Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat
(teman alumni SMA 1 Blitar) telah menyampaikan
pertanyaan terkait artikel “Menyikapi
Teman Yang Berselingkuh (I)”
dengan pertanyaan sebagai berikut: “Misal jika dahulu senang dengan seseorang atas kehendak
Allah ternyata nikah dengan yang lainnya namun kadangkala masih teringat. Yang
seperti itu apa ya termasuk selingkuh (hati), Mas Imron?”.
Saudaraku,
Sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba itu (tidak
disengaja) tidaklah mengapa. Maksudnya jika kadangkala teringat kepadanya
sehingga tiba-tiba muncul lagi getaran di hati, tentunya tiada dosa bagi
panjenengan. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
(hadits no. 1837) berikut ini:
حَدَّثَنَا
إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى الْفَزَارِيُّ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِي رَبِيعَةَ
الْإِيَادِيِّ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ
النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ. (رواه ابو داود)
Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Musa Al
Fazari], telah mengabarkan kepada kami [Syarik] dari [Abu Rabi'ah Al Iyadi]
dari [Ibnu Buraidah] dari [ayahnya], ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda kepada Ali: “Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan
pertama dengan pandangan yang lain (berikutnya). Sesungguhnya bagimu pandangan
yang pertama, tidak pandangan yang lainnya (berikutnya)”. (HR. Abu Dawud no.
1837).
Saudaraku,
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud di atas
diperoleh penjelasan bahwa pandangan yang pertama itu (yaitu pandangan yang
tidak disengaja) diperbolehkan (artinya tiada dosa bagi pandangan pertama),
namun tidak pada pandangan berikutnya.
Jadi ketika secara tidak sengaja panjenengan memandang
seorang wanita (sekalipun terlihat aurat wanita tadi)
kemudian tiba-tiba ada rasa kepada wanita tadi, maka tiada dosa bagi
panjenengan.
Dan apabila terjadi hal seperti ini, maka yang harus
panjenengan lakukan adalah segera memalingkan pandangan panjenengan ke arah
lainnya. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
(hadits no. 1836) berikut ini:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ
عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ جَرِيرٍ قَالَ سَأَلْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرَةِ الْفَجْأَةِ فَقَالَ
اصْرِفْ بَصَرَكَ. (رواه ابو داود)
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir],
telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [Yunus bin
'Ubaid] dari ['Amr bin Sa'id] dari [Abu Zur'ah] dari [Jarir], ia berkata; aku
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai pandangan
tiba-tiba. Kemudian
beliau berkata: “Palingkan
pandanganmu”.
(HR. Abu Dawud no. 1836).
Saudaraku,
In sya Allah demikian pula dengan yang terjadi pada
ingatan maupun hati panjenengan. Maksudnya jika tiba-tiba panjenengan teringat
kepadanya sehingga tiba-tiba muncul lagi getaran di hati, tentunya tiada dosa
bagi panjenengan.
Dan apabila terjadi hal seperti ini, yang harus
panjenengan lakukan adalah segera memalingkan ingatan panjenengan ke arah
lainnya. Karena jika dilanjutkan untuk terus mengingatinya, maka panjenengan
bisa terbuai dengan khayalan/angan-angan sehingga bisa mendorong panjenengan
kepada langkah yang lebih jauh lagi. Na’udzubillahi min dzalika.
حَدَّثَنَا
إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا أَبُو هِشَامٍ الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا
وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ...
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ
وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ
وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى
وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ. (رواه مسلم)
47.22/4802. Telah
menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur] telah mengabarkan kepada kami [Abu
Hisyam Al Makhzumi] telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] telah menceritakan
kepada kami [Suhail bin Abu Shalih] dari [bapaknya] dari [Abu Hurairah] dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “... Zina kedua mata
adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lidah adalah
berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina kedua kaki adalah
melangkah, dan zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan
semua itu akan ditindak lanjuti atau ditolak oleh kemaluan”. (HR.
Muslim).
Terlebih lagi jika kita melihat penjelasan Al Qur’an
dalam surat Al Hijr ayat 39, dimana
didalamnya diperoleh penjelasan bahwa Iblis telah berjanji akan menyesatkan
kita semua dengan menghiasi perbuatan maksiat di muka bumi sehingga terlihat
indah dalam pandangan kita.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّـــنَنَّ لَهُمْ
فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya”, (QS. Al Hijr. 39).
Saudaraku,
Meskipun Iblis telah berjanji akan menyesatkan kita semua
dengan menghiasi perbuatan maksiat sehingga terlihat indah dalam pandangan
kita, namun ternyata Iblis tidak akan pernah dapat menyesatkan orang yang
mukhlis (mukhlis artinya orang yang ikhlas), yaitu orang yang diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah
(catatan kaki no. 799, Al Qur'an Terjemahan versi Departemen Agama RI).
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
“kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.
(QS. Al Hijr. 40).
Maka mulai sekarang dan jangan
ditunda-tunda lagi (baca
HR. Abu Dawud no. 4176 dan
Al Hakim no. 213) beregeralah memohon pertolongan kepada Allah agar dimudahkan untuk
menjadi orang yang mukhlis.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلتُّؤَدَةُ
فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam
amalan
yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud no. 4176 dan Al Hakim no. 213).
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
﴿٨﴾
Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (Ali ‘Imran. 8)
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
“... Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim. 8)
...
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَـــٰسِرِينَ
﴿٢٣﴾
“... Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-A’raaf. 23)
... رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
﴿٢٠١﴾
“... Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah.
201). Amin, ya rabbal ‘alamin.
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-2 dari 2
tulisan}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar