Saudaraku…,
Sesungguhnya menyebarkan Al Qur’an itu sama saja dengan menyebarkan Islam, karena pokok-pokok ajaran Islam ada di dalamnya. Jika hal ini kita sampaikan kepada non-muslim, maka kita harus sangat berhati-hati. Karena sekalipun niat kita adalah baik, jika tidak berhati-hati, kita bisa saja terjebak dalam jeratan syaitan. Karena sesungguhnya syaitan akan selalu berupaya mendatangi kita dari segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita. Dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 16-17, diperoleh keterangan bahwa: “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.
Saudaraku…,
Pada tahap awal sebaiknya kita sampaikan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya. “(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).
Karena Islam adalah agama yang sempurna (dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya), maka kita dapat dengan mudah menjelaskan semua problematika kehidupan ini dengan menunjukkan rujukannya dalam kitab suci Al Qur’an serta Al Hadits. Sedangkan penggunaan logika hanyalah sebagai penjelasan tambahan saja, bukan rujukan utama. Karena pada dasarnya pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas. “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Dengan kata lain, jika seseorang lebih sering menggunakan logikanya sendiri untuk menjelaskan semua problematika kehidupan ini tanpa bisa menunjukkan rujukannya dalam kitab suci dari agama yang dianutnya (karena begitu banyak problematika kehidupan yang tidak diatur / tidak ada tuntunan / tidak ada penjelasan di dalam kitab sucinya), maka sesungguhnya hal ini benar-benar merupakan penjelasan yang sangat lemah, karena pada dasarnya pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas. “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Saudaraku…,
Sebaiknya kita juga sampaikan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang sangat toleran terhadap agama lain. “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun: 6). Tidak ada paksaan untuk memasuki / memeluk agama Islam, karena sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS. Al Baqarah: 256). Dari sini, nampaklah bahwa Islam bukanlah agama yang provokatif, yang secara membabi buta melakukan intervensi kepada pemeluk agama lain dengan berbagai cara agar mereka mau berpindah keyakinan ke dalam agama Islam.
Saudaraku…,
Kita juga mesti berhati-hati, jangan sampai kita menyinggung perasaan mereka, apalagi sampai melakukan penghinaan terhadap sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. Karena hal ini dapat berdampak buruk. Disamping dapat membuat mereka tidak bersimpati kepada agama Islam, hal ini juga dapat memicu mereka untuk menyerang Islam, bahkan mereka dapat memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al An’aam: 108).
Saudaraku…,
Satu hal yang harus kita ingat, bahwa ternyata mereka juga memandang baik / memandang indah terhadap perbuatan-perbuatan mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan)”. (QS. An Naml. 4). “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (QS. Al An’aam: 108). Jadi, akan lebih baik jika kita berupaya untuk menghindari kata-kata yang secara vulgar menjelek-jelekkan perbuatan / peribadatan mereka.
Saudaraku…,
Dengan menyampaikan ayat-ayat yang menggambarkan bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, juga agama yang sangat toleran / menghormati agama lain*, diharapkan mereka dapat tertarik untuk mempelajari Al Qur’an (mempelajari Islam) lebih jauh lagi / lebih mendalam lagi. {* Sikap toleran bukan berarti kita boleh menyokong / ikut dalam peribadatan mereka}.
Saudaraku…,
Ada satu lagi yang ingin aku sampaikan. Dalam upaya menyebarkan Al Qur’an kepada non-muslim, kita tidak harus mentargetkan bahwa kita harus sukses membawa mereka untuk tertarik mempelajari Al Qur’an lebih mendalam hingga akhirnya dapat memeluk agama Islam. Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat Allah? “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).
Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162: “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162). Jadi, sebaiknya apapun yang kita lakukan, termasuk dalam upaya menyebarkan Al Qur’an kepada non-muslim, kita harus niatkan semuanya ini hanya karena Allah semata.
Saudaraku…,
Jika kita sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142: Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”.
Saudaraku…,
Sementara hanya itu yang dapat aku sampaikan. Mohon maaf, jika apa yang aku sampaikan tersebut masih sangat jauh dari kesempurnaan. Sekali lagi, aku mohon maaf atas segala keterbatasanku.
Semoga bermanfaat.