Saudaraku…,
Semua diantara kita, tentunya tidak ada satupun yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini. Bahkan, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, dimana tantangan hidup dari hari ke hari malah terasa kian kompleks.
Kita tidak perlu heran dengan kondisi tersebut, karena pada hakekatnya kehidupan di dunia ini memang sebagai sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat ke-2 (surat Al Baqarah) ayat 214 serta surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (QS. 2. 214). ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al ‘Ankabuut. 2).
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Memang, dalam Al Qur’an surat Al Baqarah diperoleh keterangan sebagai berikut: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan..., (QS. Al Baqarah. 155).
Namun, jika kita juga membaca keterangan dalam surat Al Kahfi serta surat Al Anfaal yang menyatakan bahwa: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS. Al Kahfi. 7). ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al Anfaal. 28).
Dari dua ayat terakhir tersebut, nampaklah bahwa cobaan/ujian itu juga dapat berupa perhiasan dunia yang bisa berupa kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemegahan, banyaknya anak, dll. Dan hanya orang-orang yang sabarlah yang pada akhirnya nanti akan mendapatkan kabar gembira dari Sang Maha Pencipta, yaitu dengan memberikan surga untuknya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).
Demikian juga halnya dengan orang-orang yang dalam hidupnya hanya mengharap keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Seperti halnya dengan orang-orang yang sabar**, mereka juga akan mendapatkan kesenangan/kebahagiaan hakiki di negeri akhirat, karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 29: ”Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar”. (QS. Al Ahzab. 29).
Saudaraku…,
Semoga kita semuanya dapat termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila kita diberi limpahan harta (juga kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst), maka kita akan tetap sabar untuk tidak menggunakannya sebagai sarana untuk menyombongkan diri, mambanggakan diri, dst. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Karena jika kita sampai sombong dan membanggakan diri, maka limpahan harta tersebut justru dapat melalaikan kita dari mengingat Allah sehingga dapat menyebabkan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Na’udzubillahi mindzalika! “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36). ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. 63. 9).
Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa semua yang telah diberikan-Nya kepada kita tersebut (limpahan harta, kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst.), semuanya itu adalah amanah dari-Nya yang pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung jawaban. ”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al Qiyaamah. 36).
Juga termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila diberi kesulitan hidup karena tiadanya harta (kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta, baik orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.), maka kita akan tetap sabar untuk menghadapinya sehingga hal itu semua tidak sampai membuat kita semakin frustasi, bahkan menjadikan kita berburuk sangka kepada-Nya, seolah-olah Dia tidak berbuat adil kepada kita. Na’udzubillahi mindzalika! Ingatlah wahai saudaraku, bahwa dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar