بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 09 Maret 2008

Semuanya Bergantung Kepada Diri Kita Sendiri

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mas Fulan dan Mas Nafil adalah dua orang pemuda yang berasal dari sebuah desa yang sangat terpencil di pedalaman hutan. Begitu terpencilnya, sehingga untuk menuju ke desa tersebut hanya bisa ditempuh/dilalui dengan berjalan kaki hingga beberapa hari. Di desa itu tidak ada penerangan listrik, televisi, telepon, dll.

Pada suatu saat, kedua pemuda tersebut pergi ke kota. Karena ini adalah pengalaman pertama, maka banyak kejadian serta hal baru yang mereka jumpai. Tidak lama kemudian, keduanya memutuskan untuk kembali pulang ke desanya. Sesampainya di desa, keduanya bercerita tentang pengalamannya selama berada di kota kepada teman-temannya yang belum pernah ke kota. Hingga akhirnya, keduanya bercerita tentang “armada bus”. Mas Fulan bercerita bahwa bus itu ternyata sejenis kendaraan yang bentuknya empat persegi panjang. Namun, Mas Nafil membantahnya. Dengan penuh keyakinan, Mas Nafil mengatakan bahwa bentuk bus adalah bujur sangkar, bukan empat persegi panjang sebagaimana penjelasan Mas Fulan.

Demikianlah, karena teman-temannya yang lain belum ada yang pernah melihat bus, maka perdebatan itu terus berkepanjangan tiada akhir. Masing-masing pihak merasa benar dan menyalahkan pihak lainnya. Maklum, pada saat Mas Fulan melihat bus, dia hanya sempat melihatnya dari arah samping. Sementara Mas Nafil juga hanya sempat melihatnya dari arah belakang.

Saudaraku…,
Jika kita melihat kisah di atas, maka dengan mudah kita dapat menyimpulkan, bahwa sekalipun penjelasan/pendapat Mas Fulan nampak bertentangan dengan pendapat Mas Nafil, namun sebenarnya pendapat keduanya adalah sama-sama benarnya. Perbedaan itu terjadi semata-mata karena keduanya telah melihat/memandang bus tersebut dari arah/sudut pandang yang berbeda.

Dari sini, pada akhirnya kita juga bisa menyimpulkan, bahwa ternyata ”suatu hal/kejadian yang sama, bisa dipandang berbeda jika kita memandangnya dari sudut pandang yang berbeda pula”.

Harta kekayaan, misalnya. Bisa dipandang sebagai anugerah, bisa juga dipandang sebagai bencana. Dipandang sebagai anugerah, jika harta kekayaan tersebut dipandang sebagai modal untuk mendukung perjuangan kita dalam rangka menggapai ridho Illahi Robbi. Juga dapat dipandang sebagai anugerah jika dapat menjadikan kita untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya atas segala limpahan harta kekayaan yang telah diberikan-Nya kepada kita, sehingga dapat menjadikan kita semakin dekat kepada-Nya.

Sebaliknya, harta kekayaan tersebut dapat menjadi bencana jika kita memandangnya justru sebagai sarana untuk menyombongkan diri, mambanggakan diri, dst. “... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36). Juga dapat menjadi bencana jika dengan harta kekayaan tersebut justru malah melalaikan kita dari mengingat Allah. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. 63. 9).

Demikian juga halnya dengan ilmu pengetahuan yang telah kita miliki. Hal ini bisa dipandang sebagai anugerah, bisa juga dipandang sebagai bencana. Dipandang sebagai anugerah, jika ilmu pengetahuan yang telah kita miliki tersebut dipandang sebagai modal untuk mendukung perjuangan kita dalam rangka menggapai ridho-Nya. Juga dapat dipandang sebagai anugerah jika ilmu yang kita miliki tersebut dapat menjadikan kita senantiasa bersyukur kepada-Nya, juga kita sebarkan kepada saudara-saudara kita yang lain, sehingga tidak hanya bermanfaat untuk kita sendiri tetapi juga bermanfaat untuk saudara-saudara kita yang lain. Semoga, hal ini semua dapat menjadikan kita semakin dekat kepada-Nya. Amin!

Sebaliknya, ilmu pengetahuan yang telah kita miliki tersebut dapat menjadi bencana jika dengan ilmu pengetahuan yang telah kita miliki tersebut justru menjadikan kita sombong, bangga terhadap keluasan ilmu yang kita miliki, membuat kita memandang rendah orang lain, dst. ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. 31. 18).

Saudaraku…,
Di sisi lain, kekurangan harta kekayaan sebenarnya juga dapat dipandang sebagai anugerah. Bukankah pada saat kita berada dalam kekurangan harta, biasanya kita berada dalam keadaan yang sangat lemah sehingga kita dapat merasakan bahwa ternyata kita sangat membutuhkan-Nya? Sehingga kita dapat senantiasa berharap hanya kepada Allah semata? Bukankah “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS. 112. 2)?.

Juga, dengan kekurangan harta kekayaan tersebut, kita dapat semakin menyadari bahwa: “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40). “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).

Pada saat yang sama, kekurangan harta tersebut juga dapat dipandang sebagai bencana. Hal ini bisa terjadi, jika kekurangan harta tersebut justru membuat kita semakin frustasi, bahkan menjadikan kita berburuk sangka kepada-Nya, seolah-olah Dia tidak berbuat adil kepada kita. Na’udzubillahi mindzalika! Ingatlah wahai saudaraku, bahwa dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.

Saudaraku…,
Demikianlah seterusnya. Hal apapun atau peristiwa/kejadian apapun yang ada / yang menimpa diri kita, semuanya bisa dipandang sebagai anugerah, bisa juga dipandang sebagai bencana. Semuanya kembali pada diri kita masing-masing. Jika kita senantiasa memandangnya dari sisi positif, maka hal ini dapat menjadikan kita untuk senantiasa berbaik sangka kepada Sang Pencipta. Amin! Sebaliknya, jika kita memandangnya dari sisi negatif, hal ini dapat menjadikan kita berburuk sangka kepada-Nya. Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga bermanfaat!

NB.
Mas Fulan dan Mas Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞