Assalamu’alaikum
wr. wb.
Saudaraku…,
Tidak
terasa, waktu terus berlalu.
Tidak terasa maut semakin dekat menjemput kita.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita,
sehingga kelak kita dapat mengakhiri hidup ini,
dengan husnul khotimah.
Saudaraku... ,
Tanpa kita sadari, ternyata hidup ini teramat singkat.
Mungkin tulisanku berikut ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan
bersama.
-----
TERNYATA HIDUP INI TERAMAT SINGKAT!
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Tanpa kita sadari, sebagian
diantara kita mungkin telah memasuki usia sekitar 37 tahun. Jika memang
demikian, maka hal ini berarti bahwa tak terasa 37 tahun telah berlalu. Jika
kita melihat data tentang rata-rata usia harapan hidup bangsa kita yang hanya
berkisar 67 tahun, berarti kita telah melampaui separuh perjalanan. Padahal,
masa 37 tahun yang telah kita lalui tersebut, ternyata terasa begitu cepat. Itu
artinya masa yang belum kita lalui tentunya akan terasa lebih cepat lagi
dibandingkan dengan masa yang telah kita lalui tersebut. Jadi..., nampaklah
bahwa hidup ini ternyata teramat singkat. Dan pada akhirnya kita baru
menyadari, bahwa ternyata maut itu begitu dekat di depan mata kita!!!
قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلاً لَّوْ أَنَّكُمْ
كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
”Allah berfirman: "Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui". (QS. Al Mu’minuun. 114).
Saudaraku…,
Lalu bagaimanakah keadaan
kita saat ini? Sudahkah kita mempersiapkan diri kita untuk menghadapi masa yang
telah pasti itu? Yaitu ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk
selama-lamanya? Dimana kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita
perbuat selama masa hidup kita di dunia yang teramat singkat ini?
Atau malah sebaliknya? Apakah
kita masih terus saja disibukkan oleh urusan-urusan yang hanya bersifat
keduniawian semata? Apakah kita masih menyibukkan diri untuk mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara? Apakah kita masih menyibukkan diri
untuk mengejar karier setinggi-tingginya tanpa mengindahkan norma-norma agama?
Apakah kita masih ..., apakah kita masih ..., dst. yang kesemuanya itu (tanpa
kita sadari) kita lakukan dalam upaya untuk menambah modal kita, agar kita
dengan mudah dapat membanggakan diri kita, agar kita dengan mudah dapat
menyombongkan diri kita, agar kita dengan mudah dapat ..., agar kita dengan
mudah dapat ..., dst.? Na’udzubillahi mindzalika!
-----
Oleh karena itu, alangkah
bijaknya jika kita senantiasa mengingat kematian. Demikian pesan Rasulullah Muhammad
SAW., pemimpin kita yang teramat kita cintai. Mungkin beberapa tulisanku
berikut ini juga dapat kita jadikan sebagai bahan renungan bersama.
-----
Orang Yang Cerdas
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Saat ini, kita masih bisa
bersenda gurau, kita masih bisa saling bertegur sapa, kita masih bisa saling
berkirim kabar, kita masih bisa saling bertukar cerita. Dan yang pasti, kita
masih bisa bersama-sama.
Namun, dibalik itu semua,
sadarkah kita, bahwa pada saat yang bersamaan, satu per satu saudara-saudara
kita telah dipanggil kembali untuk berpulang menghadap kepada Sang Kholiq,
Pemilik seluruh alam semesta ini? Sementara yang lain (termasuk kita), baik
disadari atau tidak, sedang menunggu untuk mendapatkan giliran yang sama. Yah…,
cepat atau lambat, pada akhirnya kita akan kembali jua kepada-Nya, untuk
selama-lamanya.
Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa jika masa
itu telah tiba (yaitu masa ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk
selama-lamanya, ketika kita telah tutup usia), maka kita akan berjalan seorang
diri, segala sesuatunya harus kita urusi sendiri?
Pada saat itu, tidak ada
seorangpun yang peduli dengan urusan kita, sekalipun itu adalah orang tua kita,
istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita. Karena
masing-masing sudah teramat sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Pada saat itu, sudah tidak
ada kesempatan untuk bersenda gurau lagi, untuk saling bertegur sapa lagi,
untuk saling bertukar cerita lagi. Dan yang pasti, kita sudah
tidak bersama-sama lagi, seperti saat ini.
Saudaraku…,
Sudahkah kita mempersiapkan
diri kita untuk menghadapi masa yang telah pasti itu? Dimana kita harus
mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di
dunia yang teramat singkat ini? Dimana kita harus sendiri? Dimana tidak ada
seorangpun yang peduli dengan kita? Sekalipun itu adalah orang
tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita?
Atau, apakah kita masih saja
terlena? Seolah-olah kita akan hidup untuk selama-lamanya? Seolah-olah maut itu
tidak akan pernah menyapa kita? Seolah-olah kita akan terus bersama-sama? Na’udzubillahi
mindzalika!
Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa orang yang paling
banyak mengingat kematian dan yang paling sibuk mempersiapkan bekal untuk
menghadapinya, dialah orang yang paling cerdas.
Rasulullah SAW. bersabda:
أَكْثَرُهُمْ
لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ
أَكْيَاسٌ. (رواه ابن ماجه)
“Orang
yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan
setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
-----
MENGINGAT
KEMATIAN (I)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Orang yang selalu mengingat
kematian itu tidaklah
identik dengan orang yang selalu murung, frustasi dan penuh dengan
keputus-asaan karena serasa maut sudah benar-benar di depan mata!
Yang terjadi justru sebaliknya.
Kepada siapapun, dimanapun, kapanpun, dia akan selalu berusaha untuk berkarya
dan memberikan persembahan terbaik. Karena dia khawatir, jangan-jangan hari ini
adalah kesempatan terakhir!
Di sisi lain, dia juga senantiasa
bekerja keras mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Seolah tidak ada waktu
untuk tidak mengingat-Nya (dzikrullah). Seolah tidak ada waktu untuk bersantai,
apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya. Karena dia tahu, bahwa maut bisa datang
menjemputnya, kapan saja, di mana saja!
Pada saat yang sama, dia juga
tidak mudah silau oleh gemerlapnya kehidupan dunia ini. Karena dia tahu, bahwa masa depannya
yang sesungguhnya bukanlah di sini, di alam dunia ini. Tetapi
nanti, di alam akhirat, dimana dia akan tinggal untuk selamanya di sana!
Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa: “Orang yang
paling banyak mengingat kematian dan yang paling sibuk mempersiapkan bekal
untuk menghadapinya, dialah (orang) yang paling cerdas. Dia pergi dengan
kemuliaan dunia dan akhirat.” (H. R. Ibnu Majah).
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ
وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia
ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat
itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.
(QS. Al An’aam: 32).
-----
MENGINGAT KEMATIAN (III)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Sesungguhnya orang
yang sekarang sangat mencintai kehidupan dunia, dimana dia merasa bahwa seolah-olah
akan hidup untuk selama-lamanya, seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya,
seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban
kepada-Nya kelak dikemudian hari, maka nantinya (di alam akhirat) justru malah
berharap mati/kematian/kebinasaan. Dia sangat berharap pada kematian/kebinasaan agar
terlepas dari siksa yang amat besar yaitu azab di neraka yang amat panas serta
berharap dikembalikan lagi ke dunia.
وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَاناً ضَيِّقاً مُقَرَّنِينَ
دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا ﴿١٣﴾
“Dan apabila mereka dilemparkan
ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana
mengharapkan kebinasaan**)”. (QS. Al Furqaan. 13). **) Maksudnya ialah mereka
mengharapkan kebinasaan, agar terlepas dari siksa yang amat besar, yaitu azab
di neraka yang amat panas dengan dibelenggu, di tempat yang amat sempit pula,
sebagai yang dilukiskan itu.
يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُواْ مِنَ النَّارِ وَمَا هُم
بِخَارِجِينَ مِنْهَا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ ﴿٣٧﴾
“Mereka ingin ke luar dari neraka, padahal mereka
sekali-kali tidak dapat ke luar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang
kekal”. (QS.
Al Maa-idah. 37).
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً
فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللهُ
أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾
“Dan berkatalah orang-orang
yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami."
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka”.
(QS. Al Baqarah. 167).
وَلَوْ تَرَىَ إِذْ وُقِفُواْ عَلَى النَّارِ فَقَالُواْ
يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَ نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢٧﴾
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka
dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke
dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang
yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)”. (QS.
Al An’aam. 27).
Saudaraku…,
Sedangkan orang yang sekarang senantiasa
mengingat kematian, dimana dia bisa merasakan bahwa hidup ini ternyata teramat singkat, dan maut bisa datang menjemputnya setiap saat, sementara semua
perbuatannya (selama masa hidupnya di dunia yang teramat singkat ini) akan
dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari, dan dia juga
mengetahui bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan, maka nantinya (di alam akhirat) justru
berbahagia karena mereka tidak akan pernah berjumpa lagi dengan kematian. Mereka akan kekal di
sana.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلاَمٌ ﴿٢٣﴾
”Dan dimasukkanlah
orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka.
Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam*"
(QS. Ibrahim.
23). *) Artinya sejahtera dari segala bencana.
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ طَيِّبِينَ
يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ
الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik*)
oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum**), masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32). *) Maksudnya
ialah wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan; atau dapat juga
berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari
malaikat bahwa mereka akan masuk surga. **) Artinya: selamat sejahtera bagimu.
Saudaraku…,
Demikianlah gambaran keadaan kita sekarang (selama masa
hidup di dunia yang teramat singkat ini) serta keadaan kita di masa yang akan
datang (yaitu di alam akhirat, dimana kita akan hidup selamanya di sana). Jika
saat ini kita teramat mencintai dunia dan melupakan kematian, maka nantinya (di
alam akhirat) justru akan berharap pada kematian/kebinasaan. Na’udzubillahi mindzalika! Sebaliknya,
jika saat ini kita senantiasa mengingat kematian, maka nantinya (di
alam akhirat) kita justru
teramat berbahagia karena kita tidak akan pernah
berjumpa lagi dengan kematian, karena kita akan kekal di
sana.
Saudaraku…,
Tentunya, semuanya akan kembali
pada diri kita masing-masing, jalan mana yang akan kita pilih.
Ya, Tuhan kami...,
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ
الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
”Tunjukilah kami jalan yang
lurus, (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al
Faatihah. 6 – 7).
Semoga
bermanfaat!