab Al Qur’an, dengan melihat aplikasi hp atau tanpa melihat media apapun (karena sudah hafal). Wallahu ta’ala a'lam.
 
Sedangkan apabila hanya melihat Al Qur'an dan “membacanya” dengan hatinya (tanpa mengucapkannya/tanpa melafadzkannya), maka yang bersangkutan tidak akan memperoleh pahala membaca Al Qur’an. (Wallahu ta’ala a'lam).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 
NB.
*)   Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ ) yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama' yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim yang kharismatik”.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞