بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 April 2016

SAKITNYA JASMANI TAK AKAN DIBAWA MATI, SAKITNYA RUHANI AKAN DIBAWA MATI


Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Dari artikel yang berjudul “Kesehatan Jasmani dan Ruhani”, diperoleh penjelasan bahwa sesungguhnya diri kita ini terdiri dari 2 unsur, yaitu unsur materi (jasad kita yang terbuat dari tanah) serta unsur ruhani yang menjadikan kita hidup. Agar kedua unsur tersebut sehat, maka masing-masing harus mendapat asupan gizi yang cukup.

Unsur Materi (Jasad Kita Yang Terbuat Dari Tanah)

Saudaraku,
Jika seseorang bisa mengatur pola makannya dengan baik sehingga tubuhnya mendapat asupan gizi (protein, vitamin dan mineral) yang cukup, maka tubuhnya juga akan sehat, kecuali jika terinfeksi penyakit.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tubuh seseorang mendapat asupan gizi yang cukup, jika terinfeksi penyakit, maka tubuhnya juga bisa sakit. Jika penyakit yang menginfeksi tubuh seseorang hanyalah penyakit yang ringan saja sedangkan tubuh yang bersangkutan mendapat asupan gizi yang cukup, maka pada umumnya penyakit tersebut akan bisa diatasi oleh sistem kekebalan tubuh yang bersangkutan.

Namun jika penyakit yang menginfeksi tubuh seseorang termasuk kategori penyakit berat/ganas, maka penyakit tersebut bisa mengalahkan sistem kekebalan tubuh yang bersangkutan, sehingga yang bersangkutan-pun akan menderita sakit. Dalam kondisi seperti ini, maka yang bersangkutan sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan sistem kekebalan tubuhnya untuk melawan penyakit tersebut. Dia harus meminta bantuan dari pihak lain yaitu dengan berobat kepada dokter/tenaga kesehatan lainnya, sebagai upaya untuk melawan penyakit tersebut (sebagai upaya untuk mencari kesembuhan).

Meskipun demikian (meskipun seseorang telah berupaya secara maksimal untuk melawan suatu penyakit tertentu dengan berobat kepada dokter/tenaga kesehatan lainnya), jika penyakit yang dideritanya sudah terlanjur parah/termasuk jenis penyakit kronis yang berbahaya bagi kesehatan tubuh/sebab-sebab lainnya, belum tentu upayanya untuk melawan penyakit tersebut berhasil sehingga kesembuhan yang diharapkan juga belum tentu bisa diperoleh.

Saudaraku,
Jika penyakit yang diderita oleh seseorang sudah terlanjur parah/termasuk jenis penyakit kronis yang berbahaya bagi kesehatan tubuh/sebab-sebab lainnya sehingga upaya untuk melawan penyakit yang dideritanya tersebut tidak membawa hasil dan kesembuhan yang diharapkan tidak pernah diperoleh, maka pada akhirnya yang bersangkutan akan memasuki tahap akhir dari sakit yang dideritanya, yaitu akan berjumpa dengan kematian yang akan memisahkan ruh dengan jasadnya.

Saudaraku,
Demikianlah gambaran yang akan terjadi bagi siapa saja yang tubuhnya telah terinfeksi suatu penyakit. Meskipun demikian, kita tidak perlu terlalu khawatir dengan semuanya itu. Karena sakitnya jasmani itu tak akan dibawa mati.

Artinya selama kita telah berupaya untuk menjaga kesehatan tubuh kita dengan baik namun pada akhirnya kita tetap menderita suatu penyakit (bahkan seandainya setelah kita berupaya secara maksimal untuk melawan penyakit tersebut sebagai upaya untuk mencari kesembuhan dan ternyata penyakit tersebut tetap tidak bisa disembuhkan hingga pada akhirnya membawa kita ke pintu kematian), maka kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas penyakit tersebut di alam akhirat nantinya.

Terlebih lagi jika kita bisa menyikapinya dengan baik, yaitu bisa tabah/sabar dalam menghadapi penyakit yang menimpa kita, maka penyakit tersebut justru akan menjadi penghapus kesalahan-kesalahan/dosa-dosa kita sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya dan surga sudah menanti kita kelak di kemudian hari.

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ دَخَلْتُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ قُلْتُ ذَٰلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ ذَٰلِكَ كَذَٰلِكَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami 'Abdan dari Abu Hamzah dari Al A'masy dari Ibrahim At Taimi dari Al Harits bin Suwaid dari Abdullah dia berkata; saya pernah menjenguk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang menderita sakit, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, sepertinya anda sedang merasakan sakit yang amat berat”. Beliau bersabda: “Benar, rasa sakit yang menimpaku ini sama seperti rasa sakit yang menimpa dua orang dari kalian”. Kataku selanjutnya: “Sebab itu anda mendapatkan pahala dua kali lipat”. Beliau menjawab: “Benar, seperti itulah, dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah (penyakit) atau yang lain, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya”. (HR. Bukhari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى)
“Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan darinya segala kesalahan dan dosa, hingga duri yang menusuknya juga sebagai penghapus dosa.” (HR. al-Bukhari, no. 5318)

Unsur Ruhani

Saudaraku,
Sama dengan yang terjadi pada tubuh kita (sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya), bahwa jika seseorang bisa mengatur ‘pola makannya’ dengan baik sehingga ruhaninya mendapat ‘asupan gizi’ yang cukup, maka ruhaninya juga akan sehat. Kecuali jika terinfeksi penyakit hati (sombong, ujub/kagum pada diri sendiri, iri, dengki, riya, bakhil/kikir, syirik, dll).

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ruhani seseorang mendapat ‘asupan gizi’ yang cukup, jika terinfeksi penyakit hati, maka ruhaninya juga bisa sakit. Jika penyakit hati yang menginfeksi tubuh seseorang hanyalah penyakit hati yang ringan saja sedangkan ruhani yang bersangkutan mendapat asupan gizi yang cukup, maka pada umumnya penyakit hati tersebut akan bisa diatasi oleh ‘sistem kekebalan ruhani’ yang bersangkutan.

إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَــــٰتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿٢٧١﴾
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Baqarah. 271).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، مَا تَقُولُونَ ذَٰلِكَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ؟ قَالُوا: لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا. قَالَ: فَذًٰلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. (رواه البخارى ومسلم)   
“Apa pendapat kalian apabila ada sebuah sungai di (hadapan) pintu salah seorang kalian yang ia mandi padanya sehari lima kali, apa yang kalian katakan tentang hal itu, (apakah) masih tersisa kotorannya?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak tersisa kotorannya sedikit pun.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seperti itulah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذى)
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi)

Namun jika penyakit hati yang menginfeksi ruhani seseorang termasuk kategori penyakit hati yang berat/kronis/ganas, maka penyakit hati tersebut bisa mengalahkan ‘sistem kekebalan ruhani’ yang bersangkutan, sehingga ruhaninya akan menderita sakit. Dalam kondisi seperti ini, maka seseorang sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan sistem kekebalan ruhaninya untuk melawan penyakit hati tersebut. Dia harus meminta bantuan dari pihak lain, yaitu dengan bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya. Dia harus kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya. Dan dia juga harus mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah sebelum datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba.

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az Zumar. 54).

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az Zumar. 55).

Saudaraku,
Mengapa ketika seseorang terinfeksi penyakit hati yang kronis/berat/ganas, dia harus bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya, harus segera kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya, dan dia juga harus mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah sebelum datang azab dari-Nya? Karena hanya dengan jalan inilah, semua penyakit hati yang berat/kronis/ganas tersebut bisa sembuh/hilang/terhapus sebelum ajal menjemputnya.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه الترمذى)   
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).

Itu artinya jika seseorang tidak bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya, serta tidak segera kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya dan tidak segera mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah hingga ajal menjemputnya (manakala dirinya telah terinfeksi penyakit hati yang kronis/berat/ganas), maka penyakit hati yang kronis tersebut akan dibawanya sampai mati/sampai ke alam akhirat nantinya. Sehingga diapun akan dimintai pertanggungjawaban atas segala penyakit hati tersebut, karena setelah ajal menjemput seseorang, pintu taubat telah tertutup untuknya dan taubatnya tidak akan diterima untuk selama-lamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَظَّمَ فِى نَفْسِهِ وَاَجْتَالَ فِى مِشْيَتِهِ لَقِىَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ (رواه أحمد)
“Siapa yang merasa dirinya besar, lalu sombong dalam jalannya, maka ia akan menghadap pada Allah, sedang Allah murka padanya”. (HR. Ahmad). Na’udzubillahi mindzalika!

وَلَا تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْئَلُواْ اللهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٣٢﴾
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. An Nisaa’. 32).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan janganlah kamu mengangan-angankan karunia yang dilebihkan Allah kepada sebagian kamu dari sebagian lainnya) baik dari segi keduniaan maupun pada soal keagamaan agar hal itu tidak menimbulkan saling membenci dan mendengki. (Bagi laki-laki ada bagian) atau pahala (dari apa yang mereka usahakan) disebabkan perjuangan yang mereka lakukan dan lain-lain (dan bagi wanita ada bagian pula dari apa yang mereka usahakan) misalnya mematuhi suami dan memelihara kehormatan mereka. Ayat ini turun ketika Umu Salamah mengatakan, "Wahai! Kenapa kita tidak menjadi laki-laki saja, hingga kita dapat berjihad dan beroleh pahala seperti pahala laki-laki," (dan mohonlah olehmu) ada yang memakai hamzah dan ada pula yang tidak (kepada Allah karunia-Nya) yang kamu butuhkan niscaya akan dikabulkan-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) di antaranya siapa seharusnya yang beroleh karunia, begitu pula permohonan kamu kepada-Nya”. (QS. An Nisaa’. 32).

... إِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا ﴿٣٦﴾
“... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”, (QS. An Nisaa’. 36)

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا ءَاتَـــٰـهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَـــٰــفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا ﴿٣٧﴾
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan”. (QS. An Nisaa’. 37)

وَالَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَـاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَــــٰنُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا ﴿٣٨﴾
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya”. (QS. An Nisaa’. 38)

Terlebih lagi jika yang menginfeksi ruhani seseorang adalah penyakit hati yang paling berat, yaitu syirik. Jika seseorang tidak bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya serta tidak segera kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya dan tidak segera mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah hingga ajal menjemputnya, maka dia akan tetap dalam keadaan syirik/tetap dalam keadaan mempersekutukan Allah (dia akan tetap dalam kekafiran/dalam keadaan tidak beriman) untuk selama-lamanya. Dan Allah tidak akan pernah mengampuninya, sehingga dia akan kekal di dalam api neraka untuk selama-lamanya. Na’udzubillahi mindzalika!

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik*, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).

Pelajaran Untuk Kita Semua

Saudaraku,
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa sakitnya jasmani itu tak akan dibawa mati. Artinya selama kita telah berupaya untuk menjaga kesehatan tubuh kita dengan baik namun pada akhirnya kita tetap menderita suatu penyakit (bahkan seandainya setelah kita berupaya secara maksimal untuk melawan penyakit tersebut/sebagai upaya untuk mencari kesembuhan, dan ternyata penyakit tersebut tetap tidak bisa disembuhkan hingga pada akhirnya membawa kita ke pintu kematian), maka kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas penyakit tersebut di alam akhirat nantinya.

Berbeda dengan sakitnya jasmani yang tak akan dibawa mati, sakitnya ruhani itu justru akan dibawa mati. Artinya ketika seseorang telah terinfeksi penyakit hati kemudian yang bersangkutan tidak bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya serta tidak segera kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya dan tidak segera mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah hingga ajal menjemputnya, maka penyakit hati tersebut akan dibawanya sampai mati/sampai ke alam akhirat nantinya. Sehingga diapun akan dimintai pertanggungjawaban atas segala penyakit hati tersebut, karena setelah ajal menjemput seseorang, pintu taubat telah tertutup untuknya dan taubatnya tidak akan diterima untuk selama-lamanya.

Jika sudah demikian, apakah kita masih saja hanya fokus pada penyakit jasmani kemudian mengesampingkan/melupakan/tidak perduli dengan segala macam penyakit hati yang acapkali mendera ruhani kita? Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Syirik = mempersekutukan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞