Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Ibn Umar r.a. berkata: Rasulullah SAW. memegang bahuku
lalu bersabda:
كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ
أَوْعَابِرُسَبِيْلٍ (رواه البخارى)
“Jadilah kamu di dunia ini
bagaikan orang gharib (orang asing) atau orang yang hanya lalu dijalanan”. (HR.
Bukhari).
Saudaraku…,
Ambillah dunia ini sesuai
dengan hajat kebutuhan kita. Janganlah kita sampai rakus dan tamak terhadapnya,
hingga berusaha mendapatkan/mengumpulkannya dengan berbagai cara. Demikian juga
halnya dalam mencari pekerjaan, janganlah diantara kita mencarinya (pekerjaan)
dengan cara-cara yang tidak fair (melakukan KKN, dll). Ingatlah wahai
saudaraku, bahwa barangsiapa yang mengambil lebih dari hajat kebutuhannya,
berarti dia telah mengambil sesuatu yang membinasakannya dengan tidak merasa. Na’udzubillahi
mindzalika!
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي
حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي
الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ ﴿٢٠﴾
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan
Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan
di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (QS. Asy Syuura. 20).
Addailamy meriwayatkan:
“Tinggalkanlah dunia ini pada ahlinya. Sebab barangsiapa yang mengambil lebih
dari hajat kebutuhannya, berarti mengambil sesuatu yang membinasakannya dengan
tidak merasa”.
Saudaraku…,
Semoga kisah berikut ini (diambil
dari buku: “Irsyadul ‘Ibad Ila Sabilirrasyad”) dapat menambah pemahaman kita akan
hakekat kehidupan dunia ini, sehingga hal ini dapat menjadikan kita untuk lebih
berhati-hati daripadanya. Amin!
Allaits
meriwayatkan dari Jarir berkata:
Seseorang datang kepada Nabi
Isa a. s. dan berkata: “ Saya ingin bersahabat dan selalu bersamamu”. Maka
berjalanlah keduanya di tepi sungai dan makanlah mereka berdua tiga potong
roti, Nabi Isa a. s. satu potong dan satu potong untuk orang itu, sisa satu
potong.
Kemudian Nabi Isa a. s. pergi minum
ke sungai dan kembali, roti yang sepotong itu tidak ada lalu ditanyakan kepada
orang itu: “Siapakah yang mengambil sepotong roti?”. Jawab orang itu: “Tidak
tahu”.
Maka berjalanlah keduanya.
Tiba-tiba (mereka) melihat rusa dengan kedua anaknya. Maka dipanggil satu anak
rusa itu lalu disembelih lalu dibakar kemudian dimakan berdua. Lalu Nabi Isa a.
s. menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali, maka
hiduplah dengan izin Allah. Lalu Nabi Isa a. s. bertanya: “Demi Allah yang
memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya itu, siapakah yang mengambil
sepotong roti itu?”. Jawab orang itu: “Tidak tahu”.
Kemudian berjalan terus hingga
sampai ke tepi sungai. Lalu Nabi Isa a. s. memegang tangan orang itu dan
mengajaknya berjalan di atas air hingga sampai di seberang, lalu ditanya: “Demi
Allah yang memperlihatkan kepadamu bukti ini, siapakah yang mengambil sepotong
roti itu?”. Jawab orang itu: “Tidak tahu”.
Kemudian ketika berada di
hutan dan duduk berdua, Nabi Isa a. s. mengambil tanah atau kerikil, lalu
diperintah: “Jadilah emas dengan seizin Allah”, maka menjadi emas lalu dibagi
tiga. Nabi
Isa a. s. berkata: “Untukku sepertiga, dan kamu sepertiga. Dan yang sepertiga
ini untuk orang yang mengambil roti”. Maka ia jawab: “Akulah yang mengambil
roti itu!”. Nabi Isa a. s. berkata: “Maka ambillah semua untukmu!”. Lalu berpisah
keduanya.
Kemudian orang itu didatangi
oleh dua orang (yang) akan merampok harta orang itu dan (akan) membunuhnya.
Lalu ia berkata: “Lebih baik kami bagi tiga saja”. Maka setuju ketiganya. Lalu
menyuruh seorang (di antara mereka) untuk pergi ke pasar berbelanja makanan.
Maka timbul perasaan orang yang
berbelanja itu: “Untuk apa kita membagi uang (emas). Lebih baik makanan ini
saya isi racun, supaya keduanya mati dan aku ambil semua harta ini”. Lalu
diracunnya makanan itu. Sedang kedua orang yang tinggal itu berkata: “Untuk apa
kami membagi harta ini. Lebih baik jika ia datang, kami bunuh, lalu harta ini
kami bagi berdua”.
Maka ketika datang orang yang
berbelanja, segera dibunuh oleh keduanya. Lalu hartanya dibagi dua. Kemudian
keduanya makan dari makanan yang beracun itu. Maka matilah keduanya. Dan
tinggallah uang (emas) itu di hutan, sedang mereka bertiga mati di sekitar uang
itu.
Kemudian ketika Nabi Isa a. s.
berjalan di hutan dan menemukan (melihat) hal itu, berkata kepada
sahabat-sahabatnya: “Inilah contoh dunia. Maka berhati-hatilah kamu
daripadanya”.
-----
Saudaraku…,
Jika kita melihat kisah di
atas, maka dapat disimpulkan, betapa ‘dahsyatnya’ tipu daya syaitan
itu. Betapa banyak di antara kita yang terlena, sehingga tanpa kita sadari,
kita telah terpedaya oleh kehidupan dunia ini. Dan pada akhirnya, kehancuranlah
yang kita dapatkan. Dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ diperoleh keterangan, bahwa:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ
أَجْمَعِينَ ﴿٨٢﴾
“Iblis menjawab:
"Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Shaad.
82).
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٨٣﴾
“kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. (QS. Shaad.
83).
Maka,
berhati-hatilah wahai saudaraku!
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا
تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٥﴾
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو
حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ ﴿٦﴾
“Hai manusia, sesungguhnya
janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir. 5 – 6).
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali ‘Imran. 8).
Ya, Tuhan kami...
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ
الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
”Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”. (QS.
Al Faatihah. 6 – 7). Amin, ya rabbal ‘alamin!
Semoga bermanfaat!