بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 01 November 2022

BUKAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM YANG MEMBAWA ISLAM, BENARKAH?

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang sahabat (teman sekolah di SMP 1 Blitar) telah mengirimi cuplikan video ceramah dari seorang ustadz. Berdasarkan cuplikan video tersebut beliau ingin bertanya apakah benar: “Bukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang membawa Islam? (sebagaimana yang telah disampaikan ustadz tadi pada cuplikan video tersebut)”.
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa berdasarkan informasi dari Al Qur’an, nabi-nabi yang terdahulu hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (sebagai nabi terakhir), semuanya beragama Islam. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:
 
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَـــٰـكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿٦٧﴾
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi seorang muslim1) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik”. (QS Ali Imran: 67).
 
1) Muslim ( مُسْلِم ) adalah orang yang beragama Islam, yaitu orang yang tunduk dan patuh mengikuti secara lahir dan batin terhadap ajaran-ajaran (hukum-hukum) agama Islam.
 
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَــــٰــلَمِينَ ﴿١٣١﴾ وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾
(131) Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Ber-Islam-lah!” Ibrahim menjawab: “Aku ber-Islam kepada Tuhan semesta alam”. (132) Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS Al Baqarah. 131 – 132).
 
... مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّــــٰـكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَـــٰـذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا الزَّكَوٰةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللهِ هُوَ مَوْلَـــٰـكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ ﴿٧٨﴾
“... (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (QS. Al Hajj. 78).
 
وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِاللهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ ﴿٨٤﴾
Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim”. (QS. Yunus. 84).
 
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْـمَلَؤُاْ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾ إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـــٰنِ الرَّحِيمِ ﴿٣٠﴾ أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ ﴿٣١﴾
(29) Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (30) Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (31) Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang muslimin2)”. (QS An Naml. 29 – 31).
 
2) Muslimin (orang-orang yang beragama Islam) adalah bentuk jamak dari muslim (orang yang beragama Islam).
 
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللهِ ءَامَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٥٢﴾
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?”. Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia Nabi Isa) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslimin”. (QS Ali Imran. 52)
 
Saudaraku,
Dalam Al Qur’an surat Al Anbiyaa’ ayat 25 berikut ini, diperoleh penjelasan bahwa semua nabi yang diutus Allah mendapat perintah yang sama, yaitu menyampaikan kepada umatnya bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka sembahlah Dia. Hal ini menunjukkan bahwa nabi-nabi yang terdahulu dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad (sebagai nabi terakhir), semuanya beragama Islam.
 
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَـــٰــهَ إِلَّا أَنَاْ فَاعْبُدُونِ ﴿٢٥﴾
Dan Kami3) tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiyaa’. 25)
 
3) Terkadang Allah menggunakan kata ganti “Aku”, sedangkan pada saat yang lain Allah menggunakan kata ganti “Kami”. Pada saat Allah menggunakan kata ganti “Aku”, maka hal itu menunjukkan bahwa pada saat itu hanya Allah sendiri yang terlibat (artinya Allah tidak melibatkan pihak yang lain). Sedangkan pada saat Allah menggunakan kata ganti “Kami”, maka hal itu menunjukkan bahwa pada saat itu ada pihak lain yang terlibat selain Allah sendiri (artinya Allah melibatkan pihak yang lain, selain Allah sendiri). Penjelasan selengkapnya, bisa dibaca pada artikel yang telah kutulis dengan judul: “Pengertian Kata Kami Dalam Al Qur’an” (silakan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-kata-kami-dalam-al-quran.html)
 
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَـــٰـــبَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al Baqarah. 132).
 
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطَ كَانُواْ هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ ءَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَادَةً عِندَهُ مِنَ اللهِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿١٤٠﴾
ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah. 140).
 
وَجَـــٰهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَـــبَــٰكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّـــــٰكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَـــٰـذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللهِ هُوَ مَوْلَــــٰكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ ﴿٧٨﴾
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS. Al Hajj. 78).
 
Saudaraku,
Dalam Al Qur’an surat Ar Ruum ayat 30, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
 
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـــٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar Ruum. 30).
 
Terkait firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
 
... لَا تَبْدِيلَ لِـخَلْقِ اللهِ ... ﴿٣٠﴾
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (QS Ar Ruum. 30), dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir diperoleh keterangan bahwa Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Tidak ada perubahan pada fitrah Allah” (QS Ar Ruum. 30), yakni agama Allah.
 
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Tidak ada perubahan pada fitrah Allah” (QS Ar Ruum. 30), yaitu agama Allah; fitrah orang-orang dahulu artinya agama orang-orang dahulu, agama dan fitrah maksudnya ialah Islam.
 
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ {فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}. (رواه البخارى)
45.289/4402. Telah menceritakan kepada kami 'Abdan Telah mengabarkan kepada kami Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?”. Kemudian beliau membaca firman Allah yang berbunyi: “... tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah”. (QS. Ar Ruum. 30). (HR. Bukhari).
 
Saudaraku,
Begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang kesemuanya menegaskan bahwa para nabi beserta pengikut-pengikut mereka semuanya beragama Islam dan tidak ada seorangpun di antara mereka (para nabi itu) yang mambawa agama selain Islam. Adapun perbedaan di antara para nabi adalah terletak dalam hukum-hukum syariat yang Allah turunkan kepada mereka, seperti dalam tata cara dan ketentuan bersuci, shalat, zakat, puasa dan lainnya. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Maa-idah pada bagian tengah ayat 48:
 
... لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ... ﴿٤٨﴾
“... Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang...”. (QS. Al Maa-idah. 48).
 
Surat Al Maa-idah ayat 48 selengkapnya adalah sebagai berikut:
 
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَـــٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَـــٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَـــٰـكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَــــٰكُم فَاسْتَبِقُوا الْـخَيْرَاتِ إِلَى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al Maa-idah. 48).
 
Saudaraku,
Allah telah siapkan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi-Nya semenjak Nabi Adam AS. hingga hari kiamat nantinya. Maka ikutilah agama/syariat itu semuanya (tanpa terkecuali) dan janganlah kita mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
 
ثُمَّ جَعَلْـنَـــٰـكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨﴾
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Al Jaatsiyah. 18).
 
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَـــٰبَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَـــٰتِ اللهِ فَإِنَّ اللهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٩﴾
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali ‘Imraan. 19).
 
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٨٥﴾
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali ‘Imraan. 85).
 
Sehingga dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: “Bukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang membawa Islam (untuk yang pertama kalinya)”. Karena Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam hanyalah melanjutkan apa yang sudah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya.
 
Saudaraku,
Setiap kali seorang nabi wafat (atau dibunuh kaumnya), ajaran yang dibawanya dari waktu ke waktu selalu mengalami pelunturan, dari yang paling sederhana hingga yang paling berat. Seringkali para nabi dan orang shalih yang awalnya dihormati, kemudian malah dijadikan sesembahan selain Allah SWT.
 
Setiap kali ajaran nabi terdahulu mengalami penyimpangan berat, Allah mengutus nabi berikutnya untuk meluruskannya kembali. Dan begitu Allah telah mengutus nabi berikutnya, maka ajaran yang dibawa nabi sebelumnya yang sudah mengalami penyimpangan berat tersebut, tidak berlaku lagi. Semua kaum yang pernah diturunkan kepada mereka syariat (ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan) sebelumnya yang sudah mengalami penyimpangan berat tersebut, diwajibkan untuk meninggalkannya dan berpindah masuk ke dalam syariat terbaru.
 
Saudaraku,
Berhala-berhala di masa Nabi Nuh, tidak lain asalnya adalah dari patung-patung orang shalih di zamannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aqidah (keyakinan) umat Nabi Nuh sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga akhirnya terjadi penyimpangan berat sampai menyembah patung-patung orang shalih tersebut.
 
قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا ﴿٢١﴾ وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا ﴿٢٢﴾ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ ءَالـِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ﴿٢٣﴾
(21) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, (22) dan melakukan tipu-daya yang amat besar". (23) Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa`, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr". (QS. Nuh. 21 – 23)
 
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan:
 
أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ. (رواه البخارى)
Mereka adalah nama-nama orang-orang soleh di kalangan kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan memberi nama prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya. Namun prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal, dan pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini disembah. (HR. Bukhari).
 
Ketika Isa AS diangkat menjadi Nabi, pada awalnya belum ada orang yang menyatakan beliau sebagai Tuhan, khususnya dikalangan orang-orang yang setia kepada beliau (baca Al Qur’an surat Maryam ayat 30 serta surat Az Zukhruf ayat 59 di bawah ini).
 
Namun dengan seiring berjalannya waktu, aqidah umat Nabi Isa sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga akhirnya terjadi penyimpangan berat sampai menjadikan beliau Tuhan (baca surat An Nisaa’ ayat 171 di bawah ini).
 
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَـــٰنِيَ الْكِتَـــٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ﴿٣٠﴾
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi”. (QS. Maryam. 30)
 
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَـــٰـهُ مَثَلًا لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ ﴿٥٩﴾
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni`mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil”. (QS. Az Zukhruf. 59).
 
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُواْ عَلَى اللهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُواْ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُواْ ثَلَاثَةٌ اِنتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللهُ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللهِ وَكِيلًا ﴿١٧١﴾
”Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu4), dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya5) yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya6). Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (QS. An Nisaa’ ayat 171).
 
4) Maksudnya: Janganlah kamu mengatakan Nabi ’Isa itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.
5) Maksudnya: Membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat ”kun” (jadilah) tanpa bapak, yaitu Nabi ’Isa AS.
6) Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
 
Nah, jika masalah aqidah (keyakinan) yang paling esensial sampai mengalami deviasi yang parah, apatah lagi masalah detail teknis syar’iah, tentunya jauh mengalami penyimpangan luar biasa.
 
Dan karena ajaran Nabi Isa AS telah mengalami penyimpangan berat, maka Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meluruskannya kembali. Dan begitu Allah telah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa AS yang sudah mengalami penyimpangan berat tersebut, sudah tidak berlaku lagi.
 
حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ. (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abdul A'la telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Amru bahwa Abu Yunus telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka”. (HR. Muslim).
 
Saudaraku,
Berbeda dengan ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu yang dengan berjalannya waktu selalu mengalami penyimpangan dari yang paling sederhana hingga yang paling berat sehingga Allah mengutus nabi berikutnya untuk meluruskannya kembali, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah Allah jaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia hingga hari akhir nantinya karena Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dari seluruh nabi.
 
Tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari kiamat, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi (Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir). Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 40:
 
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـــٰــكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al Ahzaab. 40).
 
Saudaraku,
Karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang terakhir, maka sudah tidak ada lagi kitab suci setelah kitab suci Al Qur'an hingga hari kiamat. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab suci itu adalah sebuah kitab yang di dalamnya berisi firman-firman Allah yang diwahyukan hanya kepada para Nabi/Rasul-Nya saja. Artinya tidak ada seorangpun yang bisa menerima wahyu dari-Nya, kecuali para Nabi/Rasul-Nya.
 
Nah, karena sudah tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad hingga hari kiamat nanti (sebagaimana penjelasan Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 40 di atas), maka hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan ke muka bumi ini hingga akhir zaman.
 
Berbeda dengan kitab suci – kitab suci terdahulu, Al Qur'an sebagai kitab suci terakhir, Allah yang berjanji untuk memeliharanya sehingga tetap terjaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia hingga hari akhir nantinya.
 
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَـــٰــفِظُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya7).” (QS. Al Hijr. 9).
 
7) Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur’an untuk selama-lamanya.
 
Lebih dari itu, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang terakhir, maka sudah tidak ada lagi nabi berikutnya yang diutus Allah untuk meluruskan/merevisi Al Qur’an karena Al Qur’an memang sudah dijaga oleh Allah sehingga mustahil akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sebagaimana kitab suci – kitab suci terdahulu. Penjelasan selengkapnya, bisa dibaca pada artikel yang telah kutulis dengan judul: “Benarkah Al Qur’an Itu Perlu Direvisi?” (silakan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.co.id/2015/06/benarkah-al-quran-itu-perlu-direvisi.html )
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞