Pada awalnya, Si Fulan hanyalah seorang karyawan di sebuah instansi di kota Surabaya dengan penghasilan Rp 2.000.000,- sebulan, dimana istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa (tidak bekerja). Tentunya dengan penghasilan tersebut, akan sangat sulit bagi Si Fulan untuk dapat hidup layak di kota terbesar kedua di negeri ini. Hingga suatu saat, ketika kesempatan sudah mulai ada, dia mulai mencoba untuk melakukan kecurangan sedemikian rupa sehingga dia dapat memperoleh tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- sehingga total pendapatannya saat ini mencapai Rp 5.000.000,-
Tentu saja Si Fulan sangat gembira dengan hal ini. Dengan penghasilan yang jauh lebih besar, dia bisa lebih leluasa dalam menjalani hidupnya. Banyak hal yang dulu hanya berupa mimpi, sekarang bisa menjadi kenyataan.
Namun, lama kelamaan Si Fulan sudah mulai terbiasa dengan penghasilan sebesar Rp 5.000.000,- tersebut, hingga pada akhirnya hal itu sudah menjadi suatu kebutuhan. Yah…, dia sudah tidak sanggup lagi jika harus menjalani hidup ini dengan penghasilan hanya Rp 2.000.000,- sebulan. Karena tanpa dia sadari, dia telah menempatkan diri dan keluarganya pada strata ekonomi yang lebih tinggi, melebihi gajinya yang asli.
Nah, karena kebutuhan hidupnya kini sudah mencapai Rp 5.000.000,- sementara gajinya hanya Rp 2.000.000,- maka dia senantiasa harus mencari tambahan untuk menutupi kekurangannya. Dan karena dia hanya bisa menutupinya dengan melakukan kecurangan, maka itu artinya dia harus terus melakukan kecurangan demi kecurangan. Pada tahapan ini, tentunya sudah bukan kebahagiaan / kesenangan / kegembiraan lagi yang dia dapatkan. Tetapi (tanpa dia sadari) dia telah diperbudak oleh kebutuhan hidupnya. Dia telah diperbudak oleh nafsunya sendiri. Dan…, dia telah masuk dalam perangkap syaitan.
Saudaraku…,
Ternyata kemalangan Si Fulan tidak berhenti sampai di sini saja. Disamping dia senantiasa harus bekerja ekstra keras memikirkan bagaimana caranya agar terus bisa melakukan kecurangan demi menutupi kebutuhan hidupnya, ternyata dia juga harus memikirkan uang haram yang telah dinikmatinya selama ini. Siapa tahu, tiba-tiba kecurangan yang telah dilakukannya selama ini terbongkar dan kemudian dibawa ke meja pengadilan! Betapa bayang-bayang kehancuran benar-benar bisa datang sewaktu-waktu?
Saudaraku…,
Sampai pada tahapan ini, jelaslah bahwa kebahagiaan / kesenangan / kegembiraan yang selama ini dia impikan, malah berbuah kesengsaraan. Sekalipun (mungkin) masyarakat melihatnya sebagai sosok yang sukses berkarier dengan limpahan harta yang bisa membuat iri setiap orang. Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Jika kita melihat kisah di atas, maka dapat disimpulkan, betapa dahsyatnya tipu daya syaitan itu. Pada mulanya dinampakkan berbagai kesenangan serta kemegahan. Namun pada akhirnya, kehancuranlah yang kita dapatkan.
Saudaraku…,
Segera bertaubatlah, jika secara kebetulan kita melakukan hal yang sama / mirip dengan yang dilakukan oleh Si Fulan, mumpung belum terlambat. Istighfarlah, mohon ampunlah kepada Allah, mumpung kesempatan untuk itu masih ada.
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir. 5).
Semoga bermanfaat.
NB.
Si Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon maaf jika secara kebetulan ada kemiripan / kesamaan nama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar