Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (teman sekolah di
SMAN 1 Blitar) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut:
“Pak Imron, mohon
penjelasan surat Al Ahqaaf ayat 13. Sekalian surat Al Muzzamil ayat
1 – 6. Maturnuwun”.
Saudaraku,
Berikut ini kukutipkan surat Al Ahqaaf ayat 13, sekalian
kukutipkan pula surat
Al Ahqaaf ayat 14:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَـــٰمُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾
أُوْلَـــٰــئِكَ أَصْحَـــٰبُ الْجَنَّةِ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٤﴾
(13). Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (14).
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Ahqaaf. 13 – 14).
Untuk menjelaskan ayat-ayat di atas, berikut ini
kusampaikan Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu
Ahmad Al-Mahalliy):
(13). (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Rabb kami ialah Allah," kemudian mereka beristiqamah) atau menetapi
ketaatan (maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula
berduka cita.) (14). (Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka
kekal di dalamnya) lafal Khaalidiina Fiihaa menjadi Hal atau kata keterangan
keadaan (sebagai balasan) menjadi Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang
diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Yujzauna; artinya: mereka diberi pahala
sebagai balasan (atas apa yang telah mereka kerjakan.) (QS. Al
Ahqaaf. 13 – 14).
Saudaraku,
Ayat yang mirip dengan surat Al Ahqaaf ayat 13 – 14 di
atas adalah surat Fushshilat ayat 30 – 31:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَــٰـمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَـــٰــئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَـــٰةِ الدُّنْيَا وَفِي الْاٰخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١﴾
(30) Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (31)
Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya
kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa
yang kamu minta. (QS. Fushshilat. 30 – 31).
Untuk menjelaskan ayat-ayat di atas, berikut ini
kusampaikan Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu
Ahmad Al-Mahalliy) serta Tafsir Ibnu Katsir.
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb
kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka) dalam
ajaran tauhid dan lain-lainnya yang diwajibkan atas mereka (maka malaikat akan
turun kepada mereka) sewaktu mereka mati ("Hendaknya kalian jangan merasa
takut) akan mati dan hal-hal yang sesudahnya (dan jangan pula kalian merasa
sedih) atas semua yang telah kalian tinggalkan, yaitu istri dan anak-anak, maka
Kamilah yang akan menggantikan kedudukan mereka di sisi kalian (dan
bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian). (QS.
Fushshilat. 30).
(Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan
dunia) artinya, Kami memelihara kalian di dalamnya (dan di akhirat) maksudnya,
Kami akan selalu bersama kalian di akhirat hingga kalian masuk surga (di dalamnya
kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa
yang kalian minta) berupa semua kenikmatan yang kalian minta. (QS. Fushshilat.
31).
Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah SWT:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَــٰـمُوا}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”,
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30)
Yakni mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah SWT., yaitu
dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. kepada mereka.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ، حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ
قُتَيْبَةَ أَبُو قُتَيْبَةَ الشَّعِيري، حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ أَبِي حَزْمٍ،
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ عَلَيْنَا رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَــٰمُوا}
قَدْ قَالَهَا نَاسٌ ثُمَّ كَفَرَ أَكْثَرُهُمْ، فَمَنْ قَالَهَا حَتَّى يَمُوتَ
فَقَدِ اسْتَقَامَ عَلَيْهَا.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Jarrah, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Qutaibah atau
Qutaibah Asy-Sya'iri, telah menceritakan kepada kami Suhail ibnu Abu Hazim,
telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membacakan ayat berikut kepada kami,
yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami
ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat:
30) Sesungguhnya ada segolongan manusia yang telah mengucapkannya, tetapi
setelah itu kebanyakan dari mereka kafir. Maka barang siapa yang mengucapkannya
dan berpegang teguh kepadanya hingga mati, berarti dia telah meneguhkan
pendiriannya pada kalimah tersebut.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab
tafsirnya, juga Al-Bazzar, dan Ibnu Jarir, dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari
Muslim ibnu Qutaibah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Al-Fallas dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnu Imran
yang mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat berikut di hadapan sahabat Abu
Bakar As-Siddiq r.a., yaitu firman Allah SWT: Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan
pendiriannya. (Fushshilat: 30) Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa mereka
adalah orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Al-Aswad ibnu Hilal
yang mengatakan bahwa Abu Bakar r.a. pernah mengatakan, "Bagaimanakah menurut
kalian makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan
kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya?” (Fushshilat:
30) Maka mereka menjawab: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan
pendiriannya dengan menghindari dari perbuatan dosa. Maka Abu Bakar r.a.
berkata: “Sesungguhnya kalian menakwiIkannya bukan dengan takwil yang
sebenarnya. Lalu mereka berkata: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka
meneguhkan pendiriannya, tidak menoleh kepada Tuhan lain kecuali hanya Allah.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Abdullah Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Aqdi, dari
Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah
ditanya mengenai suatu ayat di dalam Kitabullah yang paling ringan.
Maka Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat:
30) dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.
Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar r.a. membaca ayat ini di atas
mimbarnya, kemudian mengatakan: “Demi Allah, mereka meneguhkan pendiriannya
karena Allah dengan taat kepada-Nya, dan mereka tidak mencla-mencle seperti
musang”. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan
kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat:
30) dalam menunaikan hal-hal yang difardhukan oleh-Nya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Qatadah mengatakan
bahwa Al-Hasan selalu mengatakan dalam do’anya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhan
kami, maka berilah kami istiqamah (keteguhan dalam pendirian)”.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30)
Yakni mengikhlaskan ketaatan dan beramal karena Allah SWT.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ
بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِيهِ ؛ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ
اللهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ فِي الْإِسْلَامِ لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ.
قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: فَمَا
أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى لِسَانِهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim,
telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ata, dari Abdullah ibnu Sufyan, dari
ayahnya, bahwa seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, perintahkanlah
kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan bertanya lagi
kepada seorang pun sesudahmu”. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah, “Tuhanku
ialah Allah”, kemudian teguhkanlah pendirianmu! Lelaki itu bertanya: “Lalu
apakah yang harus kupelihara?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke arah lisannya (yakni menjaga mulut).
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah, dari Ya'la ibnu
Ata dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ
سَعْدٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
مَاعِزٍ الْغَامِدِيِّ، عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللهِ، حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ. قَالَ: "قُلْ
رَبِّيَ اللهُ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَكْثَرَ مَا
تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِطَرَفِ لِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: "هَذَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu
Harun, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Syihab, dari Abdur Rahman ibnu Ma'iz Al-Gamidi, dari Sufyan ibnu
Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya: “Wahai
Rasulullah, sebutkanlah suatu perkara kepadaku yang kelak akan kujadikan
pegangan”. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: Katakanlah, “Tuhanku
ialah Allah”, kemudian teguhkanlah pendirianmu! Kemudian aku bertanya: “Wahai
Rasulullah, apakah yang engkau sangat khawatirkan terhadap diriku?” Maka
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memegang ujung lisannya dan bersabda:
“Ini” (yakni jaga lisanmu).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah
melalui hadis Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini hasan sahih.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya – juga Imam Nasai – telah
mengetengahkannya melalui hadis Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Sufyan
ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya: “Wahai
Rasulullah, katakanlah suatu urusan kepadaku tentang Islam, yang kelak aku
tidak akan menanyakannya kepada seorang pun sesudah engkau”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah”, kemudian
teguhkanlah pendirianmu. hingga akhir hadis.
Firman Allah SWT:
{تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَـــٰــئِكَةُ}
maka malaikat akan turun kepada mereka. (Fushshilat: 30)
Mujahid, As-Saddi, Zaid ibnu Aslam, dan anaknya mengatakan bahwa
yang dimaksud ialah di saat mereka menjelang kematiannya, para malaikat itu
turun kepada mereka dengan mengatakan:
{أَلَّا تَخَافُوا}
Janganlah kamu merasa takut. (Fushshilat: 30)
Mujahid, Ikrimah, dan Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah janganlah kamu takut dalam menghadapi kehidupan masa mendatang
di akhirat.
{وَلَا تَحْزَنُوا}
“dan janganlah kamu merasa sedih”. (Fushshilat: 30) terhadap
urusan dunia yang kamu tinggalkan, seperti urusan anak, keluarga, harta benda,
dan utang; karena sesungguhnya Kami akan menggantikanmu dalam mengurusnya.
{وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
telah dijanjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30)
Para malaikat menyampaikan berita gembira kepada mereka akan
lenyapnya semua keburukan dan akan memperoleh semua kebaikan.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Barra r.a.
yang mengatakan bahwa sesungguhnya para malaikat berkata kepada roh orang
mukmin, "Keluarlah engkau, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang baik yang
sebelumnya engkau huni, keluarlah engkau menuju kepada ampunan dan nikmat serta
Tuhan yang tidak murka."
Menurut pendapat lain, para malaikat turun kepada mereka di saat
mereka dibangkitkan dari kuburnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Abbas dan As-Saddi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Mazhar, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Sabit membaca surat Ha Mim As-Sajdah. Dan ketika bacaannya sampai pada
firman-Nya:Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah
Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun
kepada mereka. (Fushshilat: 30) Maka dia berhenti dari bacaannya, kemudian
berkata bahwa telah sampai suatu berita kepada kami yang menyebutkan bahwa
seorang mukmin ketika dibangkitkan oleh Allah SWT. dari kuburnya, ada dua
malaikat menyambutnya. Kedua malaikat itu yang dahulunya selalu bersamanya
ketika di dunia. Lalu keduanya mengatakan kepadanya, "Janganlah kamu takut
dan jangan pula bersedih." dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah di janjikan Allah
kepadamu. (Fushshilat: 30) Maka Allah menenteramkan rasa takutnya dan
menyenangkan hatinya, dan tiada suatu peristiwa besar yang terjadi di hari
kiamat yang ditakuti oleh manusia melainkan hal itu bagi orang mukmin merupakan
penyejuk hatinya berkat petunjuk Allah SWT. kepadanya, dan berkat amal
perbuatannya selama di dunia.
Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa para malaikat itu menyampaikan
berita gembira kepada orang mukmin saat menjelang kematiannya dan saat ia
dibangkitkan dari kuburnya.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim. Pendapat ini bila dibandingkan dengan semua pendapat yang telah
disebutkan di atas merupakan pendapat yang sangat baik dan memang kenyataannya
demikian.
Firman Allah SWT:
{نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَـــٰةِ الدُّنْيَا وَفِي الْاٰخِرَةِ}
Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat.
(Fushshilat: 31)
Yakni para malaikat itu berkata kepada orang-orang mukmin saat
mereka menjelang kematiannya: “Kami adalah teman-teman kalian selama di dunia,
kami bimbing kalian, kami luruskan kalian, dan kami pelihara kalian berkat
perintah Allah. Demikian pula kami akan selalu bersamamu dalam kehidupan di
akhirat; kami menemani rasa kesendirianmu dalam kuburmu dan pada saat sangkakala
ditiup, dan kami selamatkan kamu pada hari berbangkit, kami bawa kamu berlalu
menyeberangi sirat, dan kami sampaikan kamu ke surga yang penuh dengan
kenikmatan”.
{وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ}
di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan. (Fushshilat: 31)
Maksudnya, di dalam surga kamu memperoleh semua yang kamu pilih
dan semua yang kamu inginkan, juga memperoleh semua yang dipandang sedap oleh
matamu.
{وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ}
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu
minta.(Fushshilat: 31)
Yakni betapapun permintaanmu, niscaya kamu akan menjumpainya
berada di hadapanmu seperti yang kamu minta dan kamu pilih.
{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2
tulisan }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar