Saudaraku…,
Tanpa kita sadari, (mungkin) ada kecenderungan diantara kita untuk memamerkan serta membanggakan harta kita, memamerkan serta membanggakan kesuksesan karir kita, memamerkan serta membanggakan …, dst. karena (mungkin) kita menyangka bahwa kekayaan itu adalah suatu kemulyaan, kesuksesan dalam berkarir itu adalah suatu kehormatan, dst.
Sebaliknya, tanpa kita sadari (mungkin) juga ada kecenderungan diantara kita untuk menyembunyikan kemiskinan kita, menyembunyikan kegagalan karir kita, dst. Karena (mungkin) kita menyangka bahwa kemiskinan itu adalah suatu kehinaan, kegagalan dalam berkarir itu adalah suatu aib yang harus ditutup-tutupi, dst.
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena menurut pandangan Allah, kekayaan dan kemiskinan itu adalah sama saja, kesuksesan serta kegagalan dalam berkarir itu juga sama saja, yaitu sama-sama dijadikan sebagai sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya.
”Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku**". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku**". (QS. Al Fajr. 15-16). **) Maksudnya ialah: Allah menyalahkan orang yang menyatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemulyaan dan kemiskinan itu adalah suatu kehinaan seperti keterangan pada ayat 15 dan 16 tersebut. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan itu adalah ujian.
Sedangkan dalam surat Az Zumar, Allah juga menyalahkan orang yang menyatakan bahwa ni’mat/kekayaan yang ada padanya itu semata-mata karena kepintarannya. Yang benar adalah bahwa semuanya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan diantara kita tidak mengetahui. ”Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni`mat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni`mat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar. 49).
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar