بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 01 Februari 2023

MENGISI MASA PENSIUN

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang akhwat1) (PNS golongan IV di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur) telah menyampaikan pertanyaan sebagai berikut:
 
Pak Imron saya pensiun dapat 2 bulan. Kalau pensiun nanti, saya (ingin) fokus ke ibadah karena sudah nggak ada kewajiban ngantor lagi, sebelum atau sesudah pensiun rasanya sama. Hanya dari segi pendapatan banyak berkurang namun kebutuhan juga banyak berkurang, apalagi kebiasaan hidup seadanya. Anak saya satu, Pak. Sudah lulus 2 tahun yang lalu dan sudah bekerja.
 
Dari segi keuangan alhamdulillah saya merasa cukup, namun kalau saya hanya fokus pada ibadah saja (sholat, ngaji, puasa, dll. dan semoga ibadah ini diterima Allah), kok rasanya kurang mempunyai harapan/gairah dalam hidup, ya? Lalu saya coba ikutan di reksadana dan reksa emas dengan sedikit modal yang saya punyai. Hal itu membuat saya ada hiburan Pak, tapi dengan begitu agak tersita waktu untuk beribadah. Mohon pencerahan dari bapak.
 
TANGGAPAN
 
Saudaraku,
Sebelum membahas kasus yang panjenengan hadapi tersebut, marilah kita perhatikan kisah berikut ini terlebih dahulu (ini hanya kisah fiktif dariku, namun saya berharap kita bisa mengambil pelajaran dari kisah fiktif berikut ini).
 
Pada suatu hari Bang Fulan bersama temannya berencana hendak bepergian jauh ke suatu tempat. Mereka sepakat untuk naik mobil travel dan rencananya akan dijemput di rumah masing-masing pada sore harinya.
 
Pagi hari sebelum keberangkatan, Bang Fulan ke kamar mandi untuk mandi pagi seperti biasanya. Saat memasuki kamar mandi, terlihat olehnya betapa kotornya kamar mandi tersebut. Akhirnya dia bersihkan kamar mandi tersebut sebelum dia mandi.
 
Selesai mandi, dia masuk ke dapur. Dia dapati begitu banyak piring, gelas dll dalam keadaan kotor setelah tadi digunakan untuk makan bersama sekeluarga. Maka bergegaslah dia menyucinya dan menatanya kembali di rak dengan rapi.
 
Setelah urusan dapur selesai, dia masuk ke ruang tamu. Nampaknya dia lihat kain gorden ruang tamu yang sudah kotor. Maka diapun segera melepasnya untuk kemudian menyucinya sampai bersih. Selesai menyuci kain gorden, dia balik lagi ke ruang tamu karena buku-buku yang berserakan di atas meja ruang tamu sudah menunggu untuk dikembalikan ke dalam rak buku kembali.
 
Setelah urusan di ruang tamu selesai, dia segera menuju ke halaman rumah untuk beristirahat sejenak sambil menikmati udara segar di luar. Namun begitu tiba di halaman rumah, dia dapati cukup banyak tanaman di taman halaman rumah yang sudah mulai layu karena beberapa hari belum disirami air. Maka diapun segera mengambil air dan menyirami semua tanaman dengan baik.
 
Setelah urusan di halaman rumah selesai, diapun hendak masuk ke dalam rumah kembali. Namun saat hendak masuk rumah, dia lihat genteng rumah banyak yang posisinya berantakan, mungkin ini akibat beberapa kucing telah bertengkar di atas genteng semalam. Maka diapun bergegas naik ke atas genteng untuk membetulkannya karena jika tidak segera dibetulkan, dikhawatirkan rumah akan bocor saat turun hujan.
 
Demikian seterusnya, nampaknya Bang Fulan terus menyibukkan diri membereskan rumah hingga tanpa terasa waktu terus berlalu dan tiba-tiba mobil travel telah datang menjemputnya. Maka diapun kelabakan hingga akhirnya harus berangkat dengan membawa bekal seadanya.
 
-----
 
Saudaraku,
Jika kita perhatikan kisah di atas, nampaklah betapa merananya Bang Fulan yang tiba-tiba harus berangkat bepergian jauh, namun hanya membawa bekal seadanya. Seandainya sejak awal dia lebih fokus pada persiapan bekal yang hendak dibawa (bukannya malah sibuk dengan hal-hal yang akan ditinggalkan), tentunya dia akan bisa menikmati perjalanan tersebut dengan tenang karena dia pergi dengan membawa bekal yang cukup.
 
Satu pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah bahwa orang yang hendak bepergian jauh itu semestinya lebih fokus pada persiapan bekal yang hendak dibawa, bukannya malah sibuk dengan hal-hal yang akan ditinggalkan. Sedangkan terhadap hal-hal yang akan ditinggalkan, semestinya cukup diurusi seperlunya saja.
 
Saudaraku,
Kisah di atas, seolah telah mengingatkan kita akan perjalanan hidup kita di dunia ini hingga ke alam akhirat nantinya.
 
Seperti kisah di atas, sesungguhnya kita semua juga hendak menempuh suatu perjalanan nan amat panjang, yang bahkan perjalanan tersebut harus kita lalui sendirian. Yah, sesungguhnya kita semua akan menempuh suatu perjalanan nan amat panjang menuju masa depan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan abadi di negeri akhirat.
 
Sama seperti kisah di atas, bagi orang yang cerdas, ketika hendak menempuh suatu perjalanan nan amat panjang, maka sudah semestinya lebih fokus pada persiapan bekal yang hendak dibawa kelak, bukannya malah sibuk dengan urusan duniawi semata yang justru akan ditinggalkan. Sedangkan terhadap hal-hal yang akan ditinggalkan, cukuplah untuk diurusi seperlunya saja.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ. (رواه ابن ماجه)
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
 
Terlebih lagi, dalam perjalanan nan amat panjang tersebut, ternyata harus kita lalui sendirian. Karena jika masa itu telah tiba (yaitu masa ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya/ketika kita tutup usia), maka kita akan berjalan seorang diri, sehingga segala sesuatunya harus kita urusi sendiri.
 
وَكُلُّهُمْ ءَاتِيهِ يَوْمَ الْقِيَـــٰمَةِ فَرْدًا ﴿٩٥﴾
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS. Maryam. 95).
 
Dan dalam perjalanan yang teramat panjang itu, disamping harus kita lalui sendirian, pada saat itu ternyata juga tidak ada seorangpun yang peduli dengan urusan kita, sekalipun itu adalah orang tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita, dll. Karena masing-masing sudah teramat sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

 

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَـــٰحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ﴿٣٧﴾
(34) pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, (35) dari ibu dan bapaknya, (36) dari isteri dan anak-anaknya. (37) Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (QS. ‘Abasa. 34 – 37).
 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٣٣﴾
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (QS. Luqman. 33).
 
Saudaraku,
Di sisi lain, waktu yang tersedia bagi kita untuk mempersiapkan bekal tersebut ternyata sangatlah singkat.
 
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ﴿١١٢﴾ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْئَلِ الْعَادِّينَ ﴿١١٣﴾ قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
(112) Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" (113) Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui2)". (QS. Al Mu’minuun. 112 – 114).
 
Sedangkan dari waktu yang sangat sedikit tersebut, saat kita sudah mulai memasuki usia pensiun, hal itu berarti bahwa waktu yang tersisa bagi kita untuk mengumpulkan bekal menjadi semakin sedikit lagi. Bisa saja tinggal 2 hari saja, 3 bulan saja, 1 tahun saja, 5 tahun saja, dst.
 
Yang pasti jika usia kita saat ini sudah mencapai 60-an (bagi yang memasuki usia pensiun), maka sangat kecil kemungkinan usia kita yang tersisa akan melebihi 10 tahun. Dengan kata lain, hampir pasti (kemungkinan besar) sisa usia kita adalah kurang dari 10 tahun saja. Karena menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pemimpin kita yang teramat kita cintai), usia umatnya hanya pada kisaran 60 ~ 70 tahun saja dan sangat sedikit yang melebihi usia tersebut.
 
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الْجَوْهَرِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَبِيعَةَ عَنْ كَامِلٍ أَبِي الْعَلَاءِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمْرُ أُمَّتِي مِنْ سِتِّينَ سَنَةً إِلَى سَبْعِينَ سَنَةً. (رواه الترمذى)
2331. Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari menceritakan kepada kami, Muhammad bin Rabi'ah menceritakan kepada kami, dari Kamil Abu Al Ala', dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun”. (HR. At-Tirmidzi).
 
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin 'Arafah] telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Muhammad Al Muharibi] dari [Muhammad bin 'Amru] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Usia ummatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali mereka yang melebihi (usia) tersebut”. (HR. Ibnu Majah, no. 4226).

Saudaraku,
Di sisi lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengingatkan kita bahwa manusia itu pasti akan bertambah tua, namun hatinya akan tetap muda dalam dua perkara, yaitu cinta kepada harta dan cinta kepada usia. Artinya meski seseorang itu sudah tua, namun kecintaannya kepada harta tetap tidak berubah dan dia juga tetap menyangka (berangan-angan) bahwa sisa usianya masih panjang (berusia panjang).
 
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَى حُبِّ اثْنَتَيْنِ طُولِ الْحَيَاةِ وَكَثْرَةِ الْمَالِ. (رواه الترمذى)
2338. Qutaibah menceritakan kepada kami, dari Al-Laits, dari Ibnu Ajlan, dari Al Qa'qa' bin Hakim, dari Abu Shalih. dari Abu Hurairah. Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hati orang yang sudah tua itu seperti hati orang yang masih muda dalam mencintai dua perkara: panjang usia dan banyak harta”. (HR. At-Tirmidzi).
 
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَيَشِبُّ مِنْهُ اثْنَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ. (رواه الترمذى)
2455. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Awanah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Anas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Manusia itu akan tua (lemah), namun akan muda (kuat) terhadap dua hal: cinta kepada harta dan cinta kepada usia (ketamakan terhadap harta dan ketamakan terhadap usia)”. (HR. At-Tirmidzi).
 
Saudaraku,
Tentunya kedua hal ini (yaitu ketamakan terhadap harta dan ketamakan terhadap usia) bisa membuat orang menjadi terlena. Karena jika tidak berhati-hati, seseorang akan terus menyibukkan diri dengan urusan-urusan duniawi semata tanpa pernah menyadari bahwa batas usianya tinggal sejengkal saja.
 
Dan tahu-tahu, malaikat maut sudah datang menjemputnya. Maka diapun akan kelabakan hingga akhirnya harus berangkat menghadap Tuhannya (menghadap Allah) dengan membawa bekal seadanya. Sehingga hanya penyesalan saja yang akan menjadi teman setianya. Na’udzubillahi min dzalika (kami berlindung kepada Allah dari yang demikian).
 
أَلْهَـــــٰـكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴿٨﴾
(1) Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (2) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (3) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (4) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (5) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (6) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (7) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, (8) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At Takaatsur. 1 – 8).
 
اِعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَـــٰــدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىـٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـــٰـمًا وَفِي الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid. 20).
 
Saudaraku,
Berdasarkan uraian di atas – disaat sisa usia kita yang tinggal sedikit sekali ini – maka mulai sekarang (dan jangan ditunda-tunda lagi) bekerja-keraslah untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan kita yang sebenarnya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk bersegera (dan jangan ditunda-tunda lagi) dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
اَلتُّؤَدَةُ فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).
 
Sekali lagi kusampaikan, bahwa disaat sisa usia kita yang tinggal sedikit sekali ini, maka mulai sekarang (dan jangan ditunda-tunda lagi) bekerja-keraslah mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Seolah tidak ada waktu untuk tidak mengingat-Nya (dzikrullah). Seolah tidak ada waktu untuk bersantai, apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya. Karena maut itu bisa datang menjemput kita (tanpa pemberitahuan terlebih dahulu), kapan saja, di mana saja!
 
Pada saat yang sama, tak perlu silau oleh gemerlapnya kehidupan dunia ini. Karena masa depan kita yang sesungguhnya bukanlah di sini, di alam dunia ini. Tetapi nanti, di alam akhirat, dimana kita akan tinggal untuk selamanya di sana! Oleh karena itu, terhadap semua perkara yang hanya bersifat keduniawian semata (yang pasti akan kita tinggalkan), urusilah seperlunya saja.
 
Saudaraku mengatakan, bahwa jika hanya fokus pada ibadah saja (sholat, ngaji, puasa, dll. dan semoga ibadah ini diterima Allah), kok rasanya kurang mempunyai harapan/gairah dalam hidup, ya?
 
Saudaraku,
Ibadah itu tidak hanya sholat, ngaji, puasa, dll saja. Semua perkara yang kita lakukan semata-mata karena Allah dan sesuai dengan tuntunan-Nya dan Rasul-Nya adalah ibadah.
 
Disamping itu, jika benar bahwa kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah teramat tinggi hingga melebihi cinta kita kepada yang lain, maka kita akan mendapatkan manisnya iman, kita akan dapat merasakan lezatnya iman.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

 

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
 
Sekali lagi, jika benar bahwa kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah teramat tinggi hingga melebihi cinta kita kepada yang lain, maka kita akan mendapatkan manisnya iman, kita akan dapat merasakan lezatnya iman. Dan hal itu jelas akan membuat kita sangat sibuk dengan ibadah kita, dan akan membuat hidup kita semakin bergairah karena ada harapan besar yang kita tumpukan kepada Allah (satu-satunya pihak yang bisa memenuhi segala harapan kita), yaitu kebahagiaan hakiki di negeri akhirat.
 
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah. 186).
 
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الحِسَابِ ﴿٢١﴾ وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلَاةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَــــٰــئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٢﴾ جَنَّــــٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّــــٰـتِهِمْ وَالْـمَلَـــٰـــئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ ﴿٢٣﴾ سَلَــــٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٤﴾
(21) “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan3), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (22) “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”, (23) “(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu”; (24) “(sambil mengucapkan): Salamun `alaikum bima shabartum4). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. (QS. Ar Ra’d. 21 – 24).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 
NB.
1)  Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ ) yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama' yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim yang kharismatik”.
 
2)  Maksudnya ialah: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Sebab itu, mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞