Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat (teman alumni
SMAN 1 Blitar ’89) telah bertanya: "Bagaimana aku harus menghapus dosaku
ya Allah Yang Maha Suci! Bisakah dosa itu dihapus Bung Imron? Sesungguhnya aku
sangat takut dengan siksa-Nya!"
Saudaraku…,
Sekalipun
banyak ayat-ayat Al Qur’an yang mengupas tentang berbagai ancaman yang
mengerikan, namun ketahuilah bahwa sesungguhnya rahmat-Nya mendahului
murka-Nya. Karena
Rasulullah s. a. w. telah bersabda:
لَمَّاقَضَ اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ
عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ: إِنَّ رَحْمَتِى سَبَقَتْ غَضَبِى. وَ فِى رِوَايَةٍ:
إِنَّ رَحْمَتِى غَلَبَتْ غَضَبِى (رواه البخارى و مسلم وابن ماجه)
”Ketika Allah telah selesai
menjadikan semua makhluk, maka menulis tulisan yang ada di atas ’arsy yang
berbunyi: rahmat-Ku mendahului murka-Ku (rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku)” (HR. Bukhari, Muslim, Ibn Majah).
Bahkan sesungguhnya Allah lebih sayang kepada kita,
melebihi sayangnya seorang ibu terhadap anaknya. Karena: Ketika dihadapkan
kepada Nabi SAW. beberapa orang tawanan, tiba-tiba ada seorang wanita
yang teteknya telah menetes-netes air susunya, ia berlari-lari mencari bayinya.
Tiba-tiba ia bertemu dengan bayinya, maka langsung diangkat ke dadanya dan
ditetekinya. Lalu Rasulullah bersabda:
أَتَرَوْنَ هذِهِ طَارِحَةٌ وَلَدَهَا فِى النَّارِ؟
قُلْنَا: لَا وَهِىَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ. قَلَ: اَللهُ أَرْحَمُ
بِعِبَادِهِ مِنْ هذِهِ بِوَلَدِهَا . (رواه البخارى و مسلم)
”Apakah kalian mengira bahwa wanita itu akan membuang anaknya
itu ke dalam api?”. Jawab sahabat: ”Tidak, selama ia dapat mengelakkannya!”.
Maka sabda Rasulullah: ”Allah lebih sayang pada hamba-Nya melebihi kesayangan
ibu itu terhadap anaknya”. (HR. Bukhari, Muslim).
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ
اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
-----
Beliau berkata:
"Alhamdulillah..., tetapi setiap perbuatan sekecil apapun akan ada
ganjarannya...! Berarti dosa sekecil apapun pasti ada siksanya...! Apa berarti
begitu, Bung Imron?"
Tidak selalu begitu, wahai
saudaraku. Perhatikan pula penjelasan Al Qur’an berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ
مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَّا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ ﴿٢٦٤﴾
”Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqarah. 264).
Saudaraku…,
Dari penjelasan dua Hadits serta dua ayat Al Qur’an tersebut di atas, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa sebesar apapun kesalahan / dosa yang kita lakukan,
jika kita sempat bertaubat selama masa hidup kita
di dunia ini, maka ”sesungguhnya ampunan
Allah adalah jauh lebih besar daripada yang kita pikirkan”.
Sebaliknya, sebesar apapun kebaikan yang kita
lakukan, jika semua amal-amal kebajikan tersebut tidak kita ikhlaskan
kepada-Nya, jika kita tidak benar-benar memurnikan ketaatan kita kepada-Nya,
maka semuanya hanya akan sia-sia saja. (Wallahu ta'ala a'lam).
-----
Beliau mengatakan:
"Alhamdulillah...! Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya...! Aku
teramat takut pada-Mu, ya Allah...! Hanya kepadaMu-lah aku menyembah, berdo’a
dan memohon pertolongan...!!!"
Saudaraku…,
قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا
فِي اللهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ
أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ ﴿١٣٩﴾
“Katakanlah:
"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah
Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya
kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”, (QS. Al Baqarah. 139).
قُلِ اللهَ أَعْبُدُ
مُخْلِصًا لَّهُ دِينِي ﴿١٤﴾
”Katakanlah:
"Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agamaku". (QS. Az Zumar. 14).
وَإِلَى رَبِّكَ
فَارْغَبْ ﴿٨﴾
”Dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS. Alam Nasyrah. 8).
وَإِذْ يَرْفَعُ
إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿١٢٧﴾
“Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdo`a): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(QS. Al Baqarah. 127).
Ya Tuhan kami…!
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾
“Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah* dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan**” (QS. Al Faatihah. 5).
Demikian...,
Semoga bermanfaat.
NB.
*)
Na’budu diambil dari kata ‘ibaadat: kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan
oleh perasaan tentang Kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah karena
keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
**)
Nasta’iin (minta pertolongan) diambil dari kata isti’aanah: mengharap bantuan
untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup diselesaikan
dengan tenaga sendiri.