Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Pada saat ini dengan mudah bisa kita saksikan betapa banyak orang besar yang aman-aman
saja berbuat aniaya terhadap orang kecil. Pada
saat ini juga dengan mudah bisa kita saksikan betapa banyak orang kuat bebas melenggang dari
jeratan hukuman, sementara hal sebaliknya terjadi kepada mereka orang-orang
lemah. Seolah keadilan itu hanya milik mereka yang kuat dan mereka yang
berduit. Sementara tidak bagi mereka yang lemah.
Saudaraku,
Sementara itu pada sumber berita yang sama, bisa kita
baca pula betapa mereka para koruptor yang telah menggarong uang rakyat hingga puluhan
milyar malah ada yang tidak tersentuh hukum, sedangkan sebagian yang lainnya
hanya dijatuhi hukuman satu atau beberapa tahun saja.
Dan fakta-fakta ketidak-adilan
seperti ini rupanya telah terjadi dalam banyak aspek kehidupan kita dan hal ini
bisa dengan mudah kita saksikan, baik melalui youtube maupun sumber-sumber
berita lainnya yang banyak bertebaran di internet, televisi, koran maupun media
lainnya.
Padahal 14 abad yang lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan
bahwa disaat hukum diberlakukan secara tidak adil (hanya berpihak kepada yang
kuat dan cenderung mendholimi yang lemah) maka kehancuran pasti akan terjadi.
Saudaraku,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa orang-orang terdahulu menjadi binasa karena hukum tidak
ditegakkan bagi kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) sedangkan
hal sebaliknya, hukum ditegakkan bagi mereka yang lemah.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ
الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا
أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ
إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ
الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ
الْحَدَّ وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ
لَقَطَعْتُ يَدَهَا. (رواه البخارى)
42.138/3216. Telah bercerita
kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Laits dari Ibnu
Syihab dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu 'anhu bahwa orang-orang Quraisy
sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang wanita
suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata; Siapa yang mau merundingkan
masalah ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?. Sebagian mereka
berkata; Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang
kesayangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Usamah pun menyampaikan
masalah tersebut lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apakah
kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?. Kemudian beliau
berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda: “Orang-orang sebelum kalian
menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat,
penguasa, elit masyarakat) mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada
orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri
mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti
Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya”. (HR. Bukhari).
Saudaraku,
Itulah
pengadilan di dunia yang dalam banyak kasus
merupakan sebuah pengadilan yang semu belaka, bahkan palsu.
Pengadilan yang menjadi alat untuk sekadar menghukum rakyat kecil. Pengadilan
yang para penegak hukumnya banyak yang bermental buruk, tidak memiliki
rasa takut kepada Allah SWT., mudah
dibeli, gampang tergoda oleh rayuan uang,
harta, wanita, jabatan/kekuasaan
dan kenikmatan dunia lainnya.
Saudaraku,
Hal seperti ini juga telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sekitar 14 abad yang lalu, dimana Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menyampaikan bahwa hakim itu ada tiga: dua di neraka dan satu di surga.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنِي
الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ سَعْدِ بْنِ
عُبَيْدَةَ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ قَاضِيَانِ فِي النَّارِ
وَقَاضٍ فِي الْجَنَّةِ رَجُلٌ قَضَى بِغَيْرِ الْحَقِّ فَعَلِمَ ذَاكَ فَذَاكَ
فِي النَّارِ وَقَاضٍ لَا يَعْلَمُ فَأَهْلَكَ حُقُوقَ النَّاسِ فَهُوَ فِي النَّارِ
وَقَاضٍ قَضَى بِالْحَقِّ فَذَلِكَ فِي الْجَنَّةِ. (رواه الترمذى)
1322. Muhammad bin Ismail
menceriukan kepada kami, Hasan bin Bisyr menceritakan kepada kami, Syarik
menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Sa'ad bin Ubaidah. dari Ibnu
Buraidah, dari bapaknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Qadhi (hakim) ada
tiga: dua di neraka dan satu di surga. Seorang hakim yang memutuskan hukum
tidak berdasarkan kebenaran padahal ia mengetahuinya, maka di neraka. Seorang
hakim yang memutuskan hukum tanpa ilmu sehingga hilanglah hak-hak manusia, maka
ia di neraka. Dan seorang hakim yang memutuskan berdasarkan kebenaran, maka ia
di surga”. (HR. At-Tirmidzi).
Saudaraku,
Dengan serangkaian langkah
yang telah mereka tempuh, seolah mereka lupa bahwa di atas kita semua masih ada
Allah SWT. yang senantiasa mengawasi setiap gerak langkah kita. Sedangkan
yang dimaksud dengan mereka di sini adalah: para penguasa yang dholim, para koruptor,
para hakim yang gampang tergoda oleh rayuan
uang, harta, wanita, jabatan dan kenikmatan dunia lainnya, dst.
Saudaraku,
Dengan wewenang yang dimiliki, mereka dengan mudah bisa mempermainkan hukum di dunia. Dengan kekuasaan atau uang yang
dimiliki, seringkali mereka bisa lepas dari
pengadilan manusia di dunia.
Namun
yakinlah, bahwa mereka
tak akan pernah bisa melepaskan diri dari pengadilan Allah di alam akhirat nantinya.
يَوْمَ هُم بَـــٰرِزُونَ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ
لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ﴿١٦﴾ الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا
ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٧﴾
(16) (yaitu) hari (ketika) mereka
keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi
Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?"
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (17) Pada hari ini
tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang
dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (QS. Ghafir.
16 – 17).
Saudaraku,
Di dunia
boleh saja mereka mempermainkan hukum/bisa lepas dari jeratan hukum. Namun di alam akhirat nanti, mustahil
mereka bisa lari dari hukuman dan azab Allah SWT.
Karena di
Pengadilan Akhirat nanti Allah
sebagai Hakimnya, sehingga tidak
akan ada sogok-menyogok, beking-membekingi atau kongkalingkong. Semuanya tunduk
dan bertekuk lutut di hadapan kekuasaan dan keperkasaan-Nya.
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾
Yang menguasai hari pembalasan.
(QS. Al Faatihah. 4).
Saudaraku,
Di
Pengadilan Akhirat semua ucapan dan perbuatan ditimbang seadil-adilnya. Tak ada
yang terlewatkan kendati hanya sebesar dzarrah*).
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ
أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَــٰــلَهُمْ ﴿٦﴾ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
(6) Pada hari itu manusia ke luar
dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada
mereka (balasan) pekerjaan mereka. (7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. (8) Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula. (QS. Al Zalzalah. 6 – 8).
Saudaraku,
Di
pengadilan akhirat, tak
satupun yang bisa
menolong. Seluruh harta kekayaan, anak,
jabatan dan apa saja yang dibanggakan di dunia ini tidak akan berguna sama
sekali. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih.
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا
بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾
(88) (yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy Syu’araa’. 88 – 89).
Dan siapapun
tidak akan bisa lolos dari Pengadilan Allah. Mereka tidak akan bisa berbohong dan berkelit, sebab mulut-mulut mereka terkunci, sementara anggota
tubuh mereka menjadi saksi.
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا
أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿٦٥﴾
Pada hari ini Kami tutup mulut
mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki
mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaa Siin. 65).
Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
SWT. juga telah berjanji untuk menegakkan timbangan di Pengadilan Akhirat nanti
dengan sangat akurat, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al
Anbiyaa’ ayat 47 berikut ini:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَـــٰـمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَىٰ بِنَا حَــٰـسِبِينَ ﴿٤٧﴾
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu)
hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah
Kami sebagai Pembuat perhitungan. (QS. Al Anbiyaa’. 47).
Sedangkan janji Allah adalah pasti,
karena Allah
adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:
... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"...
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).
Maka bagi siapa saja yang pada saat ini merasa terdholimi
sedangkan yang bersangkutan tidak bisa berbuat apa-apa karena berada di pihak
yang lemah, tak perlu berkecil hati dan jangan bersedih. Karena masih ada
Pengadilan Allah di alam akhirat yang hakimnya langsung Allah sendiri sehingga
keadilan benar-benar bisa ditegakkan secara mutlak.
Janganlah berduka cita wahai saudaraku, karena sesungguhnya
Allah beserta kita.
...
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا ... ﴿٤٠﴾
“... Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita. ...”. (QS. At Taubah. 40).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Menurut Prof. Dr. KH. M. Roem Rowi, MA. (salah satu guru ngajiku/ahli
tafsir Al Qur’an; S1 Universitas Islam Madinah, S2 – S3 Universitas
Al-Azhar) yang beliau sampaikan saat menyampaikan kajian rutin di Masjid Al Falah Surabaya, dzarrah adalah istilah dalam Bahasa Arab yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar