Saudaraku...,
Pada ayat tersebut, dengan tegas Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Sedangkan kebalikannya adalah ma’ruf, yaitu segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah.
Hal ini sejalan dengan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini, yang menunjukkan bahwa sesungguhnya shalat adalah sebagai pendekatan diri kepada Allah:
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa. 14).
”Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". (QS. Al Baqarah. 45 - 46).
”Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (QS. Al Hijr. 98 - 99).
Saudaraku…,
Bagaimana mungkin, seseorang yang mendirikan sholat (sebagai pendekatan diri kepada Allah) sedangkan pada saat yang bersamaan sekaligus juga melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar (melakukan segala perbuatan yang menjauhkannya dari pada-Nya)? Jika memang demikian, maka pasti ada yang tidak beres dengan sholatnya. Pasti yang bersangkutan hanya melaksanakan sholat sebagai rutinitas saja, yang tentu saja tidak bermakna sama sekali. Dan yang bersangkutan pasti juga tidak pernah merasakan lezatnya beribadah.
Saudaraku…,
Jika seseorang benar dalam sholatnya, maka dia akan dapat merasakan kedekatan dirinya kepada Allah. Dia juga dapat merasakan lezatnya beribadah melebihi segala kenikmatan duniawi, sehingga tidak akan pernah hinggap sedikitpun dalam pikirannya niatan untuk berbuat keji dan mungkar, karena hal ini hanya akan menjauhkan dirinya dari pada-Nya (wallahu a'lam).
”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya”. (QS. Al Ma’aarij. 19 – 27).
-----
Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah mempersulit urusan kita, sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Kahfi berikut ini: ”Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami". (QS. Al Kahfi. 88).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 239 diperoleh keterangan sebagai berikut: ”Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah. 239).
Dari keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah mempersulit urusan kita. Karena sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
”Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. AL Baqarah. 32).
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar