Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini kutipan dialog dengan seorang akhwat
di sebuah Grup WhatsApp:
Saudaraku,
Kalau ingin belajar siroh, datanglah ke Masjid Al Falah
Jl. Raya Darmo 137A Surabaya (sebuah masjid besar di dekat Kebun Binatang
Surabaya). Kita bisa belajar/mengikuti Kajian Siroh bersama Ust. H. M. Sholeh
Drehem, Lc., MA. yang dilaksanakan setiap bulan pada hari Kamis pekan ketiga
atau pekan keempat, ba'da Maghrib sampai dengan menjelang menjelang 'Isya'.
Tanggapan Mbak
Fulanah (nama samaran/guru di Surabaya): “Oh sudah mendengarkan di radio tiap
Jumat malam”.
Saudaraku,
Sebenarnya
yang terbaik itu jika kita datang langsung ke majelis ilmu karena kita juga
akan mendapatkan keutamaan majelis ilmu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَ هُمُ
اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَبِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
(رواه مسلم)
“... Dan barangsiapa yang
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan
menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid)
untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan
ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di
sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan
nasabnya.” (HR. Muslim).
Aduhai, betapa indahnya jika kita bisa mendapatkan hal
itu semua. Sehingga pantaslah jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melarang kita iri kepada yang lain kecuali terhadap dua golongan, yang
salah satunya adalah kepada orang yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah,
dia mengamalkannya serta mengajarkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى
هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٍ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا
وَيُعَلِّمُهَا. (رواه البخارى ومسلم)
“Tidak boleh iri selain terhadap dua golongan: (1) orang
yang dikaruniai harta yang melimpah oleh Allah SWT. dan dia membelanjakannya di
jalan yang haq, (2) orang yang dikaruniai hikmah (ilmu Al Qur’an dan As
Sunnah), dia menunaikannya (mengamalkannya), serta mengajarkannya.” (Muttafaqun
‘alaih, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Saudaraku,
Orang yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah, dapat
dipastikan bahwa yang bersangkutan adalah orang yang dengan senang hati mendatangi
majelis-majelis ilmu untuk mempelajari ilmu Al Qur’an dan As Sunnah serta
mengajarkannya.
عَنْ
عُثْمَانَ بنِ عَفَّان رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Dari sahabat Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sebaik-baik kamu ialah orang yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau
mengajarkannya". (HR. Muslim).
Sedangkan jika kita
mendengarkan via radio, youtube, tv, dll., kita hanya dapat ilmunya saja (minus
keutamaan majelis ilmu).
Tanggapan Mbak Fulanah: “Betul
ada barokah di majelis ilmu dan itu keutamaannya melebihi sholat sunat. Tapi
bukan karena
malas, ada hal yang
berat. Misal malam,
jauh, meninggalkan suami,
dll. Saya
kira mendengar radio lebih baik daripada
melanggar hal-hal di atas. Jadi
tidak
bisa
diterapkan semua kasus,
lihat dulu sikonnya.
Saudaraku,
Berikut
ini kusampaikan tanggapan yang lebih bijak:
Ya rabbi*),
Betapa
beruntungnya saudara-saudara hamba yang Engkau beri kemudahan untuk bisa rutin mendatangi majelis-majelis
ilmu.
Hamba
iri kepada mereka, ya rabbi.
Oleh
karena itu hamba mohon kepada-Mu, berikan rahmat-Mu kepada hamba sehingga hamba-pun
juga bisa mempunyai keluangan waktu seperti mereka untuk kemudian juga bisa
rutin mendatangi majelis-majelis-Mu yang sangat mulia itu.
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ
الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ قَالَ عَبَّاسٌ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ
عِيسَى عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتُ
ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ. (رواه البخارى)
61.1/5933. Telah menceritakan
kepada kami Al Makki bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin
Sa'id yaitu Ibnu Abu Hind dari Ayahnya dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma dia
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dua
kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan
waktu luang. 'Abbas Al 'Anbari mengatakan; telah menceritakan kepada
kami Shufwan bin Isa dari Abdullah bin Sa'id bin Abu Hind dari Ayahnya saya
mendengar Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di
atas. (HR. Bukhari).
Ya rabbi,
Berikanlah
kekuatan kepada hamba sehingga hamba bisa lebih mengutamakan waktu hamba
untuk-Mu melebihi waktu hamba untuk yang lain.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ
مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
سَهْلٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلَغَدْوَةٌ
فِي سَبِيلِ اللهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا. (رواه البخارى)
61.4/5936. Telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin
Abu Hazim dari Ayahnya dari Sahl dia berkata; saya mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tempat cemeti di
surga itu lebih baik dari dunia dan seisinya, sungguh berpagi-pagi atau sore
hari di jalan Allah itu lebih baik daripada dunia seisinya." (HR. Bukhari).
Ya rabbi,
Berikanlah
kekuatan kepada hamba sehingga hamba tidak terus dan terus menunda-nunda waktu hamba hingga tiba-tiba ajal telah menjemput hamba.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ
اللهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَبُو المُنْذِرِ
الطُّفَاوِيُّ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ قَالَ حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا
كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ
الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. (رواه البخارى)
61.5/5937. Telah menceritakan
kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdurrahman Abu Al Mundzir At Thufawi dari Sulaiman Al A'masy dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Mujahid dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma
dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda: 'Jadilah kamu di dunia ini
seakan-akan orang asing atau seorang pengembara. Ibnu Umar juga berkata;
'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu
pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore,
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.' (HR.
Bukhari).
حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ حَدَّثَنَا
هَمَّامٌ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطُوطًا فَقَالَ هَذَا
الْأَمَلُ وَهَذَا أَجَلُهُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَهُ الْخَطُّ
الْأَقْرَبُ. (رواه البخارى)
61.7/5939. Telah menceritakan
kepada kami Muslim telah menceritakan kepada kami Hammam dari Ishaq bin
Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pernah membuat suatu garis lalu beliau bersabda: "Ini adalah cita-citanya, dan ini adalah ajalnya, ketika
seseorang seperti itu (dalam cita-citanya), maka datanglah garis yang lebih
dekat (yaitu ajalnya)." (HR.
Bukhari).
Ya rabbi,
Hamba iri kepada Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf**). Beliau saudagar kaya-raya
yang perniagaannya sampai ke luar negeri. Sudah pasti kesibukan beliau dalam
mengurusi perniagaannya adalah jauh lebih besar/tidak bisa dibandingkan dengan
kesibukan dunia hamba. Namun perhatian beliau kepada agama-Mu juga jauh lebih
besar/tidak bisa dibandingkan dengan perhatian hamba kepada agama-Mu. Demikian
pula dengan para sahabat-sahabat yang lain.
Hamba malu kepada mereka, ya robbi. Maafkan hamba, atas sikap
hamba yang selalu mencari pembenaran atas kelemahan hamba ini. Amin, ya rabbal 'alamin!
Demikian kutipan
dialog dengan
seorang akhwat di sebuah Grup WhatsApp. Semoga kita semua bisa mengambil
pelajaran dari dialog tersebut.
PENJELASAN TAMBAHAN
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hajj ayat
40 serta dalam surat Muhammad ayat 7 berikut ini:
...
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
“... Dan sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa. (QS. Al Hajj. 40).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ
يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad.
7).
Dari penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hajj ayat 40
serta dalam surat Muhammad ayat 7 di atas, maka dengan mudah dapat dipahami
bahwa jika kita tidak peduli dengan Islam maka Allah juga tidak peduli dengan
kita.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Allah adalah Ar-Rabb, pemelihara seluruh
makhluk-Nya. Bentuk pemeliharaan tersebut adalah: menciptakan, menyediakan
segala sarana kehidupan, dan memberi nikmat tiada tara. Tanpa nikmat ini,
mereka tidak mungkin bisa bertahan hidup. Bentuk tarbiyah Allah kepada
makhluk-Nya terbagi dua, yaitu:
a. Tarbiyah
umum:
menciptakan, memberi rezeki, dan menunjukkan jalan yang bermanfaat bagi urusan
dunianya.
b. Tarbiyah
khusus:
penjagaan yang khusus diberikan kepada wali-wali-Nya.
Allah membimbing mereka untuk beriman, Allah beri taufik mereka untuk mencintai
iman, lalu Dia sempurnakan iman mereka, serta Dia hilangkan segala penghalang
antara diri mereka dengan imannya. Intinya, Allah membimbingnya untuk
mendapatkan segala kebaikan dan terhindar dari semua bentuk keburukan serta
maksiat.
Bisa jadi inilah rahasia mengapa para nabi banyak berdo’a dengan mengatakan: “Ya Rabbi…,
Ya Rabbi...” (wahai
Rabbku, wahai Rabbku). Karena semua yang mereka inginkan dalam do’a itu
termasuk dalam tarbiyah khusus dari Allah.
**) Nama
lengkapnya adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abd ‘Auf bin ‘Abd al-Haarits bin
Zuhrah bin Kilaab al-Qurasyi az-Zuhri. Dulu pada masa jahiliyah, nama aslinya
adalah ‘Abdul Ka’bah. Ada pula yang mengatakan ‘Abd ‘Amr. Kemudian setelah
masuk Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan nama
‘Abdurrahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar