Seorang sahabat (teman alumni SMAN 1 Blitar) telah memberi masukan terhadap artikel yang berjudul INDAHNYA NIKMAT IMAN (I)* dengan masukan sebagai berikut: ”Kalau berdiskusi dengan orang yang mau membuka nalarnya, sebaiknya dilakukan sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Untuk orang yang pernah kuliah, teknik lagi, pasti pendekatan ilmiah akan sangat membantu logika dalam mencari Tuhan. Kalau sudah menerima secara ilmiah tapi tidak mau percaya, itu lain soal”.
-----
Saudaraku…,
Terimakasih atas masukannya. Memang, kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya, dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imran ayat 20, yang artinya adalah sebagai berikut: “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).
Karena kami adalah orang teknik yang cenderung mengedepankan logika, tentunya masukan dari saudaraku tersebut sudah sangat tepat. Dan jika hal ini sudah kita lakukan, sementara secara logika Bung Fulan** juga sudah bisa menerima, tentunya tugas kita sudah cukup sampai di sini. Sedangkan masalah hati, itu adalah urusan Allah. Kita tidak akan mampu untuk menjangkau sejauh itu.
Saudaraku...,
Masalah hidayah (petunjuk ke jalan yang lurus) adalah urusan Allah semata. Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142: ”Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” (QS. Al Baqarah: 142). Sedangkan dalam surat Al A’raaf ayat 100, Allah telah berfirman (yang artinya) sebagai berikut: “dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?” (QS. Al A’raaf. 100).
Setidaknya dari pengalaman tersebut, kita dapat memetik banyak pelajaran. (Semoga Allah senantiasa membuka mata hati kita untuk tetap dapat menerima kebenaran yang datang dari-Nya. Amin!).
Dan semoga hal ini dapat memotivasi kita untuk tetap dan terus menyalakan cahaya Islam, dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Dalam kondisi apapun, kita harus tetap berupaya untuk mendakwahkannya (dan membelanya jika mendapat serangan dari pihak lain), karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an (yang artinya) sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad: 7).
Tentunya dalam berdakwah (khususnya jika ditujukan kepada pemeluk agama lain), kita harus tetap menghormati dan menghargai mereka (baca kembali artikel yang berjudul: TOLERANSI BERAGAMA (I) dan TOLERANSI BERAGAMA (II) atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/11/toleransi-beragama-i.html dan di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/11/toleransi-beragama-ii_07.html).
”Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl: 102).
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah: 40).
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (QS. Ibrahim: 27).
NB.
*) Jika berkenan membacanya kembali, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2011/02/indahnya-nikmat-iman.html
**) Bung Fulan pada tulisan di atas adalah nama samaran / bukan nama sebenarnya (mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas). Hal ini semata-mata karena dikhawatirkan beliau tidak berkenan jika kisah tersebut di-publish di ruang umum / bisa dibaca oleh semua orang.